Sontak aku menutup telinga ketika teriakan Midam menggema ke seluruh parkiran sekolah.
"Dam mulutnya ih!" Kataku mencoba menenangkan Midam jika tidak dia akan semakin mengamuk dan mungkin saja bisa menghancurkan gedung sekolah hanya karena ulah saudara kembarku.
Iya, Midam begini karena Seobin mengerjainya. Jadi entah hanya sebuah kebetulan atau tidak, hari ini Midam berangkat ke sekolah menggunakan motornya. Dan motor miliknya ia parkir tepat disebelah motorku dan juga Seobin. Nah berhubung kelas Seobin lebih dahulu keluar saat bel pulang berbunyi, ia malah dengan sengaja memindahkan motor Midam jauh ke ujung parkiran yang untungnya dipergoki oleh kami berdua.
Dan lihatlah, sekarang Midam sedang mengkomat-kamitkan bibirnya seolah sedang membaca mantra sementara Seobin sedang tertawa terbahak-bahak diseberang sana sambil duduk diatas motor Midam.
"Seobin udahlah balikin motornya Midam!" Teriakku yang tentu saja tak dihiraukan oleh Seobin, ingin rasanya aku menjitak kepala saudara kembarku itu.
Ku lihat Midam dengan emosi berjalan cepat ke arah Seobin. Matanya memancarkan kilatan marah seolah siap membunuh siapa saja yang ditatapnya. Tanpa banyak basa-basi aku segera menyusul Midam sebelum terjadi baku hantam diantara mereka berdua nantinya.
"Mau lo tuh apasih njing?" Tanya Midam sambil menarik kerah seragam Seobin, membuat Seobin mau tak mau turun dari motor Midam. Seobin sendiri yang mendapat perlakuan seperti itu hanya terkekeh membuatku ingin mengumpatinya juga.
"Canda kali Dam, sans ngapa?!"
"Canda biji lo lima!" Balas Midam sarkas yang membuatku melotot. Bagaimana mungkin Midam bisa dengan mudah dan tanpa malu menyebut hal yang bisa dibilang privasi tersebut? Tentu saja kalian mengerti apa yang aku maksud kan?
"Eits! Manis-manis mulutnya gak boleh ngomong gitu, pamali!" Kata Seobin sambil mencoba melepas cengkraman Midam pada kerah seragamnya.
Aku pun tak tinggal diam, aku segera menarik Midam menjauh dari adikku. Walau sebenarnya aku juga ingin menghajar Seobin agar ia jera dan tidak terus-terusan mengganggu Midam.
"Udah Dam, mending lo pulang deh!" Saranku karena sumpah demi apapun tatapan Midam benar-benar tajam.
"Gue tuh capek tau Seok dijahilin mulu sama adek lo!"
Aku terkejut kala mendengar suara Midam yang bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca. Dengan cepat aku menariknya ke dalam pelukan, dan menatap adikku dengan tajam seolah berkata 'Tanggungjawab lo!'.
Seobin pun juga sama terkejutnya karena baru kali ini Midam menangis karena perlakuannya. Dengan ragu ia menarik tangan kanan Midam dan menggenggamnya erat. Kepalanya sedikit menunduk menatap Midam yang saat ini menangis dipelukanku.
"Dam maaf, gue gaktau kalo ternyata lo risih gue gangguin terus." Ku dengar suara Seobin mulai melembut dan menatap Midam penuh rasa bersalah.
Midam mendengus dan membuang arah pandangnya ke arah lain asal tatapannya tidak bertemu dengan Seobin. Aku pun segera menendang tulang kering Seobin membuatnya sedikit mengaduh karena sakit.
Dug..
"Anjir sakit Kak!" Ringisnya sambil mengusap-ngusap kakinya.
Aku hanya menatapnya tajam dan melanjutkan aktivitasku mengusap-ngusap punggung Midam yang bergetar.
"Dam maaf.." Kata Seobin sambil menoel-noel bahu Midam. Midam pun segera menepis tangan Seobin dengan kasar.
"Mati aja lo njing!"
Aku pun melotot mendengar jawaban dari Midam, "Jangan dong Dam! Ntar gak ada yang gue gojekin lagi," sahutku mencoba mencairkan suasana, dan ku lihat Seobin mencebikkan bibirnya setelah mendengar ucapanku.
"Gak kakak, gak doi, sama-sama ngeselin!" Gumam Seobin pelan yang membuatku mengernyit. Ah sepertinya aku mulai mengerti dan paham dengan apa yang dirasakan Seobin pada Midam. Lantas aku tersenyum dan menatapnya dengan menggoda.
"Ehem.." Aku berdeham mencoba menyindir adikku, dia hanya melirikku sekilas dengan malas.
"Ehem.. Uhuk.. Uhukk.."
"Keselek beneran mampus lu!" Kata Seobin yang ku balas kekehan kecil.
"Ciye salting.."
....
Aku menghembuskan nafas pelan dan berjalan ke arah cermin. Tanganku dengan telaten mengusap-ngusap rambutku yang masih basah dengan sehelai handuk, iya aku baru saja selesai mandi. Ku ambil hairdryer dari dalam laci, yang langsung saja aku nyalakan setelah memastikan kabelnya tertancap sempurna pada colokan listrik.
Suara mesin dari hairdryer terdengar nyaring ke seluruh ruangan kamar mandiku. Setelah selesai mengeringkan rambut, seperti biasa aku hanya mengoleskan bedak bayi dan lipbalm saja karena memang aku tidak pernah menggunakan produk skincare untuk merawat kulit wajahku. Jadi jangan heran jika diriku tidak lebih cantik dari Byungchan. Ah mengingat namanya saja bisa membuat dadaku tiba-tiba merasa sesak. Aku menggeleng pelan mencoba menepis pemikiran burukku.
Tok.. Tok.. Tok..
Aku menoleh saat mendengar ketukan pintu, aku mengernyit dan berpikir mungkin saja itu Seobin yang sedang gabut seperti biasanya. Dengan malas aku berjalan ke arah pintu.
"Kak itu dicariin sama orang didepan," kata Ibuku saat aku membuka pintu.
Aku pun mengernyit bingung karena seingatku aku tak punya janji bertemu dengan siapapun, "Siapa Buk?"
"Kamu lihat aja sendiri!" Lalu setelah itu Ibu berlalu dan keluar dari kamarku.
Aku sendiri tak langsung keluar, tapi aku berjalan ke arah ranjang guna mengecek ponselku. Aku mengernyit karena tak ada satupun pesan yang masuk, lalu siapa orang yang mencariku? Dengan rasa penasaran aku segera keluar dan berjalan ke arah ruang tamu.
"Jinhyuk?" Panggilku saat melihat seseorang yang aku kenal sedang duduk manis di sofa sambil menunduk. Dan benar saja, Jinhyuk langsung mendangak mendengarku memanggil namanya. Ia tersenyum manis dan berdiri sambil merentangkan tangannya untuk menyambutku.
"Sore yank.."
Aku tersenyum lebar dan menatapnya hangat, "Iya sore, kok kamu gak chat aku dulu kalo mau kesini?" Tanyaku sambil memeluk tubuhnya, sungguh aku terlihat semakin kecil dan mungil.
"Sengaja surprise.." Katanya yang membuatku terkekeh kecil.
Setelah berpelukan, aku memposisikan diriku duduk tepat disebelahnya. Ia menggenggam tanganku dengan erat membuat hatiku berdesir hangat karena perlakuannya.
"Kangen yank.."
Aku terdiam sambil menatap manik matanya, lalu aku menghembuskan nafas pelan karena tau maksud dari perkataannya. Aku pun mengangguk pelan, "Blowjob aja ya?" Bisikku lirih dengan ekor mataku yang melirik kesana-kemari memastikan tak ada orang yang berada disekitar kami berdua.
Ku lihat Jinhyuk mengangguk mengiyakan, "Ya udah ayo ke rumah.."
"Bentar pamit Ibuk dulu.." Kataku lalu bangkit meninggalkan Jinhyuk dan berjalan mencari Ibuku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.