Hari ini aku berada di Apartemen Alaric, setelah mengantar Dea ke rumah Laila. Kejadian semalam masih membuatku tersenyum sendiri, terlebih tadi pagi kami menghabiskan waktu mengobrol sambil menikmati makanan buatan Dea. Kemarin aku juga menjelaskan semua yang terjadi antara aku dan Dea kepada Linda, Linda terlihat sedikit kecewa, dia juga bilang akan menunggu ku selama satu tahun. Aku menghela nafas, saat Linda berkata seperti itu aku hanya diam.
" Lan, tadi gue ketemu Meta," ucap Revan sambil menatapku.
Aku menatap nya balik memberikan tatapan penasaran.
" Dia baru cerai sama suami nya," lanjut Revan yang masih menatap Arlan intens." gue kasian sih liat dia, bawa anak kecil gitu, dia sih bilang suaminya suka sama cewek lain," ucapan Revan semakin membuat ku penasaran dengan keadaan Meta yang sekarang.
Aku berpacaran dengan Meta sejak SMA sampai lulus kuliah, bahkan saat aku berpacaran dengan Linda, wajah Meta masih menari-nari di kepala serta hatiku. Ini yang aku takutkan dari dulu bertemu dengan Meta dan hatiku kembali berbunga-bunga. Baru mendengar kabar nya saja aku sudah ingin menemuinya.
" Sekarang dia tinggal dimana?" Tanya Arlan sambil menatap serius Revan.
" Gue gak nanya soal itu, tapi dia minta nomer gue sih tadi, kita tukeran nomor telefon."
Aku diam sejenak, sial. Meta benar-benar membuatnya seperti orang tidak waras.
" Masih berharap balik sama Meta?" Pertanyaan Alaric langsung membuat ku menoleh." Meta sama Dea itu beda jauh banget, Lo harusnya bersyukur udah dapet Dea yang menurut gue udah sempurna sebagai seorang perempuan, bukan malah mencari tau tentang mantan Lo itu," ucap Alaric tanpa menatap ku, dia asik dengan koran yang ditangannya.
Aku hanya diam, aku masih tidak mengerti kenapa Alaric sangat membenci Meta, aku tahu Alaric membenci Meta saat kita di bangku kuliah, Alaric juga selalu berkata sinis tentang Meta. Aku memilih diam dan tidak membela Meta, kami pernah saling diam tanpa bertegur sapa selama kurang lebih satu Minggu karena aku membela Meta.
" Santai,santai bro. Tapi kata Alaric bener sih, walaupun gue gak kenal sama istri lo tapi dia terlihat elegan dan baik." Komentar Revan membuat ku kembali mengingat Dea.
Tapi aku masih penasaran dengan keadaan Meta sekarang, diam-diam aku melirik ponsel Revan, mungkin aku akan meminta nomor Meta dari Revan, sekarang aku harus menjemput Dea di rumah Laila. Aku melihat Dea sedang asik mengobrol dengan seorang pria, dari tatapan pria itu aku mengerti bahwa pria itu memiliki rasa kepada Dea, aku menghela nafasku, rasanya sedikit sesak. Aku memanggil Dea, kemudian Dea memasuki mobil dengan tawa yang masih tersisa.
" Gimana tadi ?" Tanya Dea yang masih tersenyum lebar.
" Ya gitu, aku hanya sekedar main PS sama Alaric," jawabku masih fokus menyetir.
" Pria tadi itu siapa?" Tanyaku pelan.
" Dia Dimas, teman SMA ku dan Laila, kami baru saja bertemu tadi, rasanya sangat menyenangkan ngobrol dengan teman lama," ucap Dea yang masih tersenyum lebar.
" dia itu teman dekat ku yang paling asik kalo diajak curhat, dia juga perhatian banget sama mamah dan papah, pokoknya dia baik deh, aku sama sekali gak nyangka bakal ketemu dia lagi."
Aku mulai memahami sifat Dea, dibalik sikap datar dan arogan yang dia tampilkan, ternyata dia juga seorang yang ceria.
" Eh iya, ada warung makan tongseng baru buka, kita ke sana yuk."
Aku kaget dengan ajakan Dea, aku kira gadis semacam Dea hanya mau makan di tempat yang elite dan mewah, kepribadian Dea benar-benar membuatku semakin kagum kepadanya.
Baru saja kami sampai rumah, Dea memilih membersihkan dirinya, ponselku berbunyi, membuat melirik pesan masuk.
Meta
Aku baik Arlan, bagaimana dengan kamu?Aku membulatkan mataku, pesan masuk dari Meta masih membuatku kaget sekaligus senang, baru saja aku ingin membalas pesan Meta.
" Kamu gak mandi dulu?"
Pertanyaan Dea membuatku langsung menoleh dan tersenyum.
" Ih aneh, kenapa senyum kaya gitu?"
Aku tak menjawab pertanyaan Dea, aku memilih pergi dan masuk kamar. Kenapa aku merasa seperti anak remaja yang jatuh cinta lagi.Aku membalas pesan Meta, kami saling bertukar pesan, ah sial, Meta membuatku malas meninggalkan ponsel ku. Terdengar kenop pintu berbunyi, buru-buru aku menyembunyikan ponsel ku.
" Ayo cepat mandi, aku tidak mau dipeluk kamu kalo masih bau keringat," ucap Dea yang masih berdiri di pintu.
Aku langsung berdiri dari tempat ku dan mengecup pipinya, dia tampak kaget, aku reflek melakukan itu karena terlalu senang mendapat pesan dari Meta.
Aku sudah selesai membersihkan diri, aku melihat Dea sedang serius dengan laptop nya, entahlah Dea terlihat cantik malam ini, apa karena mood ku benar-benar bagus? Jadi semua yang ku pandang terlihat bagus. Dea melirik ku heran.
"kamu kenapa sih hari ini? Kayaknya bahagia banget, kamu dapet undian 2 miliar apa gimana?"
Pertanyaan Dea membuatku tertawa, aku memilih langsung ke ranjang dan memeluk Dea gemas, Dea masih menatap ku heran dan langsung meletakkan laptop nya.
"gak tau hari ini aku bawaannya seneng banget," ucap ku sambil mengelus rambu Dea.
"kamu mulai jatuh cinta sama aku apa gimana? " tanya Dea frontal.
Aku diam, pertanyaan Dea benar-benar membuat ku terkejut.
" udah ga usah dipikirin, kalo kamu mikir mulu cepet tua nanti, aku gak mau anak aku menganggap kamu kakeknya,"ucap Dea sambil mengeratkan pelukan nya.
Aku kembali berfikir, ucapan Dea mulai mengusik hatiku, harus kah aku membuat Dea cepat hamil agar aku segera berpisah dari nya dan kembali kepada Meta? Ah sial, aku benar-benar bajingan tidak tau malu. Aku bimbang dengan situasi seperti ini, sepertinya aku memang harus cepat membuat Dea hamil agar aku bisa bersama Meta.
![](https://img.wattpad.com/cover/133919132-288-k815490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle Of Love
Chick-LitArlan pria yang baik hati dan ramah, memiliki perusahaan yang besar di bidang tekstil. Pada ulang tahun nya yang ke-28 tahun ia mendapat hadiah buruk yaitu salah satu karyawan nya menipu dan membawa kabur uang perusahaan, akibatnya perusahaannya mul...