Jangan lupa vote + comment!
[]
"Jika dilihat dari penataan aula ini, sepertinya anda harus memakai gaun setelan yang cocok untuk ruangannya."
Seulgi bersama Joohyun sekarang sedang melihat penataan aula dimana pernikahan mereka akan dilakukan. Joohyun yang melipat tangannya seraya melihat sekeliling aula, dari ujung ke ujung hingga atas ke bawah. Seulgi yang ada disampingnya hanya bisa sebatas melirik dan memastikan jika penataan aula ini sesuai harapan Joohyun.
"Karena aula ini didominasikan oleh warna putih, jadi saya sarankan jika pengantin pria memakai pakaian berwarna hitam."
Mendengar kata 'pengantin pria' itu membuat Joohyun melihat ke arah Seulgi. Secara fisik tubuh Seulgi memang lebih tinggi dari pada Joohyun, postur tubuhnya juga tidak menunjukkan aura yang feminim. Terpikir di kepala Joohyun, benar jika Seulgi terlihat seperti pengantin pria yang mendominasi dirinya.
Mendominasi dirinya.
Joohyun berdeham kecil karena merasa malu telah mendeskripsikan Seulgi seperti itu. Dengan cepat Joohyun mengalihkan pandangannya ke sekeliling aula, melihat ada banyak meja dan kursi untuk tamu undangan. Ada sebuah piano hitam besar yang akan dimainkan selama pernikahan berlangsung. Ah, indahnya jika saja yang Joohyun nikahin adalah pengantin pria sungguhan.
"Mana yang anda suka, Nyonya Bae?" Seulgi bertanya setelah melihat setelan pakaiannya.
"Semuanya aku suka."
Joohyun menjawab tanpa meninggalkan matanya dari piano hitam. Tatapan Seulgi yang tadinya menatap wajah Joohyun dari samping akhirnya turun ke bawah, lagi-lagi Seulgi mendapatkan jawaban dingin seperti itu. Bahkan Joohyun tidak berusaha untuk melihat daftar gaun yang ditawarkan oleh penyewa.
Sejak awal, semuanya adalah usaha Seulgi. semuanya Seulgi lakukan untuk Joohyun, namun dia tidak pernah melirik padanya sedikit pun.
Pernikahan mereka akan berlangsung dalam hitungan hari, dan itu akan dilaksanakan secara tertutup. Tentu Seulgi harus segera menyelesaikan semua persiapan dengan baik, jika itu cukup untuk membuktikannya kepada Joohyun.
Setelah memilih setelan gaun dan aula, mereka berdua langsung diantar oleh supir pribadi Seulgi menuju ke mall besar di Kota Seoul. Selama berjalan ke toko perhiasan, Seulgi masih memberi jarak ketika dia berdiri di samping Joohyun. Itu juga karena Joohyun tidak melakukan apa-apa kecuali melipat tangannya di depan dada.
Seperti menunjukkan aura untuk tidak menyentuh Joohyun sama sekali. Meskipun beberapa hari yang lalu Seulgi sudah memikirkan untuk mundur, tetapi entah kenapa sesuatu di dalam dirinya menahan untuk tidak melakukan itu. Tidak tahu apa karena perusahaan keluarganya, atau karena Joohyun.
Seulgi tidak berhenti menatap Joohyun dari kejauhan begitu mereka masuk ke dalam toko perhiasan. Joohyun sedang menyibukkan dirinya untuk melihat kalung dan cincin yang menurutnya menarik. Jika Seulgi mengambil satu langkah lagi, dia tahu sudah tidak ada cara lain untuk lari. Lagi-lagi Seulgi diberikan rasa kepedihan sejak terakhir ia merasakan itu.
Betapa bahagianya Seulgi jika dia bisa memasangkan cincin itu di jari manis Joohyun, jika saja dia tidak membawa bom di kepalanya. Betapa hancur hati Seulgi membayangkan jika suatu hari dia akan meninggalkan Joohyun sendirian, karena apapun yang Seulgi lakukan sekarang tidak akan bisa menghentikan pernikahan mereka.
"Menemukan sesuatu yang menarik?" tanya Seulgi.
"Tidak."
Seulgi menatap Joohyun, sedikit lebih berani lagi untuk menatap wanita dingin itu. "Kalau tidak ada yang menarik, apa kamu ingin pergi ke tempat lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon ─ Seulrene ✓
Fanfiction❝Maafkan aku, hingga kamu menutup mata, aku tidak sempat memberikan kebahagiaan yang kamu inginkan.❞ Tentang rasa sakit, kecewa, dan bahagia Kang Seulgi, wanita yang menghabiskan waktu paling bahagia dalam hidup pendeknya. ©Seulgibaechuu, 2020.