Part 10

5 1 0
                                    

Vanya yang sedari tadi melihat layar ponsel nya, tidak sadar bahwa jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.30 yang artinya hari sudah mulai pagi. Ia sangat malas untuk tidur. Setiap kali memejamkan matanya, ia selalu teringat mama nya.

Dulu sebelum ibu nya menjadi sibuk seperti sekarang, Vanya selalu diajak jalan - jalan kemana pun yang ia mau, pasti ibu nya akan menurutinya. Kenangan yang tak bisa Vanya lupakan ketika sebelum tidur, ibunya mengucapkan 'selamat tidur', setiap dia pulang dari sekolah, ibu nya selalu menyambutnya. Bertanya bagaimana hari - hari nya disekolah? Mendengarkan cerita nya setiap kali ia sedang sedih. Semua itu. Iya itu. Hanya itu yang ia mau.

Walaupun ia tahu bahwa ia sudah besar. Tetapi setidaknya, yang ia harapkan hanya ibunya yang selalu menyambutnya di meja makan, dan mengucapkan kata - kata yang membuatnya semangat menjalani harinya.

Angan itu. Selalu muncul ketika ia merindukan sang ibu. Yang hampir 15 tahun selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Bahkan saat ia masih kecil sekali pun. Setiap kali ia ingin menceritakan bagaimana hari - hari nya, ia harus memikirkan seratus kali untuk menceritakannya.

Mengapa tidak bisa sehari saja orang tuanya punya waktu untuknya, dan terutama untuk Shilla. Mereka selalu sibuk dengan bisnis, bisnis, dan bisnis. Saat Vanya sudah mulai bisa terima keberadaan ibunya yang sudah mulai sering pulang, tetapi itu semua musnah saat dimana ia sakit, tetapi ibunya harus berangkat kerja dan pulang malam. Karena Vanya tidak boleh tidur larut malam, makanya ia tidak bisa menunggu ibunya.

Hal kecil yang ia inginkan dari orang tuanya pun tidak bisa ia dapatkan. Memang ia mendapatkan kebutuhan yang ia inginkan, tetapi untuk 'kasih sayang' belum sepenuhnya ia dapatkan dari kedua orang tuanya.

Hal ini pun yang menjadikan Vanya berubah. Karena ia tidak mau terus - terusan tersakiti, ia lebih baik menjadi sosok yang tidak lagi peduli dengan sekitar. Dan bahkan perubahan padanya itupun, mereka tidak tahu.

Vanya ingin menumpahkan semua isi hatinya selama ini kepada orang tuanya. Tetapi selalu saja ada alasan mereka untuk menutupi kesalahan mereka, seperti tadi.

Tringg... Tringgg...

Vanya melihat sebuah notifikasi dilayar ponselnya. Tertera nama 'mama' dilayar itu. Ada dua chat dari mamanya.

Mama

Sayang, kok kamu belum tidur?

Kenapa masih on jam segini?

Vanya berdecak kesal. Kenapa ibunya ini selalu membuat dia berpikir kalau ibunya hanya ingin mengulang kejadian yang sama seperti dulu?

Vanya hanya read pesan dari ibunya. Beberapa detik kemudian, muncul notifikasi lagi dari mamanya.

Mama tau kalau kamu masih marah. Tapi kalau yang ini, apa kamu masih marah juga? Mama cuma bertanya.

Vanya menghela napasnya. Jarinya mulai menekan keyboard ponsel nya untuk membalas pesan dari mama nya.

Mau tidur, jadi gak usah chat lagi.

Vanya langsung menutup aplikasi whatsapp nya. Lalu ia beralih untuk memainkan game. Terdengar suara langkah kaki yang ia duga adalah Cheisa.

Kriett...

"Van? Lo belom tidur?" tanya Cheisa berbisik.

"Belom ngantuk." jawabnya singkat.

Cheisa menghampiri Vanya, dan duduk di sebelahnya.

ElVanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang