Nasi Kotak

5.8K 478 2
                                    

"Cie milad sa?"

Ali tak henti hentinya menggoda Yassa yang sedang berulang tahun ke-23, tapi Yassa menanggapi ucapan Ali dengan cuek.

Biasanya di hari ulangtahun nya umi dan abi nya selalu membuatkan ia nasi tumpeng padahal ia sudah bilang jika ia tak mau karena sudah besar, cukup dengan doa saja.

"Kayak anak anak ya li? Padahal ana udah bilang ke umi sama abi jangan gini terus"
ucap Yassa sambil membereskan nasi kotak itu.

"Gapapa sa, wajar orangtua pasti masih nganggep anaknya yang udah dewasa kayak anak kecil" Yassa tersenyum getir menanggapi ucapan Ali.

Asrama putri tepat di kantin nasi

Sofi sedang terburu buru lari dari asrama ke kantin nasi, pasalnya ia sudah telat 1 jam mengantri nasi. Harap harap cemas nasi dan lauknya masih ada. Pagi ia tak sarapan, siang juga tak mengantri nasi mager katanya sekarang giliran ia lapar ia tak tahu apakah nasinya tersisa.

Ia menyesal padahal dari tadi teman temannya sudah membangunkannya, dan pipit juga menawarkan makan berdua tapi ia tolak. Mungkin ini karma karena waktu itu dia melebihkan satu porsi nasi.

Soffi membuka pintu kantin dan ia terburu buru melihat tempat biasanya nasi itu diletakan sampai penuh, dan lauk yang ada di tempat berikutnya. Ia benar benar kecewa semuanya sudah habis tak tersisa.

"Kenapa sih, giliran gue aja yang dateng terakhir semuanya udah abis. Biasanya nyisa ini kenapa abis semua. Segitu gedenya apa dosa gue. Padahal gue disini bayar, sepiring nasi pun gue ga dapet."

Soffi masih kesal dan memukul mukul kedua wadah tersebut sampai ia tak sadar sedang diperhatikan santri lain.

Ia mendengar mereka berbisik bisik tentang soffi yang sedang marah marah, mereka hanya tak merasakan saja diposisi soffi.

"Apa hah liat liat, nasi abis juga gegara kalian kan? Dasar, padahal ana juga bayar disini main diabisin aja. Tak berperi kesantrian. Awas ana mau pergi"
soffi dengan sengaja menubruk orang yang sedang menghalangi jalannya.

Astaghfirullahhaladzim ucap mereka berbarengan.

Adzan Maghrib sudah berganti Adzan Isya, soffi benar benar merasa kelaparan ia ingin makan nasi. Kalau saja ia boleh pegang hp ia pasti sudah memesan makanan lalu ia bagikan pada santri lain. Kruk kruk kruk suara perut soffi daritadi membuat santri putri lainnya mengabaikan dzikir dan bacaan quran mereka, mereka semua menahan tawa pasalnya bukan sekali dua kali suara perut soffi terdengar.

"Pipitt laper"
soffi memelas pada pipit yang sedang membaca quran sambil menunggu imam isya.

"Suruh siapa kamu teh ga makan? Udah baik baik aku tawarin makan eh malh marah marah. Elah pit makan aja sana nanti gue makan sendiri" ucap pipit sambil menirukan gaya bicara soffi.

"Maafin soffi ya pit, tapi beneran pit laper".

Pipit punya satu ide yang bisa membuat soffi tak lapar lagi

"sop, mau ga laper lagi?" Dengan wajah berbinar ia buru buru mengiyakan ucapan pipit

"gimana caranya pit?" Pipit tersenyum mengejek

"ya makan lah, masa mandi" pipit tertawa melihat wajah soffi yang kesal.

"Pipit lucknut" ucapnya dalam hati.

Seperti biasanya Aisyah selalu hampir terakhir keluar dari mesjid selepas shalat isya. Ia selalu melaksanakan shalat witir lebih dahulu, membaca satu juz al-qur'an dan dzikir.

Disepanjang jalan pun ia tak henti hentinya melafalkan bacaan yang ia tadi hafal. Sholehah bukan? Memang ia punya cita cita menjadi pengurus pondok disini.

"Ustdzah, ustadzah" aisyah melirik kesana kemari, seperti ada orang yang sedang memanggilnya.

"Ini disini ustadzah"

aisyah melirik ke pintu dekat mesjid dan ia kaget ternyata ikhwan yang sedang memanggilnya.

"Anta panggil a-ana? A-ada apa-a ya?"

Aisyah tak berani mendekat dan ia menundukan kepalanya, tak berniat melihat siapa yang sedang memanggilnya

"ini, Ana titip nasi kotak ya ke anti. Tolong kasih soffi" Ali menaruh nasi tersebut di bawah lalu ia pergi sambil mengucapkan terimakasih.

Nasi kotak dari siapa ya? Kasih soffi ga ya? Tapi ini kan melanggar peraturan pesantren, tapi soffi juga kasihan dari tadi kelaparan. Ana kasih deh, maaf ya pondok ana ga nurut sekali.

Batin aisyah sambil membawa nasi kotak tersebut, siapa tau hubungannya dengan soffi kembali akrab.

Ketika aisyah datang soffi masih gulang guling di bawah ranjang.

"Sof, anti kenapa?"
Soffi duduk sambil menangis kencang

"ana laper ya Aisyah putri abu bakar istri Rasulullah"

haha suara tawa terdengar diseluruh asrama pipit dan shilla pun tak bisa berhenti tertawa mendengar ucapan soffi.

"Nih sof"

aisyah menyodorkqn nasi kotak tadi dan soffi pun berbinar binar menerimanya ia memeluk Aisyah, dan dengan tak sabar ia membuka nasi kotak tersebut tanpa menawari teman temannya, enak aja di tawarin kan mereka udah makan.

"Kalem sop, ga akan ada yang minta" pipit terkekeh dengan tingkah soffi.

Shilla melihat ada secarik kertas yang terselip di pelastik bolu, tanpa basa basi ia membuka kertas tersebut.

"Astaghfirullah"

pipit, soffi dan aisyah pun kaget melihat shilla.

"Shil ini makanan diracun?"

Pipit menebak nebak, tapi soffi tidak takut kalau ini diracun soalnya iatadi membaca bismillah. Elak soffi.

"Bukan, aisyah ini dari siapa nasi nya?"

Aisyah tersenyum pada mereka

"he ga tau, tadi ada santri putra yang nitip ke ana katanya buat soffi. Kenapa emang?"

Shilla menunjukan kertas tersebut

"dari ustadz Yassa"

soffi yang sedang makan pun langsung menyemburkan nasinya

"kenapa dia ngasih ini?" Ucap soffi sambil melihat nasi yang tinggal 2 suapan lagi.

Maaf sebelumnya jika lancang, kebetulan ini hari ulangtahun Ana. Intinya dimakan ya nasiny! Jaga kesehatan!
-Untuk soffiya
"Yassa"

Suasana asrama kembali hening, soffi melirik pada Aisyah.

"A-a-aisyaa, maaf"

aisyah tersenyum pada soffi

"kenapa minta maaf, ana ga papa. Makan lagi sof, ana mau ke lemari dulu. Lagin ana udah bilang kan ana ga suka ke ustadz yassa"

Jodohku anak Kiyai - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang