7.

264 13 1
                                    

Matahari masih malu malu menampakkan wajahnya. Tetapi duda beranak satu ini sudah disibukkan oleh pekerjaan rumah. Meskipun Yohan merupakan CEO, namun ia memilih mengerjakan pekerjaan rumah sendiri daripada mempekerjakan asisten rumah tangga. Menurutnya, selagi ia bisa mengurusnya sendiri maka akan ia lakukan sendiri.

Jam 5 pagi Yohan sudah bangun dari tidurnya. Hal pertama yang ia lakukan setelah bangun tidur ialah mengecek keadaan sang anak di kamar sebelah.

Yohan membuka pintu di sebelah kamarnya perlahan. Ruangan gelap dan dingin menyambutnya. Dilihatnya kasur sang anak yang sudah jauh dari kata rapi itu serta posisi sang anak yang berubah 180 derajat dari posisi awalnya saat tidur. Tak tertinggal bantal dan selimut yang sudah berada di atas lantai.

Yohan berdecak, "Ini anak kok tidurnya rusuh amat ya? Kaya abis tawuran ajaa"

Perlahan Yohan mendekat. Mengambil bantal serta selimut kemudian menyelimuti kembali sang anak. Mengambil remote ac dan menaikkan suhunya. Dirasa sudah beres, Yohan keluar kamar setelah mencium dahi sang anak.

Yohan segera menuju ruangan laundry dan memasukkan baju kotor ke mesin cuci. Ia memasukkan detergen dan segera menyalakan mesin cucinya.

Setelahnya, ia berjalan ke dapur dan membuka kulkas untuk melihat bahan-bahan yang akan ia masak pagi ini. Pilihannya jatuh kepada ayam fillet serta bawang bombay. Ia akan membuat ayam teriyaki.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Yohan telah selesai menata sarapan di atas meja. Dilihatnya jam di ruang tv menunjukkan pukul 5.45.

Yohan kembali ke kamar sang anak. Membuka lemari, sejenak memikirkan baju apa yang harus digunakan sang anak hari ini. Diambilnya seragam olahraga sang anak mengingat ini hari jumat kemudian menaruhnya di meja belajar sang anak. Dilanjut membuka gorden dan mematikan ac.

Ion yang merasa silau segera membuka matanya. Bagi Yohan, membangunkan Ion merupakan tugas yang mudah. Ia tidak perlu bersusah payah membangunkan sang anak. Ion tak akan bangun meskipun Yohan sudah berteriak sekalipun tetapi Ion akan segera bangun apabila Yohan membuka gorden ataupun menyalakan lampu kamarnya.

"Good morning, Nak", sapa Yohan menghampiri sang anak. Ia membuka tangannya menyambut Ion ke dalam pelukannya.

"Morning, Dad", sahut Ion dengan suara seraknya membalas pelukan sang ayah.

"Bangun yuk, mandi yaa bajunya udah daddy siapin. Daddy juga mau mandi. Nanti kalo udah selese ganti baju turun yaa, tadi daddy buat ayam teriyaki", titah Yohan yang hanya dibalas anggukan kecil.

Yohan pun kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Jam 6.10 Yohan dan Ion sudah berada di meja makan. Hanya ada suara dentingan sendok yang terdengar sebelum Yohan membuka suara.

"Dek, siang nanti daddy ada meeting di luar. Adek mau ikut daddy atau mau ke rumah oma?", tanya Yohan.

"Adek Gwen ke kantor daddy nggak hari ini?", jawab Ion

"Emang kenapa? Adek Gwen kan di daycare", jawab Yohan bertanya karena sang anak yang mengabaikan pertanyaannya.

"Yahh padahal kalo adek Gwen di kantor daddy Ion mau ikut daddy", jawabnya murung.

"Kenapa ngga daddy jemput aja bareng pas jemput Ion?", lanjutnya.

"Ya kan yang boleh jemput Ate Aya, Nak. Kalo daddy yang jemput bisa-bisa daddy dikira mau nyulik Gwen dong.", jawab Yohan.

"Ya daddy ajak Ate Aya dong", sahut Ion enteng.

"Yaudah deh ntar daddy coba ajak Ate Aya buat jemput Gwen. Udah buruan habisin sarapannya, udah mau setengah tujuh nihh", balas Yohan sambil melirik arlojinya di tangan kiri.

Single Parents - YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang