9

27 5 0
                                    

     Mataku masih enggan terpejam entah kenapa aku merasa seperti ada seseorang yang tengah memperhatikanku, kutarik selimut menutupi seluruh tubuhku dapat ku dengar samar seseorang berjalan di lorong dengan menyeret satu kakinya, kupejamkan mataku erat-erat berdo'a agar dia tak mengetuk pintu kamarku, jantungku berpacu sangat cepat seakan dia akan melompat dari tempatnya.

     Selang beberapa menit berlalu aku tak mendengar langkah kaki itu lagi ku hembuskan nafas lega setidaknya saat ini aku masih aman, kuturunkan selimut sampai sebatas leherku memastikan diluar benar-benar aman, saat kupastikan tak ada lagi suara langkah kaki aku pun duduk di ranjang dan meraih botol minum di nakas kuteguk perlahan setelah dirasa cukup tenang akupun kembali membaringkan tubuhku dan mulai memejam kan mata hingga alam bawah sadar menarikku secara perlahan.

*****

     Pagi ini tak secerah biasanya mungkin karna subuh tadi hujan aku berjalan santai angin dingin berhembus perlahan kurapatkan jaketku, penglihatanku tak begitu jelas samar kulihat seperti ada yang duduk ditengah lorong aku semakin mendekat dan benar seseorang tengah terduduk disana,

"Ul ngapain?" Tanyaku heran

Dia masih diam ditempatnya mengabaikanku, aku semakin mendekat padanya,

"Ul kenapa?" Tanyaku sembari menggoncangkan pundaknya

"Kaa..kak li..liat disana" ucapnya terbata dan gemetaran

Aku mengikuti arah pandangannya seketika kututup mulutku agar tak menimbulkan keributan, disana seorang wanita tergantung diatas tempat tidurnya dengan bagian perut terkoyak menyebabkan isi perutnya terburai keluar, tangan dan kakinya tergeletak diatas tempat tidur, seprai putih itu kini berganti warna menjadi merah. Darah menggenang diseluruh bagian tempat tidur itu, kututup mata aul dan membawanya masuk ke kamarnya memberinya minum agar sedikit tenang.

"Ul jangan kemana-mana aku mau manggil mang udin dulu" ucapku, baru selangkah aul sudah mencekal pergelangan tanganku

"Disini aja aul takut" ucapnya masih dengan tatapan kosong

"Tapi harus ada yang ngasih tau mang udin"

"Jangan tinggalin aul" ucapnya muali menangis,

Kuhembuskan nafasku perlahan, kuraba saku jaketku mengambil ponselku dan menelfon seseorang

"Kak dimana?" Tanyaku begitu sambungan terhubung

"Di bawah abis buang sampah, kenapa?" Tanyanya

"Panggil mang udin suruh naik, aku dikamar aul"

"Ada apa?" Tanyanya lagi

"Kesini aja dulu sama mang udin ntar aku jelasin" jawabku

"Oke" setelah itu aku langsung memutus sambungan, memasukan kembali ponselku ke dalam saku jaketku.

     Tak butuh waktu lama mereka sampai dikamar aul,

"Ky ada apa? Ini gue bawa mang udin" ucapnya terengah

"Mang cek kamar sebelah, jangan lupa telfon polisi" mendengar jawabanku mereka terkejut dan mang udin segera berlari keluar,

"Ada apa ky? Kenapa harus lapor polisi?" Tanya kak han penasaran

"Orang yang tinggal dikamar sebelah dibunuh"

"Sumpah lo?" Aku hanya mengangguk

Hening beberapa saat dan aku baru sadar ini sudah siang,

"Kak libur kan hari ini?" Tanyaku, dia mengangguk

"Temenin aul ya dia masih kaget, aku harus kerja udah siang"

"Oh oke aul sama gue, berangkat gih udah siang" ucapnya

Akupun berjalan keluar setelah berpamitan dengan mereka, kulihat penghuni kost mulai berkerumun aku mengabaikannya dan berlalu dari sana.

     Aku masih termenung sepanjang perjalanan, semakin hari pembunuhan nya semakin parah terhitung hampir 2bulan sejak aku menghuni kost itu dan sudah ada 4 korban, aku hanya perlu bertahan satu bulan lagi disana setelah itu aku akan mencari kost lain pikirku, aku sungguh sudah tidak nyaman lagi disana.

~○●○~

~tbc
Jangan lupa vomentnya yaa~~

KOST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang