Part 3

22 4 0
                                    

Gak tau kenapa kok gue bisa gak cuek kayak gini di depan dia?
~Vanya

Hujan turun dengan lebatnya membasahi tiap atap rumah. Seseorang sedang membaca buku di balkon rumahnya sambil menikmati tiap rintik hujan yang turun malam ini. Ia lebih suka ketenangan dan tidak suka di ganggu, walaupun itu orang tuanya sendiri. Nada dering ponselnya membuatnya berdecak kesal, karena ketenangannya malam ini terganggu oleh pesan masuk.

Ia melihat layar utama nya yang tertera nomor yang belum ia simpan. Siapa sih ini? Ganggu aja# batinnya.

0852-****-****

Save back no gue. Elvan XII IPA 5.

Dapet darimana?

Dari temen elo lah.

Iya siapa?

Si Cheisa

-_- kebiasaan.

Kenapa?

Gak.

Singkat amat:v

Bodo.

Dahlah gak usah ganggu!!

Eh sorry, gue gak niat ganggu elo. Maaf yak.

Ia meletakkan ponselnya dan mematikan notifikasi ponselnya, karena ia tidak mau di ganggu oleh siapa pun.

.•♫•♬•♬•♫•.

Keesokan harinya, Vanya telat masuk kelas. Dan sekarang ia sedang dihukum untuk membersihkan lantai dua dari ujung ke ujung. Setelah ia mendapatkan kartu izin masuk, segera ia pergi ke kelasnya karena pelajaran pertama adalah matematika.

Ia mengetuk pintu kelasnya kemudian mengintip. Guru yang ada di dalam kelasnya langsung menyuruhnya masuk.

"Kenapa kamu telat masuk?" tanyanya dingin.

"Kesiangan, trus macet. Dah jadinya telat." guru itu menghembuskan napas kasar kemudian mempersilahkannya untuk duduk. "Vanya, tugas kemaren yang ibu kasih kumpulin sekarang." ucapnya.

"Iya bu.. Gak usah ngegas gitu." guru itu hanya bisa menggeleng, sudah jadi kebiasaan Vanya kalau berbicara.

"Oh iya karena kamu telat, kamu kerjakan soal yang di depan." guru itu menunjuk papan tulis yang sudah di isi oleh tulisan ber-angka.

"Keren banget tuh Van, double hukuman lo hari ini." ledek Arga. Vanya melirik soal yang tertera di papan tulis dan berdecak sombong.

"Ck, ini mah gampang kali. Lo gak tau Ga?" tanyanya membalas ledekan Arga tadi. Arga hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ia pun mulai menuliskan beberapa angka untuk menjawab soal di papan tulis. Guru matematika itu walaupun tahu kalau Vanya itu pintar, tetapi ia masih saja kagum melihatnya mengisi soal tanpa coret-coretan.

Vanya mengecek jawabannya sambil memainkan spidol. Setelah ia memastikan jawabannya benar, ia langsung memberikan spidol itu kemudian kembali ke mejanya.

ElVanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang