Vanya kembali dari toilet setelah mencuci wajahnya, agar bisa fokus belajar, karena dari tadi ia merasa ngantuk. Saat tiba di depan kelasnya, ia mendengar suara teman temannya yang ribut bertanya. Bukannya jarang sekali temannya bertanya pada saat jam pelajaran?
Daripada pusing memikirkannya dan ia tidak mau ambil ribet, Vanya pun memasuki kelasnya. Mereka mengalihkan perhatian ke arah Vanya yang baru memasuki ruang kelas.
Bu Indah, selaku wali kelas XII IPA 5, melirik Vanya yang masa bodo akan kehadiran guru didepannya.
"Vanya, abis dari mana kamu? Bolos lagi ya?" tanya bu Indah sinis. Vanya yang mendapatkan tuduhan dari wali kelasnya itu memutar bola matanya malas.
"Duh bu, bisa gak sih pikiran ibu ke saya tuh gak usah negatif thinking? Saya abis dari toilet, abis cuci muka ngantuk. Daripada saya tidur pas pelajaran ibu, pilih mana?" tanya Vanya sebal.
"Ya sudah kamu duduk yang bener." Vanya yang mendengar itu menghembuskan napas kasar "Ya ini kan udah duduk bu."
"Baik Elvan, kamu silahkan duduk di samping Vanya." Vanya yang mendengar namanya di sebut merasa heran "Lah bu, kan disamping saya ada Nafa, kenapa ganti dia?"
"Nanti Nafa ibu suruh duduk di samping Adel saja. Adel kan sendiri." ucap bu Indah.
Vanya hanya bisa pasrah, kalau membantah bisa bisa ia kena hukum lagi. Ia malas dengan hukuman yang di berikan oelh guru. Tapi tetap saja membuat kesalahan.
Elvan berjalan menuju meja Vanya, ia melirik Vanya yang begitu cuek padanya. Tadinya mau ngajak ngobrol, tapi wajah Vanya seperti tidak bisa di kondisikan.
"Baik, karena ibu ada rapat wali kelas, jadi ibu tinggal ya selama jam pelajaran ibu. Kalian kerjakan soal di halaman 143 sampai bagian B. Paham?" jelas bu Indah "Paham bu." teriak mereka serempak.
Setelah memastikan wali kelas mereka benar benar keluar, keadaan kelas yang tadinya hening kembali ricuh. Apalagi banyak anak cewek yang kenalan dengan Elvan. "Lo pada alay banget sih. Kayak baru ngeliat orang ganteng aja" ucap Arga selaku ketua kelas.
Mereka yang dimaksud Arga tidak menghiraukan perkataan Arga. Adlan yang melihat sahabatnya itu kesusahan mengatur anak kelas, tertawa jahil. Arga yang merasa ditertawakan memandang Adlan sinis.
"Ngapa lo ketawa-tawa? Ada yang lucu?" perkataan Arga sukses membuat Adlan tertawa terbahak bahak. Ia merasa kesal dengan sahabatnya satu ini. Akhirnya ia melempar bukunya ke arah Adlan. Sedangkan buku yang ia lempar tidak mengenai Adlan sama sekali.
"Hah, lempar buku aja gak bener lo. Gimana mau punya cewek kayak gitu. Hahaa" tawanya kini semakin pecah saat melihat Risa menggeplak kepala Arga.
"Buku tuh bukan buat dirusakin. Itu tuh ilmu. Kalau robek, apa ilmu yang lo dapet? Kan ada ilmunya di sono." omel Risa.
"Hahahaa mampus.. Dimarahin emak lo tuh. Marahin aja Sa, bandel emang"
"Lo juga Lan, kan Arga bener, dia tuh capek ngasih tau anak kelas. Lah elo malah ketawain cuma karena dia di cuekin. Coba lo jadi dia. Belum tentu bisa kan lo. Tugas tuh banyak, kerjain sana!!" ucap Risa dengan rumus panjang kali lebar.
"Iya iyaa. Bawel amat sih Sa. Yodah kalo gitu gue mau ke lapangan dulu. Bye" Arga yang mendengar kalau Adlan ingin pergi ke lapangan langsung berjalan duluan ke luar "Heh, giliran gue ke lapangan aja, semangat empat lima. Dasar ketua kelas gak bener" ejek Adlan yang di beri acuhan oleh Arga.
.•♫•♬•♬•♫•.
Sedangkan ditempat Vanya yang kini berada di rooftop, ia memandang jalan yang selalu dipadati oleh kendaraan yang berlalu lalang. Damai, itulah yang ia inginkan daritadi setelah mendengar bacotan dari temannya yang seperti baru mengenal anak baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
ElVanya
Roman d'amourSeorang gadis cantik bernama Vanya Feyra Alyna memiliki masa lalu yang kelam. Karena itu ia kini menjadi sosok yang pendiam, cuek, dan dingin. Ia tidak pernah peduli dengan siapapun kalau itu bukan hal yang menurutnya menarik.~ Hingga suatu ketika i...