"Asha?"
"Eh, iya bu?" Asha yang sedari tadi melamun langsung melirik ke arah Bu Hani yang duduk di hadapannya.
"Kamu kenapa malah bengong?" Bu Hani tertawa. "Esai kamu ibu bawa dulu ya, biar ibu periksa dulu. Nanti pulang sekolah kamu kesini, revisi bareng sama ibu, oke?"
"Pulang sekolah, bu?" tanya Asha, memastikan ulang.
"Oh iya, kamu latihan buat lomba pramuka ya?" celetuk Bu Hani. "Izin sebentar, ya? Gak lama kok revisinya, selesai revisi kamu bisa langsung latihan."
Asha terdiam sesaat, kemudian tersenyum tipis. "Oke, bu."
"Kamu kenapa?" tanya Bu Hani. "Dari tadi gak fokus kayaknya."
"Gapapa bu," balas Asha sambil menggelengkan kepalanya. "Bu, saya mau tanya sesuatu, boleh?"
"Tanya aja."
"Saya kan ambil tema tentang kebebasan berpendapat..." Asha memainkan tangannya sesaat. "Saya aman kan, bu?"
"Hah, maksud kamu?" Bu Hani mengerutkan keningnya.
"Takut aja gitu, nanti saya malah diincer."
Bu Hani tertawa. "Enggak lah, kamu kan cuma ngutarain opini kamu. Kamu juga enggak menyinggung pihak mana pun."
"Yah, soalnya kan sekarang suka bermasalah kalo kita ngutarain pendapat gitu Bu..."
"Kayak kejadian di kampus kakak kamu tahun lalu ya?" tanya Bu Hani sambil tersenyum. "Masalah sama senior itu kan?"
"Eh?" Asha terperangah. "Ya... Semacam itu Bu."
"Viral banget ya waktu itu kejadiannya?" Bu Hani tertawa kecil. "Sampe pada demo di jalan. Nama kakak kamu sama temen-temennya sampe dimuat di internet, lho."
"Masa sih, bu?" tanya Asha sambil mengerutkan keningnya.
"Lho? Kirain kamu tau," balas Bu Hani. "Coba cari aja beritanya, pasti ketemu daftar nama-namanya."
"Hmm...." gumam Asha. "Yaudah, makasih ya bu."
"Sama-sama."
Asha keluar dari ruang guru dan berjalan kembali menuju kelas. Ketika berjalan di lorong, Asha berpapasan dengan Raihan, Rian, dan Suci.
"Sha!" panggil Raihan. "Udah kelar rapatnya?"
"Kayak apaan aja dah, rapat." Rian menyenggol lengan Raihan. "Mau ikut ke kantin gak Sha? Suci mau traktir nih, semalem kan sukses telponan sama Bimo sampe sejam!"
"Ngawur lo kalo ngomong!" balas Suci sewot. "Ikut gak Sha? Gue laper nih. Temenin yuukk, takut gue cewek sendiri ke kantin bareng mereka berdua, nanti pada julid sama gue."
"...Skip deh, gue males," balas Asha pelan. "Mau ke kelas aja."
"Lo gak makan Sha?" Raihan mengerutkan keningnya. "Nanti lo sakit lagi."
"Gak nafsu."
"Hmm," gumam Suci. "Mau titip sesuatu gak? Gue yang traktir."
"Susu kedelai aja, punya Bu Irma ya belinya," jawab Asha.
"Oke siippp," balas Suci. "Ayok ahhh, ke kantin! Gue laper!"
"Diihh, itu si Asha kenapa?" tanya Rian sambil melepaskan tangannya dari tarikan Suci.
"Gatau gue," balas Suci. "Nanti juga dia cerita sendiri, kalo dia mau. Dari pagi mood dia udah keliatan jelek."
"Lo apa-apain ya Ci? Lo kalo seneng ditelpon Bimo gak usah alay, kesian tuh anak orang kelewat iri!" ledek Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
pradnya.
RomanceJuna termasuk orang yang percaya diri untuk mendekati Asha. Namun banyak orang menentang. Mereka bilang pada akhirnya Juna akan menyerah. Asha masih memiliki perasaan kepada orang lain. Terjadi sesuatu pada masa lalu Asha. Tanpa Juna sadari, sebenar...