Di sebuah rumah besar bak istana itu, mereka sekeluarga sedang berkumpul membahas sesuatu hal yang sangat penting.
"Jadi bagaimana? Sudah ada perkembangan?" Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang pria tua yang terlihat sudah sangat keriput.
"Belum pa" jawab pria paruh baya dengan sangat lesu. Ia sangat stres memikirkan masalah ini.
"Apa kita nggak punya foto dia?" Pria dengan wajah datar namun sangat tampan itu mengeluarkan pertanyaan dengan nada dingin khasnya.
"Ah, mami menyimpan album foto waktu kalian semua masih kecil. Sebentar aku akan mengambilnya" ucap wanita paruh baya yang menyebut dirinya mami itu segera pergi ke arah kamar untuk mengambil album foto tersebut.
Ia pun segera kembali lalu membuka album foto itu.
"Ini dia"
"Tapi disitu dia masih terlalu kecil" ucap pria dengan setelan jas dokternya.
"Benar kata kak Louis. Sekarang dia sudah bertumbuh besar, bagaimana kita bisa mengenali dia" sahut pria yang memakai kacamata. Sama datarnya dengan pria tadi.
Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam memikirkan ucapannya.
"Bunda tau" ucap seorang wanita bernama Dewi yang membuat semua pasang mata menatap kearahnya. "Bukannya dia memakai kalung seperti punya Sarah? Wajahnya juga pasti sangat mirip dengan Sarah" lanjutnya.
"Kita harus segera mencari keberadaan cucuku. Aku tidak ingin terjadi hal buruk kepadanya. Sudah 13 tahun dia menghilang dan aku tidak ingin dia menghilang lebih lama lagi. Aku ingin melihatnya sebelum aku mati" ucap pria tua itu dengan sedih. Dia adalah seorang kepala keluarga, Abraham Abimanyu Alcander.
"Jangan berbicara seperti itu pa. Kita pasti akan menemukannya kembali" ucap pria paruh baya yang duduk disamping Abraham. Bima Alcander. Putra pertama Abraham.
"Tenang opa, Leo akan menemukan adikku segera" ucap pria yang paling muda itu dengan semangat. Dia adalah Leonard Dabbith Alcander. Cucu laki-laki terakhir di keluarga Alcander.
"Jangan hanya berbicara omong kosong" ucap pria berwajah datar itu. Alden Aldebaran Alcander. Cucu pertama di keluarga Alcander.
"Hey kamu pikir aku tidak bisa" jawab Leo sengit.
"Sudahlah Leo, dan berbicaralah dengan sopan kepadanya. Dia jelas lebih tua darimu" lerai pria bersetalan jas dokter itu bernama Louis Dominic Alcander. Kakak kandung dari seorang Leonard. Leo hanya mendengus lalu diam.
"Segeralah kembali ke kamar masing-masing. Ini sudah sangat larut" ucap Baim Alcander. Putra kedua Abraham.
Semua orang sudah beranjak untuk kembali ke kamarnya masing-masing kecuali pria paruh baya yang terlihat sangat lesu.
"Sudahlah Bayu. Kita pasti akan menemukan putrimu kembali" ucap Baim yang melihat saudaranya itu yang sibuk memikirkan sesuatu. Dia adalah Bayu Alcander, putra terakhir seorang Abraham.
"Iya Mas Baim benar. Kita pasti bisa menemukan keponakanku kembali" ucap wanita yang menyebut dirinya mami, Citra.
"Lebih baik Mas Bayu menghibur Sarah. Kasian dia selalu keluar masuk rumah sakit karena terlalu stres memikirkan putrinya" ucap Dewi.
"Baiklah. Aku duluan" ucap Bayu lalu segera berlalu menuju kamarnya.
Saat masuk ke dalam kamar, ia melihat sang istri yang sedang menangis sambil memeluk pigura foto. Ia pun segera memeluk istrinya itu.
"Tenanglah Sarah. Kita akan menemukan putri kita segera" ucap Bayu menenangkannya.
"Tapi kapan mas? Sudah 13 tahun berlalu tapi kita belum menemukannya. Bagaimana kalau dia hidup menderita? Apa dia baik-baik saja? Apakah dia makan dengan teratur? Siapa yang mengurusnya? Aku selalu memikirkan itu setiap harinya" ucap Sarah dengan pilu.
Bayu pun ikut meneteskan air matanya. Akhirnya mereka berdua menangis sambil berpelukan memikirkan keadaan putri kecil mereka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Selamat pagi" ucap pria dengan wajah datar. Bukan Alden melainkan Agler Alaric Alcander. Adik kandung Alden.
Ia pun segera bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan.
"Aku harus segera pergi. Ada meeting" ucap Alden lalu segera berlalu pergi. Dewi hanya bisa mengelus dada melihat sifat anak-anaknya.
Ini semua karena Mas Bima. Sifatnya menurun ke anak-anakku. Batinnya kesal.
"Aku juga harus cepat-cepat. Pagi ini aku ada jadwal operasi" ucap Louis lalu menyalimi mereka satu-satu. Kecuali pada saudara-saudaranya.
"Aku pergi. Kuliah" ucap Agler lalu segera beranjak persis seperti yang dilakukan Alden.
Sedangkan Leo masih menikmati sarapannya dengan santai. Bahkan tak menghiraukan jam yang sudah menunjukkan pukul 07.10
"Kenapa kamu belum berangkat" tanya Citra kepada anaknya itu yang terlihat sangat santai.
"Ini Leo masih makan. Mami gimana sih" ucap Leo santai mengabaikan tatapan kesal Citra kepadanya.
"Kamu tidak lihat ini jam berapa sekarang?" Ucap Citra.
Leo pun segera melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Paling dihukum lari ama pak botak atau hormat bendera" ucap Leo seakan tidak akan terjadi apa-apa.
Yang lain hanya bisa geleng-geleng melihat kelakukannya. Sudah biasa. Ia memang seperti itu.
"Leo berangkat ya opa, papi, mami, mama, papa, ayah, bunda. Ah banyak banget untung yang lain udah pada pergi jadi Leo gak perlu sebutin satu-satu" ucap Leo menyalimi mereka satu-satu kemudian pergi berlalu.
Anak siapa sih, ucap Citra dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Brother
Fiksi RemajaCover by graphic_cii Kayla tidak menyangka, hidupnya yang sederhana berubah 180 derajat menjadi anak orang kaya seperti di novel yang biasa ia baca.