Dongeng Masa Kecil Dari 'Suriah'

18 2 0
                                    

Hari itu,
dimatikannya semua lampu, ditutupnya pintu dan jendela kamarnya
Ia rubuh, gemelatuk suara giginya merentet seperti suara senjata
Matanya mengusut menerka-nerka 
Walau dari celah celah pintu bau perselisihan menelusup hidungnya.

Sayup sayup terdengar suara:
"Petaka..  Petaka... Kebenaran tanpa hambatan... Tanpa saran... Mawar aromanya dibunuh musim... Hati-hati... Dimana cinta bersembunyi... Keji"

Tak lama (suara ketukan pintu)
Seseorang sedang memaksa masuk,  ia yakin itu ibunya
Hari itu juga,
Ia kehilangan masa kecilnya

Dan dewasa
adalah serupa menyebrangi jembatan yang terbuat dari tulang tulang renta para pesakitan lanjut usia,  dimana ujungnya adalah hutan belantara tempat berkumpul singa singa tua yang pemarah

Dan dewasa
adalah serupa lautan ganas yang memporak porandakan kapal kapal pengungsi tanpa belas kasihan, dimana didalamnya terdapat jiwa jiwa sekarat, yatim piatu dan janda janda yang menyusup keluar dari negara demi suaka

Dan dewasa
adalah serupa berbuka puasa di reruntuhan rumah saat langit merah disesaki iring-iringan pesawat tempur pembawa nestapa. Tak ada pelangi memanjang hari ini, debu debu diciptakan untuk menjagamu dari peluru

O belum lagi sempat ia menafsirkan dewasa pada sujud kedua, kunang kunang tlah menyembur keluar dari retakan kulit kepalanya menyesaki lenggang tanpa kepalang. Ia dan matahari tenggelam bersama merangkai kata-kata

Bumi Di Reruntuhan LarikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang