10. Rasa ketidak pedulian

4K 263 37
                                    

"Assalamualaikum, aku pulang!" teriak Ayesha dengan riang. Ia langsung memeluk erat tubuh suaminya, sampai cangkir berisi kopi yang Keenan pegang sedikit tumpah. Keenan melihat raut wajah istrinya, istrinya membawa empat paper bag yang dari logonya, merupakan brand import ternama.

"Aku kangen sama kamu, muach ... Muach... Muach.... " ujar Ayesha menciumi pipi Keenan bertubi-tubi.

"Kok kamu belanja banyak banget?" tanya Keenan membuka salah satu paper bag yang isinya sampai lima baju.

"Iya dong, sebagian mau aku kasihkan ke Keyara." jawab Ayesha senang.

"Kamu bukan sedang jadi selingkuhan atasan kamu, kan?" tuduh Keenan menatap tajam istrinya.

"Maksud kamu apa?" ucap Ayesha yang balik bertanya.

"Kamu belanja banyak kayak gini. Jangan-jangan jadi simpanan atasan kamu. Terus dia manjain kamu dengan uang-uangnya kayak gini. Jangan pura-pura gak peka!" ujar Keenan yang mulai tersulut emosi.

"Kok kamu nuduhnya gitu sih, Mas? Jangan banyak drama deh. Aku kerja, punya uang. Ya kali gak bisa beli ginian." kesal Ayesha menabok lengan suaminya.

"Aku gak mau tau, kamu harus resign dalam minggu ini!" ucap Keenan dengan tegas. Ayesha berdiri, siap menyemprot Keenan dengan kata-kata penolakannya.

"Aku tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun!" tegas Keenan. Suami mana yang rela bila istrinya yang cantik digoda dengan pria lain. Keenan yakin, istrinya bukan wanita murahan. Tapi, namanya pikiran kadang juga negatif.

Ayesha mengumpat dengan berbagai umpatan. Kemarin Keenan bilang tidak akan memaksa, tapi sekarang, suaminya itu bersikeras ingin dirinya resign. Mau dikasih makan apa coba dirinya nanti.

"Ay," panggil Keenan mengagetkan Ayesha yang sibuk dengan sumpah serapahmya.

"Mandi dulu! aku mau ngomong sesuatu." titah Keenan. Ayesha menghentakkan kakinya kesal. Keenan menghembuskan nafasnya pelan. Se-mandiri apapun perempuan, pasti ada sisi kekanakan. Keenan pahami itu.

Ayesha segera mandi, ia juga takut kalau bau kecut-nya membuat Keenan jijik. Apalagi sampai berani melirik perempuan lain. Dimata suami, istri tetangga lebih menggoda.

Ayesha memilih pakaian yang sedikit terbuka. Memanjakan penglihatan suaminya agar membatalkan niatnya menyuruh Ayesha berhenti bekerja.

Keenan sudah menunggu di taman belakang sambil memandang bunga mawar yang ia tanam di pot-pot kecil. Cukup untuk memanjakan matanya.

"Mas!" sapa Ayasha mengusung senyum yang ia manis-maniskan.

"Duduk sini!" ujar Keenan mempersilahkan. Ayesha mengangguk, mengambil duduk di samping Keenan.

"Aku gak mau basa-basi lagi, Ay. Sekarang aku tanya sama kamu. Kamu bisa gak ngehargain aku sebagai suami kamu?" tanya Keenan dengan serius. Keenan memegang dagu Ayesha saat istrinya mencoba mengalihkan wajahnya. Ayesha takut ditatap seperti itu oleh suaminya.

Keenan dengan sabar menunggu jawaban Ayesha, menyelami lebih dalam mata jernih cinta pertamanya."Mas, aku-"

"Jangan bertele-tele, Ay. Jawabannya hanya dua. Iya atau tidak!" sela Keenan. Ayesha menunduk, tapi lagi-lagi dagunya dicengram Keenan. Tidak sakit, hanya saja ia jadi tidak bisa menoleh.

"Harus berapa menit lagi aku menunggu jawabanmu itu?" tanya Keenan. Ayesha tak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Keenan. Ekspresi wajah Keenan sulit dibaca. Mata pria itu terlalu dalam untuk sekedar ia selami.

"Kasih aku waktu-" cicit Ayesha lirih.

"Bukankah aku sudah memberimu waktu?" tanya Keenan lagi. Ayesha bimbang. Ia menghargai suaminya. Tapi untuk karir, Ayesha sulit melepas. Kalau dia menjawab tidak, ia takut Keenan akan meninggalkannya. Kalau menjawab iya, karirnya yang menjadi taruhannya.

Beloved Doctor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang