5

177 23 15
                                    

"Lo gakpapa?"

Aku menggeleng pelan sambil menatap manik mata adikku yang terlihat khawatir. Tanganku dengan lembut mengusap-ngusap pipi, "Gue gakpapa."

"Sampe kapan lo mau kaya gini terus Kak?"

"Sampe Jinhyuk sadar kalo gue beneran sayang tulus sama dia Bin,"

Seobin berdecak dan menatapku tajam, "Trus lo mau terus-terusan dikasarin sama dia?" Sekarang gantian dia yang mengusap-ngusap pipiku dengan lembut. "Lo mikir Kak! Gak ada orang yang ngaku sayang tapi tega ngelukain pacarnya!" Sambungnya.

Aku lebih memilih bungkam karena jujur aku tak tahu harus berkata apa. Seobin benar, Jinhyuk selalu berkata bahwa dia menyayangiku. Namun aku juga dijadikan sebagai pelampiasan disaat dia sedang emosi.

"Gue bingung lo punya salah apa sampe lo diperlakuin kaya gini sama dia?"

"Lo tau dia orang yang temperamental Bin,"

"Ya tapi gak dengan nyakitin hati, fisik, bahkan mental lo Kak!" Katanya sambil mencengkram kedua lenganku erat. "Lo bahkan masih berstatus pacarnya, gimana kalo lo nikah dan jadi istrinya?"

Aku menunduk namun dalam hati aku membenarkan perkataan Seobin. Mungkin kalian pikir aku bodoh, masih mau bertahan padahal sudah jelas hubungan kami jauh dari kata sehat. Tapi percayalah, hatiku selalu berdesir hangat setiap kali Jinhyuk memperlakukanku dengan manis bahkan hanya lewat perhatian-perhatian kecil.

"Kak?" Panggil Seobin yang membuatku mau tak mau mendangak menatapnya. "Gue sedih lo diperlakuin kaya gini, gue ikut sakit disaat lo sakit, dan gue kecewa sama diri gue sendiri kerena gak bisa ngelindungin lo."

Lagi, air mataku menetes dan aku kembali terisak. Entah sudah berapa kali aku menangis sejak kemarin, namun satu yang ku tau bahwa mataku pasti sudah sangat bengkak sekarang.

Seobin segera menarikku ke dalam pelukannya. Ia mengecup-ngecup puncak kepalaku sambil mengusap-ngusap punggungku yang bergetar. Aku bertanya dalam hati, benarkah Jinhyuk yang tak bisa melepaskanku atau aku lah yang justru tak bisa meninggalkannya?

"Temenin gue tidur malam ini ya Bin?" Lirihku yang dibalas anggukan oleh Seobin.

....

Aku mengerjap menatap tempat dimana aku berada sekarang. Tempat yang amat sangat familiar namun sudah lama tidak aku kunjungi.

"Wooseok?"

Aku menoleh, mengernyit menatap seseorang yang amat sangat aku kenal berjalan ke arahku.

"Mau langsung pulang?" Tanyanya yang ku balas anggukan ragu.

"Tunggu!" Ku lihat ia memandang ke sekeliling, lalu menatap tepat pada manik mataku dengan tatapan teduhnya.

Aku tersentak saat ia mulai mengamit kedua tanganku, "Gue udah lama suka sama lo, lo mau gak jadi pacar gue?"

Aku mematung dengan tatapan kosong sambil mencoba mencerna setiap kata yang ia ucapkan, merasa dejavu. Aku menggeleng mencoba mengembalikan kesadaranku. Ku beranikan diriku untuk sedikit mendangak karena memang dia lebih tinggi dariku. "Maksud lo apa Hyuk?"

Jinhyuk terlihat menggigit bibir bawahnya kemudian mengangguk, "Lo mau jadi pacar gue?" Tanyanya lagi, kali ini ia menatapku dengan intens seolah menyampaikan keseriusannya.

Aku bingung, kami berdua bahkan tidak saling dekat untuk disebut pdkt. Kami berdua hanya tau nama saja karena kami memang sekelas. Bahkan kami tidak pernah saling menyapa sebelumnya.

"Tapi Hyuk.." Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dia sudah lebih dulu memotongnya.

"Gue serius sama lo Seok! Gue janji bakal ngikut kemana lo pergi, gue bakal sekolah di tempat lo sekolah nantinya biar kita bisa sama-sama terus. Lo mau kan jadi pacar gue?"

