00.06
"Jatuh cinta itu ternyata seindah ini. Aku yang baru menyadari apa karena kau yang berbeda?"
-Sakha
***
Mengenai kejelasan hubungan antara Sakha dan Resha akan dijelaskan dengan situasi sekarang ini.
"Ekhem ada yang baru netas nih ...," goda Kenzo.
"Lu kira telor kali, Zo," sanggah Via.
"Kayak nggak tau si Kenzo aja lu, Vi. Dia kan anaknya bobrok banget, nggak jelas anaknya," ledek Ray dengan jelasnya.
Sakha dan Aresha yang baru saja tadi digosipkan hanya bisa senyam-senyum. "Lu pada emang nggak bisa diem ya pada dasarnya?"
"Halah, Kha. Ketua kelas kita baru jadian nih gais sama ibu sekre. Ya, kali nggak dijajanin kan?" goda Adira teman sebangku Aresha.
Teman sekelas lainnya yang sudah datang pun ikut menggoda mereka. Unik saja bagi mereka. Aresha yang terkenal ketus bin jutek bisa ditaklukan sekejap oleh Sakha sang ketua kelas yang recehnya minta ampun. Padahal ini baru memasuki sebulan masa sekolah.
"Nanti pas gue sweet 17 aja ya, hahaha," tawa Aresha.
"Halah masih lama lah, ogeb. Lu sekarang 16 tahun aja belum."
"Gak kenapa, jadi challenge buat gue sama Sakha. Dua tahun lagi bakal masih Bersama apa engga. Iya ngga, Kha?"
"Iyain aja buat tuan putri," jawab Sakha."Emang dasar ya pasangan baru netas. Manis banget diawal," kata Kenzo.
"Bener banget lu, brei," tambah Ray.
***
Istirahat sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu. Aresha masih duduk manis di bangkunya, hal yang dilakukan adalah memperbaharui daftar kehadiran teman-temannya. Handphonenya berdering. Nama Sakha tertera disana.
"Iya? Kenapa, Kha?" ucap Aresha lebih dulu.
"Dimana?"
"Di kelas, kenapa?" Aresha menjawab dengan mata dan tangannya tetap terfokus pada daftar hadir. Lantas tiba-tiba sekotak susu coklat yang menjadi kesukaan Aresha tergeletak di atas buku kehadiran itu. Tak lupa juga masih digenggam dengan erat oleh si pemberi.
Aresha mendongakkan kepalanya. Tangan kirinya masih memegang handphonenya sedangkan tangan kanannya masih setia memegang pena. Aresha menatap pemilik tangan yang menggenggam kotak susu tersebut. Pemilik tangan hanya tersenyum girang ke arah Arehsa.
"Susunya diminum ya, tuan putri," ucap pemilik tangan tersebut.
"Apaan dah, Kha? Tiba-tiba banget." Ya, pemilik tangan itu tak lain dan tak bukan adalah Sakha.
"Kenapa nggak ke kantin? Teman-teman kamu lagi heboh di kantinnya Bu Idah," tanya Sakha.
"Mager. Hehe."
"Dasar penyakit yang nggak bisa diilangin!" ucap Sakha sambil menyentil jidat Aresha.
"Ray sama Kenzo mana?" tanya Aresha sambil meminum susu pemberian Sakha.
"Biasa, lagi godain cewek-cewek tuh di Lorong kelas," jawab Sakha yang mata terfokus pada handphonenya.
"Kamu nggak ikutan?" tanya Aresha dengan pertanyaan menggoda.
"Ini mau izin sama kamu. Tuan Putri, Sakha izin mau nemenin abang Ray sama abang Kenzo di Lorong kelas, ya?" goda Sakha balik dengan nada yang dibuat-buat manja. Aresha lantas mengeluarkan puppy eyes andalannya dengan ditambah tangan yang yang digenggam seakan-akan memohon.
Gemas melihat tingkah kekasihnya ini, Sakha malah spontan menarik hidung Aresha.
"Akh ... akh .... Sakit ogeb," ringis Aresha.
"Siapa ih yang ngajarin puppy eyes kayak begitu?"
"Ih, mana ada yang ngajarin, Kha!"
"Ha ha ha, jadi ini dia? Cewek yang aku kenal jutek, judes, cuek? Bisa segemas ini ternyata?" ucap Sakha semakin menjadi-jadi. Yang tadinya jidat, hidung, kini pipi gembil Aresha pun menjadi sasaran seorang Sakha.
"Akh!! Dah ah, sana kamu. Aku sibuk, kalau mau disini diem nggak usah usil." Aresha kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda akibat kedatangan Sakha tadi.
"Aku keluar ya, mau nyamperin si Ray sama Kenzo. Nggak balik-balik tuh mereka, padahal bentar lagi masuk." Aresha hanya mengangguk. Baru selangkah Sakha melangkah, Aresha sudah memanggilnya lagi.
"Sakha?" panggil Aresha dengan nada yang sengaja dibuat manja. Sakha berbalik dan menaikkan alisnya pertanda bertanya ada apa.
"Buang sampahnya, ya! Makasih!" ucap Aresha dan tiba-tiba langsung melempar kotak susu ke arah Sakha. Sakha yang mendapat serangan tiba-tiba hanya gelagapan.
***
Pulang sekolah adalah waktu yang paling bahagia di kala jam istirahat sudah berlalu. Terkadang mungkin ada yang berpikir? Mengapa disetiap tingkat Pendidikan harus berbeda? Seperti saat kita berada di taman kanak-kanak, pada zamannya kita hanya dituntut untuk bersosialisasi, kantin pun tidak ada. Jadi, bisa dikatakan lebih banyak orang sehat kala itu karena tidak adanya murid atau siswa yang jajan sembarang. Bahkan terkadang disetiap hari jumat dan sabtu diberi makan secara gratis oleh pihak sekolah.
Mengapa disaat kita berada di sekolah dasar hingga berada mungkin di dunia perkuliahan berbeda? Apakah kedewasaan faktornya? Tapi setelah dipikir-pikir, mengapa memikirkan hal tersebut?
Aresha tak sadar bahwa dirinya diikuti dari belakang oleh Sakha. Entah kenapa, Sakha merasa khawatir karena Aresha mengendarai motor sendiri. Ternyata benar saja kekhawatirannya. Bisa-bisanya perempuan itu mengendarai motor sangat laju. Bahkan hampir sama dengan dirinya yang biasa mengendari motor dengan kecepatan 80km/jam.
Sakha sampai kewalahan akibat Aresha yang terkadang asal terobos padahal lampu lalu linta udah berubah menjadi merah. Tapi, bisa-bisanya seorang Aresha melewati itu begitu saja yang membuat Sakha mengikutinya. Entah berapa nanti terkena pajak akibat menerobos lampu merah.
Sakha berhenti mengikuti Aresha disaat sudah memasuki komplek perumahan Aresha. Setelah memastikan Aresha memasuki rumahnya, barulah Sakha pergi pulang dengan tak lupa senyum di bibirnya.
***
Keluarga Tama tengah berkumpul di ruang tamu. Dengan ditemani pisang goreng buatan Retta-Bunda Sakha, juga tak lupa secangkir teh. Sudah seperti sedang berpiknik. Sakha dan Arion tengah duduk di bawah sembari memakan pisang goreng dan mata mereka yang tertuju ke televisi.
"Tumben minggu gini kalian berdua di rumah aja, biasanya juga kelayapan," tanya Tama-Ayah mereka.
"Sakha capek, Yah. Dari kemarin tugas numpuk terus, jadi sekarang mau nyantuyy aja di rumah," begitu katanya.
"Rion Cuma lagi bosan aja. Tiap hari keluar mulu, sesekali pengen aja diem di rumah. Adem, hahaha," tawa Arion.
"Angin ape lu bisa bosan. Biasanya juga lu ngegame sama computer lu di kamar," sarkas Sakha.
"Ye, elu juga, dari kemarin malam senyam-senyum sendiri. Kasmaran lu ye? Atau kesambet?"
"Sakha lagi kasmaran? Siapa nak orangnya?" celetuk bundanya yang baru datang dari ruang dapur.
Ingin sekali sekarang rasanya Sakha kabur atau minimal menghilang mendadak dari ruangan ini. Tapi sebelum menghilang izinkan dia untuk memukul bibir Arion yang lambe itu.
"Gak tau tuh, Bun. Tapi ya, Bun, Rion kemarin dengar Sakha manggil Sha Sha siapa gitu. Udah itu tiba-tiba ketawa pula."
"Gak ada sopan santunnya banget lu jadi adik gue, Yon."
"Namanya Aresha, Bun. Sekelas sama Sakha. Tinggal di komplek Bumi Nyiur yang di deket supermarket itu," jelas Sakha.
"Udah pacaran?" tanya ayahnya. Sakha hanya diam bingung untuk menjawab apa. Lebih tepatnya bingung untuk menjelaskannya.
***
Terima kasih bagi yang sudah menunggu kisah ini.
Love you 3 miliyar
Salam Author Manis
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakha Resha
Teen FictionNb: Slow Update sementara waktu. "Namamu memiliki arti lain. Tapi bagiku kau bagaikan Pyxis, kecil tapi berarti." -Sakha Sakha, laki-laki tempramen yang tetapi sangat diidamkan oleh banyak perempuan. Ini bukan kisah bad boy atau cool boy. Laki-laki...