00.07
"Jagalah selalu kedamaian hatimu, ketika terburu-buru sering kali keberhasilan yang diperjuangkan dengan sekuat tenaga akan menjadi hal yang sia-sia."
-Sakha.
***
Pagi yang cerah alangkah baiknya diawali dengan bangun pagi dan bersemangat. Seperti pasangan baru ini-Sakha Aresha, kini telah berada di sebuah pantai. Sudah sejak pukul enam mereka duduk di atas pasir putih ini menikmati sunrise atau matahari yang perlahan memperlihatkan sinar indahnya. Ini adalah quality time pertama Sakha dan Aresha. Menurut kalian, apakah mereka saling rangkul? Saling menggenggam? Tentu tidak! Jangankan untuk menggenggam saat berjalan di atas pasir, berjalan beriringan pun tidak.
Sakha berjalan di belakang Aresha. Ia tidak ingin meninggalkan Aresha dengan berjalan lebih dulu. Tapi jika tidak menggenggam setidaknya ia menjaga Aresha dari belakang.
"Sha, duduk disini aja. Nanti kalau matahari udah tinggi, jadi nggak terlalu terik." Begitulah. Mereka hanya bicara seadanya, padahal jika di chat tidak secanggung ini.
"Sha?" panggil Sakha dengan penglihatannya yang masih terfokus ke arah ombak yang bersahut-sahutan. Aresha yang dipanggil hanya menoleh dan berdehem.
"Engga kenapa. Cuma tes telingamu, masih berfungsi atau engga, hehe." Tanpa berdosanya Sakha hanya menyengir bak kuda. Aresha langsung memasang wajah datarnya. Dalam hitungan tiga detik tangan Aresha langsung melayangkan kepalan tangannya dan langsung memukul pelan Sakha.
"Aku lupa ngasih tau kamu, nanti habis dari sini mampir ke rumah aku ya?"
"Ngapain?"
"Tes sama bunda, cocok atau engga jadi teman hidup aku. Ha ha ha," goda Sakha yang alhasil mendapat pukulan kembali dari Aresha.
"Serius, ogeb! Ngapain?"
Sakha hanya tersenyum penuh misteri, "ada deh, dahlah ikut aja. Nanti aku yang kasih tau ibu kamu."
"Tau gitu pakai outfit yang bagusan dikit, ih!" ambek Aresha.
"Mau gimana pun outfit kamu, tep cantekkss," ucap Sakha sambil mencubit hidung Aresha. Aresha hanya mengaduh.
***
"Bunda! Sakha pulang," teriak Sakha dari halaman rumah. Kelakuan itu sukses mendapat pukulan dari Aresha. Sepertinya semakin lama dirinya Bersama Sakha, dirinya akan berubah menjadi petinju.
"Kak, lu tuh kebiasaan teriak-teriak. Bunda ngedumel tuh di dapur gara-gara lu teriak-teriak gitu." Arion yang keluar dari dalam rumah dengan hanya menggunakan boxer dan kaos langsung kembali masuk akibat melihat ada perempuan yang datang Bersama kakaknya ini.
"He he, siapa tuh kak?" tanya Arion mendadak jinak.
"Halah, tadi aja lu ngegas, giliran liat cewek aja mulai sok caper. Pacar gua, lu godain dia gua betot lu."
"Ah elah, canda kali kak! Hai, kak?" sapa Arion dengan nada bingung.
"Aresha. Panggil Eca boleh."
"Hai, Kak Eca. Arion, adiknya Kak Sakha yang paling menggemaskan."
"Menggemaskan pala lu, sikap aja udah sebelas duabelas sama hewan."
"Apa sih ini ribut-ribut?" tanya Bunda keluar dari rumah dengan menggunakan celemeknya. "Eh ada anak gadis cantik, Aresha ya?" tanya Bunda Retta.
"Iya, tante. Aresha."
"Jangan panggil tante, panggil Bunda aja."
"Ah iya, Bunda," ucap Aresha gugup. Lantas Aresha yang sadar diri langsung maju ke hadapan bunda untuk menyalami tangan bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakha Resha
Teen FictionNb: Slow Update sementara waktu. "Namamu memiliki arti lain. Tapi bagiku kau bagaikan Pyxis, kecil tapi berarti." -Sakha Sakha, laki-laki tempramen yang tetapi sangat diidamkan oleh banyak perempuan. Ini bukan kisah bad boy atau cool boy. Laki-laki...