5. Menelan kekecewaan

5.6K 388 18
                                    

Ada yang nungguin Keenan?
Pencet bintangnya cinta😍

Keenan membanting tas punggungnya. Lelah seharian mengurus para pasiennya. Ia menyandarkan dirinya di sofa. Membayangkan Ayesha datang membawakannya segelas air minum, juga menawarkan untuk memijat kepalanya. Tapi itu tidak akan terjadi saat Ayesha tetap bersikeras mengejar karirnya sebagai pilot.

Memikirkan Ayesha di luar sana membuat Keenan tidak bernafsu makan, walau ia sedang lapar. Keenan bergegas membersihkan tubuhnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dan Ayesha belum juga pulang. Sudah berkali-kali Keenan mengirim pesan. Tapi tetap centang satu. Susahnya punya istri yang berkarir.

"Assalamualaikum mas!" sapa Ayesha membuka pintu kamar.

"Waalaikumsalam. Bagaimana kabarmu, Ay?" tanya Keenan yang langsung turun dari ranjang.

"Aku baik mas. Aku mandi dulu ya!" ujar Ayesha saat akan di peluk Keenan. Mencoba berfikir positif. Keenan menunggu Ayesha di ranjang. Memainkan ponselnya kembali.

Ceklek!

Keenan hanya melirik Ayesha yang keluar kamar mandi. Istrinya tampak segar dengan rambut panjangnya yang terurai."Ay, kamu gak makan?" tanya Keenan saat Ayesha duduk di sampingnya. Ayesha juga memeluk tubuhnya erat. Membuat Keenan tersenyum simpul.

"Aku sudah makan mas, sekarang aku ngantuk." jawab Ayesha mulai menata selimut. Keenan hanya melihat gerak- gerik istrinya. Ia menahan lapar demi bisa makan berdua. Tapi istrinya malah sudah makan. Bahkan istrinya tak bertanya, apa dia sudah makan atau belum.

Keenan keluar kamar. Daripada ia marah karena Ayesha, lebih baik ia mempelajari buku-buku tebal tentang kesehatan. Nampaknya pria-pria turunan Regan, bukan pria penyabar. Gampang tersulut emosi dan gampang meledak. Contohnya Keenan saat ini. Ia berkali kali minum air putih agar tidak meledakkan emosinya. Ia sudah menikah tapi seolah masih bujang.

"Mas, kamu gak tidur?" tanya Ayesha dengan rambut acak-acakan.

"Kamu kenapa bangun?" Keenan balik bertanya.

"Haus, mau minum!" jawab Ayesha. Ia melenggang ke dapur. Ia melihat nanas yang ada di kulkas. Ia ingat kalau tadi pagi sempat beli nanas. Tanpa pikir lama, ia membuat dua jus nanas untuk dirinya dan Keenan. Selang beberapa menit, ia kembali ke ruang tamu menyusul suaminya.

"Nih minum mas!." ucap Ayesha menyodorkan gelas berisi jus. Keenan hanya mengangguk. Memakan nanas hanya membawa petaka untuknya. Tapi, kalau tidak di minum takut membuat Ayesha tersinggung. Keenan menegug jus nya dengan pelan. Melihat raut keraguan Keenan. Membuat Ayesha jadi berfikir negatif. "Tidak enak ya, mas. Buatan aku?" tanya Ayesha sedih.

"Siapa bilang? Enak banget kok." Keenan buru buru menegug habis jusnya. Dalam hati, ia kecewa dengan istrinya. Bukankah dulunya mereka sahabat kecil. Kenapa Ayesha bisa lupa kalau Keenan memiliki riwayat maag yang bisa sewaktu waktu kambuh.

Ayesha menyenderkan kepalanya di pundak Keenan. Melihat Keenan yang serius membaca buku buku tebal itu. Ayesha pusing dengan kata kata yang baru saja dia baca. Menurutnya, ilmu kesehatan sangat rumit.

"Mas, besok masih ke rumah sakit?" tanya Ayesha.

"Iya." jawab Keenan.

"Jadi dokter Residen itu gak digaji ya, mas? Terus buat biaya yang lain masih ada kan? Jangan bilang kamu minta ayah."

Brak!!

Keenan membanting buku tebal itu di meja. Tidak setuju dengan ucapan menusuk istrinya. Itu sangat melukai harga dirinya sebagai seorang pria. Walaupun Keenan terlahir dari orang berada. Sedikitpun ia tidak pernah manja dengan apa-apa harus minta orang tua.

Beloved Doctor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang