12. Di 'puncak'

8.1K 1.1K 616
                                    

Rose sedang membenarkan pajama yang baru saja terpasang di tubuhnya seraya menekan tombol-tombol di ponsel. Dia harus menepati janjinya kepada Papanya. Mengingat kejadian barusan, Rose jadi berpikir untuk tidak lagi dia menerima telepon jika sedang berada di situasi yang tidak memungkinkan.

Sore tadi, Rose dan Jeffrey melakukannya lagi. Di tengah kegiatan, ponsel Rose berdering. Ternyata Fuji yang menelepon. Jeffrey tampak panik dan dia menyuruh rose untuk meload speaker pembicaraannya di telepon agar Jeffrey bisa ikut mendengar. Kira-kira begini kronologinya :

"Di Puncak." Jeffrey mengisyaratkan Rose untuk me-load speaker sambungannya dengan Fuji.

"Kok bisa di Puncak? Lagi liburan?" Tanya Fuji dari seberang sana. Rose yang masih berada di atas Jeffrey pun menjawab, "iya. Perusahaan Papinya Jeffrey ngadain workshop. Aku di ajak."

"Oalah. What are you doing right now? Katanya Papa kangen minta vidcall sama kamu—"

"—JANGAN SEKARANG." Pekik Rose. Intonasi Rose terdengar sangat panik membuat Jeffrey yang berada di bawahnya menepuk jidatnya.

"Why? Kamu emang lagi ngapain?" Fuji curiga.

"Itu... Apa sih... Umm.. Aku teh abis ini lomba jadi aku nggak bisa vidcall sekarang soalnya lagi buru-buru." Balas Rose.

Jeffrey menghembuskan nafas lega.

"Oh yaudah. Nanti jangan lupa vidcall Papa ya?"

"Iyaa nanti abis aku lomba. Dah ya aku matiin."

Sampai sini saja. Authornya nggak mungkin melanjutkan kegiatannya Rose dan Jeffrey setelah sesi teleponnya selesai.

Sebenarnya Rose bisa saja beralasan bahwa ia baru saja selesai mandi jika ditanya mengapa telanjang dada di video call. MASALAHNYA, Jeffrey lagi di bawahnya. Makin tidak mungkin. Melakukan sesuatu itu nggak boleh setengah-setengah, ini kata Jeffrey ketika Rose hendak menyelesaikan kegiatannya setelah menutup sambungan dari Fuji.

Emang Jeffrey definisi gebetan bajingan.

Tapi Rosenya masih mau cinta mati.

Sekarang Rose sedang memakai pajama tidur sambil mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut yang dibawanya. Ia akan menepati janjinya kepada Papanya. Video call.

Wajah Papanya muncul di layar ponsel Rose. Rose memberikan senyuman hangatnya untuk Papanya dan melambaikan tangannya. "Papa!"

"Gadis Papa! Lagi ngapain tuh?" Tanya Papa.

"Abis ngeringin rambut. Maaf ya tadi aku sibuk banget jadi baru bisa video call sekarang." Kata Rose.

"Nggak apa-apa, sayang. Papa cuma pengen liat wajah kamu aja, rindu sekalii."

"Aku juga kangen Papa! Nanti aku kapan-kapan mampir ya ke Australia. Mampir aja, nggak pindah."

"Iya sayang terserah kamu ajaa. Mau mampir doang, nginep atau bahkan Pulang-Pergi juga nggak apa-apa. Jangan di paksa oke?"

"Papa sekarang lagi sibuk apa nih?"

"Bisnis aja. Nggak ada yang lain. Ohiya, anak temen Papa ada yang naksir kamu. Orang Australia asli loh. Namanya Josh."

"Aku nggak demen sama bule, Pa. Heheheh."

Cklek,

Jeffrey menongolkan kepalanya dengan ekspresi imut yang di buatnya membuat Rose tertawa gemas. Rose mengisyaratkan Jeffrey untuk mendekat lalu menyodorkan ponsel Rose tepat ke hadapan wajah Jeffrey.

Zodiac mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang