Mellifluous - 25

164 30 1
                                    

"

Kesempatan kedua diberikan untuk orang yang mau berubah, jika ia tetap pada pendiriannya akankah kesempatan itu bermakna?

"

¤¤¤


Jisoo yang baru saja pulang mendapati ibu tirinya sedang bersantai di depan tv.

"Sedang apa kau disini?"

"Tidak sopan sekali, aku ini ibumu"

"Cih aku tidak sudi memanggilmu ibu"

"Memang benar buah tidak jatuh dari pohonnya"

"Apa maksudmu?!"

"Jika ibumu pecundang maka kalian berdua juga pecundang "

plak

Jisoo menampar wajah perempuan di depannya.

"Jangan pernah kamu menjelekkan ibuku dengan mulut sampah mu itu!"

"ADA RIBUT APA INI?!" teriak Ayah

"Mas! Jisoo menamparku!"

"APA YANG KAU LAKUKAN?! AYAH TAK PERNAH MENGAJARKAN MU BERSIKAP TIDAK SOPAN SEPERTI ITU! "

Jisoo menangis saat ini, ayahnya membentaknya demi perempuan itu. Ayah dan juga ibu tirinya pergi meninggalkan Hisoo sendiri.

"Nona tidak apa-apa? "

Bi Sun datang menghampiri Jisoo dengan wajah khawatir.

"Aku tidak apa-apa, aku lelah Bi kalau begitu aku akan masuk ke kamar dulu"

Jisoo pergi dan masuk ke kamarnya. Bibi menatap prihatin nona mudanya itu.

"Nyonya lihatlah kedua anakmu mereka anak yang kuat" ucap Bi Sun

Bi Sun telah mengikuti keluarga ini sejak berpuluh tahun yang lalu. Bahkan sebelum putra pertama mereka lahir hingga tak heran jika perempuan yang sebaya dengan almarhum ibu mereka itu sangat setia.

¤¤¤

"Hanbin"

"Iya? "

Suara yang sangat pelan menjadi jawaban yang diterimanya.

"Jika ini berat untukmu kau tidak perlu menerima mereka disini"

"Aku akan mencobanya seperti katamu hubungan ayah dan anak tidak akan pernah berubah kan"

Jennie menggenggam tangan Hanbin menguatkan.

"Jangan khawatir aku akan disini bersamamu"

"Terimakasih"

"Kau makanlah ini sudah jam makan malam"

"Tapi aku tidak berselera aku malas bertemu dengan perempuan itu"

"Tapi kau butuh makan Hanbin"

"Bolehkah aku makan saja disini rasanya aku sangat malas Jennie"

"Ya! Apa kau ini pengantin sehingga tidak mau keluar kamar hah"

"Memang aku pengantin dan istri ku tengah marah-marah saat ini"

"Cepatlah aku tidak akan menganggapmu suamiku kalau kau tidak makan"

"Baiklah-baiklah aku keluar sekarang"

Mellifluous | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang