00.05
“Bisakah aku memutuskan bahwa ini adalah hari paling bahagia yang kursakan?”
-Aresha Rava Arbella.-
***
Mereka berdua kini sudah berada di suatu pantai. Awalnya Sakha ingin mengajak Aresha untuk menonton di bioskop tapi itu bertolak belakang dengan rencananya yang akan menembak Aresha. Atau mungkin bisa saja mereka makan berdua di rumah makan. Tapi Sakha ingin jadi yang berkesan. Jadilah endinganya mereka berdua disini duduk bersisian dengan beralas pasir. Keduanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Suara ombak saling bersautan seakan-akan tak ingin kalah dengan suasana ramainya disini. Pantai tak sepanas yang kalian pikirkan karena ini baru menunjukkan pukul empat sore.
“Udah lama banget gue engga nikmati suasana pantai gini. Sejuk walau matahari lagi terik banget sore ini,” begitu ucapnya.
“Sha,” panggil Sakha dengan pandangan yang tertuju ke depan. Aresha yang dipanggil menoleh dibuatnya.
“Kamu tau? Apa sama dan bedanya matahari sama kamu?” Aresha bingung. Kenapa mendadak ia mendapatkan suasana romantis begini? Ada apa sebenarnya.
“Persamaannya adalah untuk menghangatkan. Bedanya matahari menghangatkan dunia sedangkan kamu menghangatkan hati aku.”
“Apaan dah, Kha. Sejak kapan lu jadi doyan gombal gini?”
“Hehe. Nggak cocok ya?”
“Bukan nggak cocok. Aneh aja rasanya.""Hehe. Oh iya, Sha! Kamu sama Adira itu sahabatan ya?”
“Tunggu, sejak kapan lu jadi pake aku-kamu gini?”
“Sejak hari ini.” Aresha manggut-manggut.
“Aku sama Adira baru kenal waktu MOS. Dibilang sahabat ya maybe yes maybe no.”
“Oooo, kalau aku lebih dari sahabat dong?”
“Hah apa?”
“Pulang yuk, eh ralat. Makan yuk, laper gue.” Lebih tepatnya Sakha merasa baper dengan ucapannya tadi. Maka dari itu dia mengalihkan topiknya. Aresha yang merasa Sakha aneh hanya menurut saja saat diulurkan tangan untuk bangun dari duduknya. Tangannya digenggam pun dia masih tetap tidak bergeming.***
Seusai mereka makan Bersama, Sakha mengantar Aresha pulang. Dan tentu saja rencananya yang akan menembak Aresha gagal total. Padahal tadi tinggal sedikit saja. Tetapi, untuk mengurangi rasa gugup nan malunya dia mengalihkan topik itu. Mungkin besok dia akan membuat rencana yang lebih baik lagi.
“Kenapa sih gue jadi cupu kayak gini. Dulu asal nembak cewek aja bisa. Kenapa Sekarang nembak Aresha aja susah sih?!” frustasi dirinya. Kini Sakha sudah berada di kamarnya dan tengah berbaring di ranjangnya.
“Sadar juga lu ternyata kalau sebenarnya diri lu cupu, Kha!” suara Ray. Itu sukses membuat Sakha duduk dengan tegak.
“Sejak kapan lu diem disitu, Ray? Lu tiba-tiba nongol udah kayak jelangkung aja,” tanya Sakha yang masih terkejut.
“Sejak tadi banget. Tuh si Kenzo sampai pulang dulu, lapar katanya. Lagian kulkas lu kosong bener. Cuma ada kangkung sama wortel dong.”
“Ya, mana gue tau. Cuma nyokap gue doang yang belanja. Bulan ini paling nyokap belum belanja bulanan.” Ray hanya ber-oh ria. Hening sejenak, teringat sesuatu Sakha kembali bicara. “Oh iya, ngapain lu kesini?”
“Mau buat tugaslah. Lu lupa? Besok tugas matematika dikumpul cui. Jadi, gue sama Kenzo kesini mau liat punya lu. Karena kita yakin jawabannya pasti berlembar-lembar kertas,” begitu katanya.
“Enteng bet lu ngomong mau liat punya gue. Setidaknya lu tanya gue udah buat apa belum, dasar goblok. Syukur aja gue …,” ucapan Sakha dipotong oleh Ray.
“Pasti udah, ya kan?” tebak Ray.
“Ya, jelaslah belum kampret.” Menjawab seperti itu Sakha langsung mendapat pukulan dari Ray.
“Yang kampret itu lu bukan gue!”
Pintu kamar terbuka. Terpampang sosok Kenzo yang tengah membawa plastik. Dari jauh sih itu terlihat seperti nasi bungkus. Tidak tau dalamnya isi apa.
“Pas banget lu bawa makanan, Zo! Gue baru aja mau order makanan,” kata Sakha dengan percaya dirinya.
“Kata siapa buat lu? Gue bawa buat gue sama Ray. Lu kan dari luar, Kha! Masak lu kagak makan sih?” Mendengar jawaban dari Kenzo, Ray spontan tertawa sangat kencang. Hal itu langsung membuat Sakha melayangkan pukulan untuknya.
“Jahat banget lu sama gue. Ya, udah pergi aja lu berdua dari rumah gue!” kesal Sakha bergurau.
Ray dan Kenzo saling lirik. Menggoda Sakha adalah hal yang asik bagi mereka dan itu pula sangat lucu dan sayang jika tidak ditertawakan.
“Sumpah dah, lu berdua jadi teman nggak ada akhlak banget ya.”
“Santai kali, Kha. Ini nyokap gue nyuruh bungkus, buat kalian berdua katanya. Gue udah makan di rumah tadi. Ambekan banget lu kayak cewek dah, apa lu lagi PMS juga,” tanya Kenzo dengan dua jarinya saat mengucapkan kata PMS.
“Ngaco lu kalau ngomong. Ray ambil piring sama sendok gih!!” suruh Sakha.
“Yang tuan rumah sebenarnya siapee sih?” tanya Ray jengkel. Bisa-bisanya dirinya seorang tamu yang sudah menunggu lama tetapi malah dirinya yang melayani. Lucu. Tapi hal itu tetap dilakukan oleh Ray.
***
Malam hari Sakha bertekad akan menelepon Aresha dan menembaknya melalui via telepon itu. Walau terdengar cupu, setidaknya dirinya harus mengutarakan perasaannya. Hal ini diakibatkan oleh Kenzo yang tadi mengancamnya. Kenzo berkata bahwa dirinya akan menembak Aresha malam ini juga. Oleh sebab itu sehabis kedua temannya itu pulang, Sakha langsung membersihkan diri. Usai dari itu barulah dia menyiapkan mentalnya.
Room Chat Sakha-Aresha
Melihat balasan Aresha yang terakhir membuat Sakha semakin was-was dan menjadi over thinking. Kenzo tidak ke rumah Aresha malam ini kan? Semoga saja.
Lama Sakha menunggu sampai-sampai, hampir saja dirinya ketiduran. Pasalnya ini sudah hampir pukul sepuluh. Selama itukan Aresha makan? Atau dia sedang membuat tugas? Tapi bukankah besok tidak ada pelajaran?
Semua pikiran-pikiran buruk terlintas dipikirannya. Sampai pada akhirnya, sebuah pesan mengintrupsinya.
Saat Sakha menanyakan pesan pertama itu, Sakha langsung melakukan panggilan video.
”Hai, Sha?”
“Hai, Kha. Ada apa lu tertumben banget ngajak gue nge-vc gini?”
“Ada yang mau gue omongin. Tapi gue mau tanya dulu. Lu apa suka sama gue?”
***Cuapcuap Author.
Hallo pembaca SakhaResha. Maaf atas keterlambatan yang lama sekali untuk updatenya. Mulai minggu ini aku akan kembali update rutin. Stay tune ya♥️
Author, Suci Pramesty
Follow instagtam: @suciprmsty.md
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakha Resha
Teen FictionNb: Slow Update sementara waktu. "Namamu memiliki arti lain. Tapi bagiku kau bagaikan Pyxis, kecil tapi berarti." -Sakha Sakha, laki-laki tempramen yang tetapi sangat diidamkan oleh banyak perempuan. Ini bukan kisah bad boy atau cool boy. Laki-laki...