(I)
Aku isyaratkan kepadamu jalan yang sukar dan tak sepadan dimana segala refleksi diri terlihat saat kau pukul panci kosong seperti genderang perang sebagaimana kau bersumpah untuk berang meski kau dapat meminum habis darahku dapat juga kau makan seluruh tubuhku agar setidaknya cintamu sepadan dengan nutrisi kehidupan lalu setelah meninggi kesadaran kau bacakan lagi ramalan cuaca hari ini yang terang benderang menghadirkan dendang riang para penghuni ruang(II)
Aku ingat tentang dosa dari balik wajah wajah curiga yang berdusta (senantiasa pula kau berdoa) maka pengembaraanku dilanjutkan sampai tak kukenali lagi dosa dosa wajah wajah hingga dusta dusta tatkala pesan rahasia sebuah doamu hilang dalam racau tangis manusia yang menanti nanti tanpa kata meski kau bisa saja membacakan ramalan cuaca di waktuku yang semakin tua