part 7

26 3 0
                                    

Sudah dua hari Prince tidak masuk sekolah. Karena balapan yang dia lakukan dia juga terluka.

Namun hal baiknya Prince memenangkan balapan itu. Prince sudah memprediksi, Jikalau dia menang pasti masalahnya dengan mereka akan berlanjut. Dan dia tidak tahu kapan masalahnya akan terselesaikan. Dia butuh bantuan Louis.

✨✨✨

"AAAAAAAAAA. GUE TELATTT BANGOOONNN!"

Amel bergegas menata rambutnya dan berkemas. Amel sudah mandi tadi malam. Pikirnya tidak apa kalau dirinya tidak mandi pagi ini.

Ko bisa telat sih! Padahal gue udah pasang alarm.

Bawa ini. Bawa itu. Makan di kantin aja kali ya. Udah jam 7 aja astaga. Hwa!!!!!.

~~

"Di Amel mana ya? Ga berangkat?"

"Ga tau gue bukan maknya."

Aish. Karina tak mengerti mengapa Valdi jadi terlihat tak peduli seperti itu terhadap Amel.

~~

Bus nya masa sih. Ga tau gue lagi buru buru ya? Ga ngertiin gue banget heran.

Bentar kenapa ga mesen gojek aja? Ih bodoh banget T-T.

Hosh hosh hosh.

Jangan sampe gue telat. Bisa gawat!

Amel mengacungkan jempolnya kepada abang ojol dan sangat berterimakasih karena sudah tepat waktu mengantarnya.

Jam masuk adalah jam tujuh seperempat. Sedangkan sekarang adalah jam tujuh lebih empat belas menit.

Anjir pertama kali gue telat. Semoga ga di hukum. Jalan ke kelas butuh 10 menit lagi. Kenapa sekolahnya gede banget sih. Udah gitu gedung-n-y-a d-i p i s a h p i s a h. Amel masih berlari dan berdebat dengan dirinya sendiri.

'Amel telat?'

Brakk!!!

"Eh. Hehe. Permisi Pak Johan. Saya mau masuk ke kelas."

"Ini sudah lewat berapa menit? Keluar ke lapangan dan lari 5 kali putaran."

"What!? Ah maaf. 5 kali pak? Ga salah? Lapangan segede itu? Boleh nego tidak pak? Hehe Pak Johan kan baik seperti saya."

Dasar.

Eh anjir Amel berani banget sama Pak Johan.

"Tidak ada nego negoan Amel clavia wijaya. Yang katanya baik seperti saya."

~~

Amel berjalan gontai menuju lapangan. Berjalan dari kelas ke lapangan saja sudah jauh. Ini di tambah lari 5 kali putaran. Benar benar tidak habis pikir dengan hukuman seperti ini.

Kalau nanti Amel bekerja menjadi guru. Walaupun cita citanya bukan menjadi guru. Amel tidak akan menghukum muridnya seperti sekarang. Dia akan menyuruh murid itu untuk mengerjakan soal matematika sebanyak 100+ soal agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Ah. Gue harus banget nglakuin ini ya?

Putaran pertama. Masih aman.

Putaran ke dua. Rasanya seperti ingin terbang.

Putaran ke tiga. Mungkin Amel sudah terbang. Amel sudah tidak merasakan sebuah kaki membawanya lari.

Putaran ke empat. Amel ingin menyudahi ini semua dan pergi meninggalkan lapangan. Dia berharap seseorang mau mewakilinya.

My StoryWhere stories live. Discover now