Aku menyecap kopi hangat yang ada didepan ku, Alaric tampak sibuk dengan kertas rincian yang aku berikan, aku kembali tersenyum mengingat kecupan pipi yang diberikan oleh Arlan.
"kamu kenapa senyum kaya gitu? Arlan membuat mu menjadi gila," ucap Alaric sambil menyesap kopinya.
"mungkin, kamu tau? Kemarin ada kemajuan antara hubungan kami berdua, dia mengecup pipiku, " aku bercerita dengan semangat dengan Alaric.
Alaric menatap ku sebentar, lalu kembali meneliti berkas lagi, astaga reaksi macam apa itu, aku fikir dia akan ikut senang, tapi hanya wajah datar yang aku dapatkan. Helaan nafasnya terdengar cukup keras di telingaku, dia lalu menatap ku.
"Arlan bertemu dengan Meta," ucap Alaric serius memandang ku.
Aku terkejut sekaligus mengerutkan alisku, hatiku mulai tidak bisa tenang.
"Meta? " tanya ku.
" dia pacar Arlan sejak SMA sampe lulus kuliah, cuma gue gak suka sama dia, ada alasan tersendiri kenapa gue gak suka sama dia, ini menyangkut aib gue juga, jadi sorry gue gak bisa kasih tau banyak tentang Meta. Orang awam juga paham kalo Arlan masih menginvestasikan seluruh hati nya untuk wanita sialan itu."
Aku menatap Alaric sedikit kaget karena umpatannya di akhir ucapannya. Aku rasa ada masalah serius antara Alaric dan gadis bernama Meta itu. Aku menghela nafas panjang. Mood ku benar-benar hancur, aku benar-benar kehabisan akal.
Waktu menunjukkan pukul 12.15, aku ke kantor Arlan untuk mengajaknya makan siang, setelah sampai aku keluar dari mobil dan mampir ke salah satu restoran cepat saji dekat kantor Arlan untuk membeli makanan. Kaki ku terhenti saat di depan restoran, mataku melihat Arlan dan seorang wanita yang sedang mengelus rambut anak berusia 3 tahunan. Aku diam sejenak, mulai berfikir Apa itu Meta? Dengan cepat aku langsung pergi dari restoran itu dan masuk kembali ke dalam mobil. Aku berinisiatif untuk mengirimkan pesan kepada Arlan.
Me
Ayo kita makan siang bersama.Arlan
Maaf aku sedang sibuk dengan berkas kerja, gimana kalo besok aja?aku meremas ponselku, Arlan bohong! Dia membohongiku, dengan cepat aku langsung menghubungi mata-mata untuk mencari tahu latar belakang gadis yang bernama Meta itu. Kenapa sesakit ini, dibohongi dan tidak dicintai, betapa menyedihkannya diriku.
Aku menyesap kopiku sambil menikmati pemandangan di sekitar kafe, aku perlu untuk menenangkan diriku.
" Kebiasaan bengong."
Suara Dimas membuyarkan lamunanku, aku sengaja memanggil Dimas untuk berkeluh kesah.
" Kenapa sedih gitu mukanya? Hal apa yang membuat Dea si galak bersedih kayak gini?" Tanya Dimas sambil menatap ku bercanda.
" Mungkin ini ceritanya agak panjang, tapi gue harus cerita."
" Harus lah, Lo tau? Gue batalin meeting gara-gara Lo bikin khawatir tau gak?"
Dari dulu sampai sekarang Dimas tidak pernah berubah, selalu berlebihan. Laila pernah bilang Dimas menaruh hati padaku, tapi aku tidak terlalu menggubris nya. Aku mulai menceritakan kontrak pernikahan antara aku dan Arlan lengkap dengan isinya.
" Lo gila ya?"
Aku sudah bisa menebak pertanyaan macam apa yang keluar dari mulut para pendengar ceritaku.
" Mending Lo udahan deh, daripada Lo mempermainkan pernikahan kaya gitu."
Aku tidak menjawab ucapan Dimas, aku lebih memilih menyesap kopi ku dari pada Omelan Dimas yang belum berhenti.
" Udahlah Dim, gue tuh cerita bukan mau di hakimi, kalo tau kaya gini mending gue cerita sama Laila."
Aku berdiri dan melangkah cepat meninggalkan Dimas, Dimas sempat mengejar ku tapi aku acuh dan langsung pergi meninggalkan nya.
Aku menangis sesenggukan di dalam mobil, tak peduli pada supir ku yang akan mendengar tangisan ku. Aku juga tidak berencana jatuh cinta pada Arlan, tapi hatiku yang ingin.
Sampai rumah aku memilih membersihkan tubuhku, kali ini aku harus memiliki Arlan seutuhnya. Arlan baru sampai tapi dia langsung mengecup dahi ku sambil tersenyum dan masuk kamar mandi.
Mungkin jika tidak tau kenyataan nya aku akan tertawa bahagia karena Arlan mengecup dahi ku, tapi aku mengerti semuanya. Aku duduk di ranjang, mungkin Arlan akan kaget dengan pakaian yang aku gunakan sekarang, lingirie warna merah muda yang sangat tipis dan tembus pandang.
Kenop pintu berbunyi, lalu Arlan masuk dengan rambut yang masih basah, aku dapat melihat Arlan menelan ludahnya.
"kenapa kamu memakai baju setipis itu? " tanya nya hati hati.
" ayolah Arlan. Masa harus ku jelaskan kenapa aku pakai baju setipis ini. Kamu lupa perjanjian kita? Aku tentu ingin cepat memiliki anak. "
Arlan masih tak berkutik, dia masih menatap ku ragu.
"kamu yakin ingin melakukan nya sekarang?"
Aku mengangguk yakin mendengar pertanyaan dari Arlan. Tanpa menunggu lama aku mendekati Arlan, mencium bibirnya, Arlan merespon dengan baik ciuman ku, dia mulai agresif dengan tangan yang mulai menjalar ke dadaku. Aku segera melepas baju ku, Arlan pun begitu. Arlan mulai mengecupi setiap jengkal tubuhku.
Aku mulai mendesah saat Arlan mempermainkan dadaku intens, suara ku mulai terdengar dan Arlan semakin bersemangat. Kami berciuman sangat dalam, ini benar-benar membuat ku lupa diri.
"mungkin ini akan sakit, aku mohon tahan sebentar, " ucap Arlan hati hati.
Aku mengangguk tanda setuju, dia mulai memasukan Junior nya kedalam intiku, rasa nya benar-benar sakit, tapi kemudian berubah menjadi kenikmatan yang disebut surga dunia. Arlan terus memompa intiku, hingga aku dapat merasakan hangatnya rahimku,kami kembali menyatu dengan harapan alam semesta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle Of Love
ChickLitArlan pria yang baik hati dan ramah, memiliki perusahaan yang besar di bidang tekstil. Pada ulang tahun nya yang ke-28 tahun ia mendapat hadiah buruk yaitu salah satu karyawan nya menipu dan membawa kabur uang perusahaan, akibatnya perusahaannya mul...