Arlan

17 2 0
                                    

Aku menatap wajah Dea yang kelelahan, ada rasa senang yang menyeruak di dalam hatiku, aku merasa spesial karena menjadi orang pertama bagi Dea. Aku tersenyum sendiri mengingat kejadian semalam, aku ingat bagaimana Dea menyebut namaku saat pelepasan nya, tubuh Dea adalah canduku sekarang, aku masih ingat semalam aku melakukannya berkali-kali dengan Dea.

Aku melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11.00, waktu terasa begitu cepat dan indah, ternyata pernikahan tidak seburuk apa yang aku bayangkan.

" Mikirin apa?"

Suara Dea membuat ku sedikit kaget, aku mengecup keningnya, kenapa rasanya aku tidak mau jauh jauh darinya.

" Selamat pagi sayang," ucapku sambil berkali-kali mencium pipi dan bibir Dea.

Dea tersenyum sumringah lalu kami melakukan ciuman yang dalam lagi seperti semalam, dan akhirnya kami kembali dalam penyatuan.

Kami menyelesaikan 'kegiatan' kami hingga pukul 16.00, rasanya memang melelahkan tapi ada kenikmatan yang membuat ku sekaligus bersyukur.

" Kamu ini kenapa? Aneh," ucap Dea sambil melahap nasi goreng nya.

" Gapapa sayang,"

Aku dapat melihat pipi Dea yang sedikit merah dan malu-malu. Baru saja aku ingin mengajak Dea jalan-jalan tapi ponsel ku berbunyi.

Meta
Arlan tolong aku, tolong datang ke apartemen ku, Mera demam.

Mendapat pesan dari Meta aku langsung buru-buru menghabiskan makananku, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Mera, anak Meta yang baru menginjak umur 3.5 tahun.

" Makan nya pelan-pelan, mau kemana buru-buru banget kayaknya?"  Pertanyaan Dea langsung membuat ku menoleh kepadanya.

" Hmm, klienku sakit dan aku harus segera menjenguknya," ucap ku bohong.

" Yasudah ayo aku temani,"

Aku menoleh kaget sekaligus bingung.

" Kamu di rumah aja ya, kamu pasti lelah kan, karena aktivitas tadi, aku pergi ya."

Aku buru-buru meninggalkan Dea, dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Di apartemen aku langsung menuju kamar milik Meta.

"Aku minta maaf karena mengganggu waktumu tapi aku memang benar-benar butuh kamu, Mera baru saja demam dan mantan Suamiku sedang sibuk dengan kliennya."

Aku buru-buru mengecek keadaan Mera yang sudah tertidur. Akhirnya aku dan Meta mengobrol di balkon apartemen.

"Semuanya tidak akan bisa seperti dulu lagi ya," Meta membuka pembicaraan.

Aku menoleh kepada Meta dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Aku mendengar dari Revan kalau kamu sudah menikah, pasti bahagia sekali ya gadis yang menikah dengan kamu," ucap Meta sambil menyesap kopinya.

Aku ikut menyesap kopiku, lalu menatap Meta.
" Itu hanya pernikahan kontrak," ucapku singkat.

" Maksudnya?"

" Kami hanya menikah dalam waktu 1 tahun dan sampai kami memiliki anak Setelah itu kami akan berpisah," jelasku sambil menatap langit-langit malam.

Meta hanya bungkam aku mengerti mungkin dia bingung dengan pernikahan yang sedang aku jalankan.

"Dari dulu kita putus hingga sekarang aku masih tetap mencintai kamu."

Pernyataan ku membuat Meta kembali diam dan menghela nafasnya pelan, lalu dia menyesap kopinya dan kemudian menatapku.

" Pernikahan yang aku lakukan selama lima tahun terakhir, ada sebuah permohonan. Aku memang menyukai mantan suamiku pada awal pertemuan, sampai 2 tahun pernikahan kami berjalan, aku sadar bahwa yang dia cintai Bukan Aku. Sejak saat itu aku kembali mengingat hubungan kita,"

Aku menatap Meta dengan dalam, Apakah ini artinya Meta juga masih mencintaiku?

"Apa kamu ingin kita menjalin hubungan seperti dulu? aku juga yakin kalau kamu akan menjadi Ayah sambung yang baik untuk Mera,"

Aku benar-benar terkejut dengan ucapan Meta barusan, Bagaimana bisa dia mengajakku untuk memulai hubungan baru, sedangkan aku masih terikat pernikahan dengan Dea.

"Tunggu aku Met, Tunggu aku sampai Dea memiliki anak, dan aku berpisah dari Dea," ucapku meyakinkan kepada Meta.

Tapi ada yang aneh dengan hatiku aku merasa menjadi seorang bajingan yang benar-benar bajingan, aku mulai mengingat perkataan Alaric, dia memang sempurna sebagai seorang istri tapi kenapa aku berbuat jahat kepada dia. Tapi hatiku memang benar-benar belum bisa melupakan Meta sepenuhnya.

" Sudah cukup malam Met, aku pulang dulu jika ada sesuatu telepon saja aku."

Meta hanya mengangguk kemudian dia memelukku, aku bingung aku tidak merespon pelukannya karena aku masih terkejut dan bingung apa yang harus aku lakukan, aku masih milik Dea, jadi aku tidak boleh menghianati dia secara fisik walaupun secara hati aku benar-benar menghianati dia.

Aku keluar dari apartemen Meta tiba-tiba aku berpapasan dengan Bang David, dia menatapku dengan tanda tanya.

"Loh Arlan,Lo dari mana?" Tanya Bang David sambil melirikku bingung.

"Saya dari tempat client saya, tadi ada rapat dan kebutulan dia tinggal di sini Sekalian ambil berkas,"

Aku merasa bodoh sekali, alasanku benar-benar tidak logis Bagaimana bisa rapat di sebuah apartemen dan di dalam kamar yang merupakan privasi bagi setiap orang.

" Oh, ya udah gue duluan ya, gue Ada urusan," ucap Bang David sambil pergi meninggalkanku.

Aku menghela nafas lega, Hari ini aku benar-benar menjadi pria yang paling pecundang. Aku mungkin akan cerita kepada Leo dan Revan, tapi tidak dengan Alaric karena jika Alaric tahu mungkin dia akan kembali mendiamkanku selama, mungkin bisa bertahun-tahun. Mengingat Alaric juga merupakan rekan kerja dari Dea pasti dia juga akan marah besar jika mengetahui Aku ingin menjalin hubungan dengan Meta.

" lo gila ya? " pertanyaan itu terlontar dari mulut Leo.

" gue emang belom pernah ketemu sama istri lo itu, tapi denger dari cerita Alaric, gue rasa dia berkualitas sebagai seorang wanita," ucap Leo sambil meneguk kopinya.

"gue gak bakal pacaran sama Meta, gue cuma berteman sama dia, tapi setelah gue bercerai, gue akan menikah dengan Meta," ucap ku mantap.

Sejak awal aku sudah bilang kepada Dea, tidak ada yang bisa aku janjikan kepada dia, aku memang tidak akan berselingkuh karena sudah prinsip untuk setia, mungkin aku memang hanya berteman dengan Meta, tapi setelah semua usai, aku akan kembali kepada Meta.

"sakit jiwa lo, sumpah lo bajingan bangsat yang pernah gue temuin. Gue emang playboy tapi kalo udah terikat dengan pernikahan gue gaakan mempermainka nya."

Aku menatap Revan, seperti nya aku memang benar-benar bajingan gila.

Struggle Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang