Chapter 6 : Gitar Dan Bintang

53 11 51
                                    

Sudah 2 hari terlewatkan untuk ospek. Setelah kemarin aku mendapat pesan singkat yang entah apa.

Aku masih digerumuni rasa penasaran hingga saat ini.

Tapi lagi-lagi musik selalu membuatku lupa.

Tenang saja, masih akan kuceritakan bab ini dengan manis. Setelah kamu aku buat menjadi penasaran akan pesan.

Kini aku buat kamu juga ternganga sama sosok Bintang. Haha.

Tinggal 1 hari ini aku ospek di Garasi.

Tentang Bintang Adhi Nugraha, teman pertamaku di Garasi. Dimana tempat yang aku suka.

Saat ini kita berdua sedang di Aula melihat pertunjukan Mahasiswa dengan talenta musiknya untuk hari terakhir ospek.

Kamu kalau lihat kampus Garasi, pasti juga ingin daftar.

Aku dan Bintang termasuk peserta untuk unjuk Skill.

Ternyata kami mendapat nomor urut-berurutan, Bintang nomor 44. Aku no 45.

Hanya 50 orang saja yang ditunjuk untuk mengisi hari terakhir ospek.

Aku dan Bintang duduk bersamaan. Kita duduk dengan kondisi VIP. Biar ku utarakan jika Bintang dengan gaya recehnya.

"Awan, kenapa lo namanya Awan?."

"Gak tau, kayanya Nyokap emang suka lihat Awan."

"Dih serius banget lu, karena gini wan.. kalau namanya bakwan lucu jadinya."

"Random banget anjir!."

"Hahah..."

Begitu-lah sosok Bintang. Tawa-nya renyah, gingsulnya manis. Suaranya berat tapi serak. Jadi emang terdengar sexy.

Bintang juga suka gitar sih, malah dia lebih jago daripada aku.

Genre musiknya Indie, sama dengan ku. Tapi aku juga suka pop.

"Bintang Adhi Nugraha....."

Suara MC memanggil Bintang.

"Wan,.. doain gue biar gak gerogi, kalau pas mainin gitar kentut kan gak lucu."

"Anjir..hahah, mana ada dong anjir. Dah cepet sana maju."

Lihat sendiri kan? Bahkan disaat tegang dia juga bisa menjadikan suasana menjadi pecah.

Bintang sudah diatas panggung. Suara peserta lainnya terdengar sorai, meneriaki nama "Bintang Ganteng......!!."

Membuat aku sedikit cringe, anaknya  receh banget.. receh dan random masih ada yang bilang ganteng.

Hingga suara penonton mulai melirih diikuti dengan suara petikan senar...pelan... tapi romantis dari Bintang.

"Anjir.. ni anak." Gumamku kagum.

Aku seperti menjilat ludahku sendiri, setelah aku bilang Bintang receh tapi benar adanya dia memang tampan dengan sendirinya.

Dan sampai di klimaks, Bintang akhirnya unjuk skill dengan suara senar bass nya.

Makin menjadi pertunjukan dia, seperti-nya Bintang emang sudah pernah konser sendiri.

Entah-lah aku sampai ternganga melihat kecepatan tangan Bintang memetik senar itu.

Walaupun temponya kadang sedikit berantakan, tapi Bintang punya karisma.

Pasti kalau orang yang gak ngerti tempo akan menikmati aja.

Hingga pertunjukan-nya selesai. Tepuk tangan bahkan ada yang berdiri memenuhi suasana di aula Garasi.

"Itu tadi penampilan dari Bintang...Adhi Nugraha... Tampan dan Talenta sekali...Selanjutnya ada Awan Biru Angkasa, wah ini kok seperti-nya Semesta menyatukan ya, habis Bintang ada Awan, Acieeee...."

Aku kaget dengan perkataan si MC. Sedikit malu tapi aku antusias untuk maju dan unjuk skill.

Ku-langkahkan kaki ini perlahan dan duduk di kursi peserta.

Memainkan melodi dengan mata terpejam.

Aku menyanyikan lagu Coldplay - Sky Of Full Stars.

Semua penonton memberi tepuk tangan. Dan beberapa kulihat mereka seperti kagum padaku.

Aku semakin antusias dalam bermain.  Hingga nyanyian ku selesai. Tadi itu aku menggelar konser perdanaku.

Haha... Gak papa ya aku sebut konser perdana.

Tepuk tangan kembali datang dari peserta lainnya, suaranya bergemuruh.

Dan aku melihat Bintang ikut berteriak "Awan Kecee......!!!."

Gitar Dan Bintang pada chapter ini adalah hal yang paling lucu yang aku alami selama ospek.

Hari terakhir mungkin aku berbincang untuk terakhir kalinya kepada Bintang.

Karena mungkin kita tidak satu kelas. Semoga si tidak.

Tapi aku senang si kenal Bintang.

"Awan.. gila lo kece banget, gak gerogi lo? Tadi? Suara lo juga adem banget kaya ubin masjid."  Gurau Bintang.

"Makasih yee."

"Semoga kita satu kelas aja dah, by the way .. gue boleh dong minta nomor handphone lo." Ucap Bintang dengan ekspresi malu.

Aku sedikit kaget si, tapi aku langsung memberikan nomor karena aku rasa Bintang adalah teman yang asyik.

Akhirnya hari terakhir itu dihiasi dengan kita berbagi nomor handphone dan instagram.

Entah seperti apa nantinya ini akan berlanjut.

Mungkin aku akhiri dengan seperti ini saja atau diakhiri dengan beda.

Terimakasih hari ini. Aku tidak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Awan.

-----------------------------------------------------------
Question for you : Jadi gimana ini chapter?.. Bintang anaknya Seru gak ? Wkwkw.. coba menerka sendiri...
-----------------------------------------------------------
DISCLAIMER : Selalu gue sampaikan bahwa tokoh, tempat, dan kejadian hanyalah fiktif belaka.

Terimakasih untuk kamu yang udah baca, vote dan komen. Gue selalu menerima kritik/saran yang hadir untuk karya ini agar menjadi lebih baik♥️.

Beloved, author.

Awan Biru Angkasa [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang