😗 4 😗

3.3K 411 15
                                    

JENO POV

"Iya... iya... aku akan ke sana, sayang. Iya."

Aku menutup sambungan telepon dari pacarku. Semakin hari dia semakin mirip ibuku saja, malah lebih parah. Aku menghela napas. Terpaksa hari ini membolos latihan futsal untuk menemani Hina ke salon.

Sialan!

Bisa mati tertawa teman-temanku jika tahu aku lebih memilih ke salon daripada latihan futsal.

Aku mendatangi fakultas Hina dan mendapati Jaemin tengah berada di gazebo. Ia tak sendiri, melainkan bersama seorang laki-laki. Sepertinya mereka tengah mengerjakan sesuatu. Terbukti dari banyaknya buku dan kertas yang bertebaran diatas meja.

Aku memutuskan menghampiri mereka. Hina memberitahuku ia masih ada kelas, dan aku terpaksa harus menunggu. Kutempelkan sebotol cola dingin tepat di pipi Jaemin. "Ah!" Ia terkejut dan menoleh cepat. Aku meringis dan tersenyum jahil sebelum duduk di sebelahnya.

"Kukira siapa." Jaemin kembali fokus dengan buku tebal di genggamannya.

"Sedang apa?" tanyaku retoris.

"Menurutmu?" Jaemin menjawab tak acuh.

"Eum... membersihkan kamar mandi?"

Jaemin tertawa kecil. la menunjukan sesuatu pada lelaki di depannya dan lelaki itu menulis dengan semangat. Tentu saja tanpa mengindahkan diriku.

"Permisi, aku masih berada di sini, kawan." Aku menyuarakan isi hatiku. Kulihat lelaki di depan Jaemin menatapku dan tersenyum. Demi kesopanan akupun membalas senyumannya.

"Hina masih ada kelas?" Jaemin bertanya.

Aku mengangguk mengiyakan. Tanganku meraih kaleng cola dan mulai membuka. Lalu kusodorkan pada Jaemin. "Minumlah."

Jaemin menghindar. Ia terlihat sibuk menulis sesuatu di kertas folio. "Tidak. Cola tidak baik untuk kesehatan."

"Baiklah, uisa-nim." Aku mengejeknya. Jaemin merengut dan melirikku sekilas.

Memandang sembarang arah, getaran di saku membuat lamunanku terganggu. Kelas Hina telah usai dan ia menyuruhku menjemputnya di kelas. Sungguh merepotkan.

"Aku pergi dulu. Kalian sungguh tega mengabaikanku." sahutku. Jaemin mendelik sengit. Aku tertawa kecil melihat tingkahnya. Aku melangkahkan kaki menuju kelas Hina yang telah ia beritahukan, menelusuri lorong fakultas yang telah kuhapal.

*

JAEMIN POV

"Siapa?" tanya Hyunjin.

"Lee Jeno." Jawabku.

"Pacarnya Hina mahasiswa kesehatan masyarakat?" tebaknya.

"Hm." Aku hanya menjawab dengan gumaman.

"Sepertinya anak baik." Aku menghentikan gerakan bolpoinku saat mendengar ucapannya, lalu mulai memandang Hyunjin.

"Apa maksudnya? Setahuku Jeno tak pernah berbuat yang tidak-tidak."

Hyunjin mendekatkan kepalanya, seolah akan menceritakan sebuah rahasia besar.

"Justru karena Jeno anak baik-baik, mengapa mau berpacaran dengan Hina?"

Aku mengerutkan kening bingung. Bukannya menjawab, Hyunjin malah menghadirkan pertanyaan baru. Membuatku semakin tak mengerti.

"Memangnya Hina kenapa?" Akupun bertanya balik.

"Kau tidak tahu? Kukira satu angkatan sudah mengetahuinya." Ekspresi wajah dengan rambut gondrong acaknya itu membuatku ingin menendangnya.

"Lantas bagaimana jika aku memang tidak tahu?" Aku memberinya ekspresi kesal. Dia sungguh berbelit-belit.

[REMAKE] FIRST KISS | Nomin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang