"JAUHI DIA ATAU LO BAKAL LIHAT ORANG-ORANG DISEKITAR LO MENDERITA" Mata penuh amarah dan teriakan-teriakan itu membuat dada Aksa semakin bergemuruh menahan emosi nya
"Termasuk Dia" lanjut orang itu yang kini mencengkeram rahang tegas miliknya. Aksa menggeram.
Tidak, ia tidak kesakitan. Bahkan rasanya ia sudah mati rasa saat ini juga akibat ulah orang itu
"Apa hak lo ngancam-ngancam gue? Siapa lo sebenarnya?" Mata nyalang Aksa menatap tajam orang didepannya itu
"Haha gue bahkan melupakan satu hal" tawa orang itu memasuki indra pendengaran Aksa, sungguh rasanya ingin pecah gendang telinganya menerima suara tawa seorang psikopat macam orang didepannya ini
"Lo ingat apa yang lo lakukan untuk nyelamatin dia waktu itu?" Aksa membelalakan matanya, ia rasa waktu berhenti seketika.
"Jangan bilang kalau lo itu-" Aksa tidak melanjutkan perkataanya karena sekarang orang itu sedang menyeringai. Sungguh Aksa benci dengan seringaian itu.
"Ya itu gue, kenapa? Kaget?" Orang itu menyentuhkan tangannya tepat di pipi Aksa
"Tenang, gue gak akan balas lo seperti apa yang lo lakuin ke gue dulu kok"
"Cukup jauhi dia dan biarin gue bahagia sama dia"
"Tapi sepertinya lebih menarik kalau gue bunuh lo secara perlahan, dimana gue bisa lihat betapa tersiksanya lo setiap hari" Tawa itu kembali memenuhi ruangan
Aksa diam seribu bahasa, tidak mengerti harus mengatakan apa pada orang itu. Peristiwa ini cukup membuatnya terkejut. Orang itu, yang sudah diberitakan meninggal beberapa waktu lalu kini kembali muncul di kehidupannya, masalah yang baru saja selesai ia hadapi ternyata baru bukan masalah yang sebenarnya. Dan disini lah masalah yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Inilah Aksara, yang tetap bisa tertawa bahkan saat dalam kondisi yang buruk. Akting nya sudah terlalu bagus untuk disebut sebuah akting. "Apa dengan gue pergi bisa bikin lo bahagia?" Seorang cowok menatap sendu gadis didepan...