Kepingan pertama

31 2 1
                                    

" Bagiku kau istimewa abang. Kau memasuki hidupku ketika aku kehilangan pegangan untuk bertahan. Abang, aku selalu mengingat saat pertama kali kau bertemu denganku. Kau menatapku dari ujung kaki dan berhenti tepat di depan mataku.

" Panggil aku abang, Mei "begitu kau berkata sambil mengerlingkan matamu, kau orang pertama yang tersenyum kepadaku, bukan senyum kasihan atau dibuat-buat, kau tersenyum tulus kepadaku.

Mei, begitu namaku tertulis. Mei, hanya itu saja. Mei dan aku tidak menyandang nama keluarga di belakang namaku. Mei, dunia ini hanya mempercayakan nama singkat itu untukku. Aku tinggal bersama orang tua, memang orang yang tua, old people bukan parents, meski salah satu dari mereka adalah orang tua biologis ku. Ku putuskan tidak akan memberikan keterangan apa-apa mengenai diriku berkaitan dengan keluargaku. Namaku Mei, hanya Mei saja. Aku selalu menuliskan namaku dimanapun. Di setiap lembar buku, di pensil atau penghapus. Aku menuliskannnya dalam kertas kecil dan menempelkannya disetiap benda yang ku miliki. Aku tidak takut kehilangan benda itu, aku hanya takut kehilangan namaku.

Pagi, siang, malam semua berganti dan satu hari terlewati. Senin, selasa, rabu dan genap satu minggu, minggu I, Minggu II dan genap 4 minggu lalu menjadi satu bulan. Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni dan begitu seterusnya berganti menjadi tahun. Hari ini hari ke tujuh di bulan ini. Aku dulu tidak mengerti mengenai ulang tahun. Tidak tahu mengapa ada anak-anak berkumpul mengelilingi sebuah meja yang diatasnya duduk kue yang berhiaskan putri –putri dalam negeri dongeng. Di puncak kue itu bertengger angka-angka yang berubah setiap tahunnya. Lilin dinyalakan dan ditiup kembali begitu seterusnya dan seterusnya.

Tapi aku tidak pernah melakukannya. Tidak pernah sampai saat ini. Hingga suatu saat aku mengerti ulang tahun adalah momen dimana kau memperingati lagi hari kelahiranmu kedunia ini. Hari dimana Tuhan menurunkanmu ke bumi setelah 9 bulan masa "training". Tuhan mengirimkanmu lewat seorang malaikat bernama ibu, mama, mami, omak atau apapun sebutannya. Tapi aku tidak mengenal siapa malaikat yang seharusnya menemaniku.

Hari ini hari ke tujuh di bulan ini. Ada suatu saat di tahun-tahun yang telah berlalu ketika aku mengerti makna ulang tahun, aku menemukan diriku juga mempunyai tanggal itu. Tanggal dimana Tuhan mengirimkanku ke bumi. Hari ini tepatnya, hari ini sudah 16 tahun Tuhan menurunkanku ke bumi.

" Selamat ulang tahun Mei " bisikku, sudah 3 kali aku melakukan itu. Aku membisikkan selamat ulang tahun ke setiap helai rambut, sel sel darah, kulit, jantung, hati dan semua bagian tubuhku. Sudah 16 tahun kalian menemaniku, bersatu dan membuatku hidup. Walau aku berharap salah satu dari kalian akan mogok bekerja dan menyebabkan kerusakan untuk bagian tubuh yang lain. Sel-sel darah tidak bisakah kau mogok bekerja, menggumpal dan jantung akan berhenti bekerja?

Rambut tidak bisa melakukan itu, darah lebih berpotensi untuk melakukannya. Jantung, tidak bisakah kau tersedak, tidak lagi bisa bekerja dan gagal jantung, brakkkkkk semua akan berakhir kan ? Aku mohon lakukanlah itu untukku.

Hari ke tujuh di bulan ini akankah ada cerita berbeda untuk seorang bernama Mei ini ? Rutinitasku di pagi hari hanya bangun dan bersiap untuk kesekolah. Dan pagi ini aku sudah bersiap ke sekolah. Bagiku sekolah adalah rumah pertama dan rumah adalah rumah kedua. Di sekolah setidaknya tidak ada yang mempedulikanku.

" Mei, selamat ulang tahun " bisiknya, dia selalu tidak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Dia juga tidak lupa untuk mengecilkan volume suaranya, memperhatikan sekelilingnya memastikan tidak akan ada orang yang mendengarnya. Dia mengatakan selamat ulang tahun seolah olah dia membisikkan letak harta kekayaannya yang bisa ku larikan jika aku mau.

" Kau menginginkan hadiah apa Mei ?" tanyanya lagi, aku tidak tahu apakah dia sedang menatapku atau tidak. Aku tidak menoleh sedikitpun padanya.

" Sama seperti tahun lalu " jawabku, dia terdiam. Nampak benar itu suatu hal yang tidak bisa diberikannya untukku.

Karena Kau Cinta Pertamaku AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang