Lenguhku sambil meregangkan tubuhku yang terasa begitu kaku. Aku mengerjap mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam indera penglihatanku. Kemudian aku dibuat mengernyit saat aku sadar bahwa aku sedang tidak berada di kamar milikku sendiri. Jika aku perhatikan ini juga bukan kamar Seobin, lalu ini kamar milik siapa? Batinku bertanya-tanya hingga tepat saat aku menoleh, tatapanku terpaku pada seorang pria yang tengah tertidur disampingku. Oh ya, jangan lupakan tangan kanannya yang melingkar erat dipinggang rampingku.
Tunggu!
"Seungwoo?" Lirihku dengan mata yang membola sempurna.
Lantas aku sedikit bergeser yang tentu saja membuat Seungwoo terusik dari tidurnya. Ku lihat ia mengucek matanya dan menatapku dengan alis yang bertaut.
"Oh udah bangun Seok?" Tanyanya dengan suara serak nan berat khas orang yang baru bangun tidur yang juga membuat darahku berdesir seketika.
Aku mengangguk ragu sebagai jawaban dari pertanyaannya, "Nghh.. Iya baru bangun.." Kataku yang kemudian aku mengigit bibir bawahku karena gugup.
Sementara Seungwoo hanya mengangguk pelan dan kembali terpejam disebelahku. Aku pun mengernyit, bagaimana mungkin Seungwoo dengan santainya kembali tertidur setelah melihatku ada disebelahnya?
"Masih jam lima pagi, mending tidur lagi Seok!" Gumam Seungwoo yang membuatku tertegun sebentar.
Lalu aku menghembuskan napasku dengan pelan, dan mulai menyamankan posisi tidurku walau sedikit memberi jarak pada tubuh Seungwoo. Kemudian aku mulai terpejam dan larut dalam mimpiku.
.....
"Hmm makasih udah dianterin sampe rumah Woo, makasih juga udah ngerawat gue kemarin.." Ucapku ragu saat kami berdua sudah berada didepan rumahku.
Iya Seungwoo baru saja mengantarkanku pulang, ia juga meminjamkan pakaian miliknya untukku. Walau kebesaran dan terlihat seperti oversize ditubuhku, jujur aku menyukainya. Ditambah aroma manis yang membuatku penasaran produk pewangi pakaian apa yang ia gunakan?
"Sama-sama Seok, sans aja.." Jawabnya sambil tersenyum manis.
"Mau mampir gak?" Tawarku sopan.
Mau bagaimana pun Seungwoo sudah memperlakukanku dengan sangat baik saat kemarin aku sakit. Dan aku yakin jika kemarin aku amat sangat merepotkannya, ingin rasanya aku menyalahkan Seobin yang seenak jidat meminta bantuan pada Seungwoo.
Ku lihat Seungwoo menggeleng pelan masih dengan senyum manis yang terpatri diwajah tampannya. "Kayaknya gak bisa deh, mungkin lain kali."
Aku pun mengangguk memaklumi, kemudian ia pamit dan bergegas pulang. Aku tersenyum dan terus menatap mobil yang dikendarai Seungwoo hingga menjauh. Lalu aku menghela napas dan melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah.
Aku sedikit tersentak saat melihat Ibuku sedang menonton tv dengan Seobin yang memberenggut lucu disebelahnya.
"Ibuk?" Panggilku sambil berjalan ke arah mereka berdua.
Ibuku lantas menoleh, "Loh udah pulang? Gimana udah selesai tugas kelompoknya?" Tanyanya yang membuatku mengernyit.
Jelas aku merasa bingung, sejak kapan aku mempunyai tugas kelompok? Lalu aku menoleh ke arah Seobin, ku lihat Adikku tersenyum tipis dan mengedipkan satu matanya. Ah aku mengangguk paham, sepertinya Adikku beralasan jika aku mempunyai tugas kelompok yang mengharuskanku menginap di rumah teman.
"Nghh.. Iya udah kok Buk makanya ini langsung pulang, takut Ibuk khawatir.." Jawabku yang kemudian aku mendudukkan pantatku disebelah beliau.
Jika boleh jujur, aku sudah merasa jauh lebih baik dibanding kemarin. Demamku sudah turun walau sesekali aku masih merasakan pusing. Aku sedikit terhuyung saat Ibu menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Aku mengerjap linglung dan hendak bertanya, namun belum sempat aku membuka mulut ternyata Seobin sudah lebih dulu menyela.
"Ibuk tuh rewel banget karna lo gak pulang Kak!"
Aku tertegun, memang seperti itulah Ibuku. Ia memang akan sangat khawatir jika aku tidak pulang bersama Adikku. Dalam hati aku terus memohon ampun agar Tuhan mau memaafkanku juga Seobin karena telah membohongi Ibuku.
"Ya gimana gak rewel kalo anak sulung Ibuk gak di rumah hmm?" Tanya Ibu sambil mencubit-cubit kedua pipiku.
Aku pun terkekeh dan membalas pelukannya. "Hehehe maafin Wooseok Buk.." Balasku.
Seobin kembali memberenggut menatap kami berdua, "Cuma anak sulung aja nih yang disayang?" Tanyanya dengan nada kesal yang dibuat-buat.
Aku dan Ibu pun lantas terkekeh, dan Ibu langsung menarik Seobin ke dalam pelukannya. Jadi saat ini aku dan Seobin sedang berada dalam pelukan Ibu, sesekali beliau menimang kami karena memang Ibu akan selalu menganggap kami bocah yang masih berusia 5 tahun.
Hatiku berdenyut hangat, aku sangat bersyukur terlahir dari kedua orang tua seperti Ayah dan Ibuku. Dan aku juga bersyukur bahwa aku tidak dilahirkan sendiri. Jika bisa, aku ingin berteriak sekencang mungkin dan berkata bahwa aku sangat menyayangi keluargaku.
.....
Aku berguling ke kanan dan ke kiri sambil memeluk sebuah guling diatas tubuhku. Sesekali aku menghembuskan napas pelan sambil menatap layar ponselku yang tak menampilkan satu notifikasi apapun dari Jinhyuk. Iya saat ini aku tengah menunggu kabar darinya. Apakah ia tidak merasa khawatir karena sejak kemarin aku tidak mengiriminya pesan? Jika memang iya itu artinya Jinhyuk sudah amat sengat terlalu kelewatan padaku.
Aku kembali berpikir, aku ini pacarnya atau hanya pemuas nafsunya saja? Walau kami memang jarang berkirim pesan, tidakkah ia memikirkanku sedetik saja? Tak rindukah ia padaku hingga ia enggan mengirimiku pesan terlebih dahulu?
Jika boleh jujur, aku merindukannya. Namun mengingat kembali perkataan Seungwoo dan Midam membuat kepalaku kembali terasa pusing. Batinku kembali dibuat bertanya-tanya, ada hubungan apa sebenarnya diantara Jinhyuk dan Byungchan? Mereka benar hanya sahabat atau ada hubungan lain yang ditutupi dari kata 'sahabat' itu?
Aku mendesah kecewa, merasa bodoh dengan diriku sendiri karena tidak tau tentang apapun diantara mereka berdua. Jinhyuk pacarku, namun aku sama sekali seperti tidak mengenalinya. Jika memang ia berpacaran dengan Byungchan atau mungkin juga melakukan sesuatu dibelakangku, lalu untuk apa Jinhyuk masih mempertahankanku?
Bukankah ia selalu membangga-banggakan Byungchan didepanku? Bukankah ia selalu berkata jika Byungchan lebih cantik daripada aku? Lalu kenapa ia tidak melepaskanku saja agar ia bisa memiliki Byungchan? Bukankah terkesan egois jika ia juga mencintai Byungchan namun juga tak ingin melepaskanku? Atau memang aku saja yang terlalu bodoh karena tak bisa keluar dari hubungan toxic ini?
Aku menjambak rambutku frustasi, air mataku sudah kembali berlinang. Batinku menjerit, aku lelah dan aku ingin semua ini cepat usai. Tapi apa yang harus aku lakukan? Jika menatap kedua manik mata Jinhyuk saja bisa membuatku luluh dan melupakan segala keluh kesah yang ku pendam. Semua kekesalan, gundah gelisah dan unek-unek yang ingin ku utarakan pun kembali terbungkam saat aku menatap wajah datarnya. Entah karena aku terlalu takut dengan reaksinya atau memang aku yang terlalu bodoh dalam mencintainya?
"Lee Jinhyuk.." Gumamku pelan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.