Aku diam dan menunduk, memikirkan jawaban apa yang harus aku berikan padanya? Jujur, aku belum pernah berpacaran sebelumnya. Aku juga belum pernah merasakan rasanya jatuh cinta, rasanya menyukai seseorang, dan rasanya menatap diam-diam dengan jantung yang berdegup kencang. Belum pernah, sama sekali!

"Seok?" Aku tersentak saat ku rasa ia mulai mengusap pipiku. Dan ku lihat siswa atau siswi yang akan pulang memandangi kami berdua, karena memang kami sedang berdiri di koridor dekat dengan gerbang sekolah. Banyak yang menatapku penuh harap, berbinar, dan juga gemas seolah menyuruhku untuk menerima Jinhyuk.

Ku angkat kepalaku lagi untuk menatapnya. Terlihat guratan penuh harap dimata Jinhyuk yang membuatku sedikit tersentuh. Baiklah mungkin tidak ada salahnya aku membuka hati untuknya. Jika kami memang tidak ditakdirkan berjodoh, setidaknya aku bisa menyimpan semua kenanganku dengan Jinhyuk nantinya sebagai cinta pertama juga pacar pertamaku.

Aku berdeham pelan, kemudian mengangguk mengiyakan permintaannya. "Iya Hyuk, gue mau." Tepat setelah aku berkata demikan, ia segera tersenyum lebar dan menarikku ke dalam pelukannya.

"Makasih Seok, makasih."

Aku mengangguk dan membalas pelukannya, membuat orang yang sedang menonton bersorak dengan gembira. Tak lama Jinhyuk melepaskan pelukannya, namun yang membuatku bingung adalah tatapan matanya yang berubah menatapku dengan tajam.

"Lo itu murahan!"

Jinhyuk mulai mencekikku membuat tubuhku menegang. Aku menoleh hendak meminta bantuan, tapi para siswa atau siswi yang tadi menonton sudah pergi atau hilang seketika dan menyisakan kami berdua disini.

Aku memegangi kedua tangannya yang semakin erat mencekik leherku. Aku mencoba memberontak, tapi sialnya ia mendorongku hingga punggungku membentur dinding sekolah.

"Lo gak usah sok cantik hanya karna gue jadi pacar lo! Lo tau udah berapa banyak orang yang gue tolak hanya karna lo hah?! Padahal mereka lebih cantik, lebih sexy, dan lebih dalam segalanya dibanding lo anjing! Lo harusnya bersyukur gue mau jadi pacar lo! Jadi lo harus nurut sama gue dan jangan pernah ngebantah semua perkataan gue!"

Nafasku tercekat, dan dadaku rasanya sesak sekali. Aku masih mencoba melepaskan tangannya namun tidak bisa, ia terlalu kuat untuk ku lawan.

"Hyuk.. Sakit.. Lepas.."

Ia menggeleng dan semakin menatapku tajam, "Ini hukuman karna lo berani mutusin gue!"

"Hyuk.. Jangan gini akh.."

"Lo gak secantik Byungchan, bangsat!"

"JINHYUK LEPAS!!"

"Kak lo kenapa?"

Aku tersentak dan sontak duduk  dengan memegangi leherku. Seobin yang kaget segera memelukku dengan erat. Bahuku naik turun dan bergetar, isakanku mulai keluar bersamaan dengan keringat dingin sebesar biji jagung yang menetes dari keningku.

"It's okay, itu cuma mimpi!" Bisik Seobin yang berusahan menenangkanku.

Aku menunduk dengan mata yang terpejam, sungguh aku benar-benar ketakutan sekarang. Hal ini sebenarnya sudah biasa terjadi setiap kali aku mendapat perlakuan kasar dari Jinhyuk, mimpi itu akan selalu menghantuiku. Mimpi dimana Jinhyuk memintaku menjadi pacarnya, lalu berubah mencekikku seperti sebuah kilasan waktu.

Aku mengusap air mataku, dan ku lihat Seobin tengah menatapku dengan khawatir. Aku menggeleng pelan seolah berkata bahwa aku baik-baik saja. Ia semakin mengeratkan pelukannya, dan aku pun semakin mendusal didada adikku.

"Kalo dia masih gak mau ngelepasin lo, gue bakal bawa lo ke luar kota atau bahkan keluar negeri sekalian biar dia gak bisa nemuin dan ganggu lo lagi Kak."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never Enough Ft. Wooseok On FocusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang