12.Malam Yang Panjang

91 5 0
                                    

     Setelah kenyang dengan 2 porsi nasi goreng kita berjalan beriringan menuju kost, malam semakin larut tapi aku enggan kembali ke kamar,

"Kalian ngantuk ga?" Tanyaku

"Belum" jawab mereka bersamaan

"Ke atap dulu yuk, aku males dikamar" ucapku menatap mereka

"Yaudah ayo" jawab kak han

Sesampainya diatap aku berbaring di bruga tanpa atap memandang langit yang kosong, entahlah mungkin bintang sedang enggan membagi keindahannya.

"Ky lu kenapa? Ada apa?" Tanya kak han

     Aku menghela nafas lelah, masih menatap ke langit aku terdiam bingung entah harus mulai dari mana menjelaskan pada mereka, kutarik nafas perlahan dan mulai bercerita dari awal masuk kost ini, keanehan keanehan yang membuatku bingung hingga kejadian tadi siang hanya saja aku tak menceritakan tentang Dewi karna aku belum yakin siapa dia dan dimana dia, mereka hanya mendengarkan dan sesekali mengangguk.

"Dulu pun gitu" ucapan kak han berhasil menarik perhatianku,

"Sebelum kalian dateng kesini aku punya temen namanya Dewi" mendengar kak han menyebut nama Dewi semakin membuatku tertarik dengan kelanjutannya,

"Dia dulu nempatin kamar yang sekarang diisi sama Kiya, tiap hari dia selalu bilang 'Han cari kost lain yuk, gue udah gak nyaman disini' selalu itu yang dia bicarakan setiap hari, tapi karna gue gapapa ga ada yang bikin gue terusik ya gue ga nganggep serius ocehan dia, sampe suatu hari dia bener-bener ngerasa ketakutan karna kata dia tiap malem selalu ada yang telfon tapi tiap dia angkat dia ga denger apa-apa hanya ketukan beberapa kali sebelum sambungan terputus, gue cuman bulilang 'udahlah paling orang iseng' itu terakhir kali kita ketemu, besoknya dia udah ga keliatan dia ga pergi kerja atau sekedar keluar kamar, selang tiga hari karna gue khawatir gue minta ibu kost bukain pintu kamar dia dan ternyata dia ga ada disana, sampe seminggu kemudian dia ga balik-balik barangnya semua masih dikamar nya, dan sampe sekarangpun gue ga dapet info tentang dia, dia hilang seolah ga pernah ada disini" ada nada menyesal disetiap kalimatnya.

"Sebenernya aku nemu buku note nya Dewi" ucapku pelan

"Kenapa gabilang ke gue ky?" Tanya kak han

"Gue kan ga tau kalo dia temen lu kak" jawabku, mendengar jawabanku dia hanya mengngguk,

"Isinya sama sih sama yang dia bilang ke kak han, cuman kayanya dia tau tentang cowok itu" ucapku

"Cowok? Cowok siapa?" Tanya aul

"Cowok yang sama yang masuk ke kamar aku" jawabku

     Suasana tiba-tiba menjadi hening kita tenggelam dalam fikiran masing-masing, kita bertiga hanya berbaring menatap langit yang gelap, aku masih enggan kembali ke kamar dan sepertinya merekapun merasakan hal yang sama, ku hembuskan nafas perlahan dan memejamkan mata mencoba membuat tubuhku nyaman.

*****

     Aku terbangun saat guyuran air membasahi wajahku, aku mencoba mengusap wajahku hanya saja tanganku tak bisa digerakan, aku menatap sekitarku pencahayaan yang redup dan sangat pengap seolah tempat ini sudah lama tidak pernah digunakan. Dimana ini? Tempat ini begitu asing, bukankah tadi aku ada diatap sama aul dan kak han? Aku masih bingung ku lihat sekelilingku lagi pandanganku tidak begitu jelas tapi aku melihat ada orang lain selain aku terikat disana.

     Seorang laki-laki berjalan perlahan mendekat kearahku dengan tangan memegang sebuah senar, hanya saja senar itu terlalu lentur jika dibandingkan dengan sinar gitar, aku membulatkan mata itu tidak mungkin senar pancing bukan? Dia berdiri tepat didepanku mendekatkan wajahnya kearahku bau mint menyeruak masuk ke indra penciumanku, ini bau laki-laki itu, aku beringsut menjauh, takut. Itu yang ku rasakan saat ini aku terus beringsut menjuh sampai di sudut ruangan.

"Kembalilah, jangan membuatku menunggu" aku masih meringkuk gemetar dipojok ruangan

"Jagan membuatku mengulang kata-kataku" ucapnya dingin, aku hanya menggeleng

     Ku gesekan tali yang mengikat kedua tangnku pada tembok dibelakngku mencoba melepskan ikatan pada tanganku, mulutku ditutupi lakban aku tak dapat berbicara maupun bergerak bebas karna kakiku juga terikat, aku semakin terisak saat kulihat dia melangkah ke rahku,

'Tidak kumohon jangan sekarang, aku masih ingin hidup' gumamku dalam hati

Aku masih menangis tertahan saat kulihat sepasang sepatu itu sudah berada didepanku aku tidak berani memandang ke arahnya ini sangat menakutkan, dia menarik paksa rambutku kebelakang hingga kepalaku menengadah kearahnya bisa kulihat wajah itu separuhnya memiliki bekas luka bakar, aku membelalakan mata,

"Ka..kau" aku tidak dapat menyelesaikan kalimatku,

Mata itu memandangku dengan penuh kebencian aku memejamkan erat mataku, taku dan sakit bercampur jadi satu kutahan isakanku agar tak lolos begitu saja,

"Buka matamu" teriaknya marah, aku masih memejamkan mata

"Bukankah kau menyukaiku? Bukankah kita sama-sama suka?" Tanyanya menurunkan nada suaranya, aku masih diam memejamkan mata enggan melihatnya

"Kenapa? Apa kau juga memperlakukan ku seperti mereka? Apa kau tidak memandangku jijik? Buka matamu sial!" Umpatnya kesal, dapat kurasakan pipi kiriku memanas sebuah tamparan baru saja mendarat disana.

    Masih dengan tangan menjambak rambutku dia lalu menyeretku, aku hanya meringis menahan perih dan sakit di sekujur tubuhku aku meronta dan memohon agar dia berhenti tapi dia tidak perduli dan masih menyeretku menuju tengah ruangan berhenti tepat didepan orang yang kulihat tadi, aku terkejut dibuatnya bukan hanya satu orang tapi dua orang dan yang semakin membuatku terperangah orang itu adalah kak han dan aul.

    Laki-laki itu berjongkok didepan ku menyamakan tinggiku dan menatapku tajam tepat dimata,

"Bisa kita mulai?" Tanyanya dengan senyum menyeramkan

Aku masih belum sadar dari rasa terkejutku ketika dia melepas lakban dimulutku,

"Ul, Kak Han" ujarku lemah

Namun tak ada respon mereka masih tak sadarkan diri, aku menangis sesenggukan tak tau harus berbuat apa, Laki-Laki itu menyiram mereka dengan air dingin sama seperti cara dia membangunkan ku, mereka terbangun dapat kulihat jelas ekspresi terkejut mereka, aku tersenyum lega melihat mereka tidak terluka meski posisinya keadaanku jauh lebih kacau dari mereka, aul gemetar ketakutan disana dia tak berani melihat kesekelilingnya, sedangkan kak han dia mencoba menenangkannya dengan mengatakan 'tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja' berulang kali.

~○●○~

~tbc
Jangan lupa vomentnya yaa ~~

KOST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang