Pagi ini menjadi pagi yang sangat riweuh pada kediaman Dhito dan Bella.
Bagaimana tidak, pagi-pagi sekali mereka kedatangan tamu yang sungguh mengejutkan.
Tangisan seorang bayi telah membangunkan Dhito dan Bella yang masih bergelung dibawah selimut sambil memeluk satu sama lain pun dibuat kaget. Masalahnya adalah, BELLA KAN BELUM LAHIRAN. TERUS ITU SUARA BAYI SIAPA DONG???!! ASTAGHFIRULLAH MASIH SUBUH LOH INI.
Sontak Dhito dan Bella mencari-cari dari mana asal suara bayi tersebut. "Yang, kayaknya suaranya dari depan deh. Coba kamu lihat gih." titah Dhito sembari berbisik, namun Bella pun tak terima dengan perintah Dhito itu, "kok aku sih mas? Kamu aja deh, aku ga berani!"
"Aku juga engga berani sayang!" dengan masih berbisik, Dhito menekankan perkataannya frustasi.
Hening kemudian melanda, Dhito dan Bella sama-sama sedang memikirkan bagaimana cara
"Yang, kita bareng aja deh kedepannya" usul Dhito kemudian yang mendapatkan anggukan setuju dari Bella.
Keduanya pun berjalan mengendap kearah pintu depan. Lantas membuka kunci secara perlahan, kemudian membuka pintu tanpa menimbulkan bunyi decitan yang keras.
"Gimana yang? Gimana? Gak ada apa-apa kan?" Tanya Dhito bertubi-tubi setelah membuka pintu dan kemudian bersembunyi dibalik tubuh Bella sambil memejamkan mata rapat.
Bella memberanikan diri untuk mengecek keadaan sekitar. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat tepat didepan pintu rumah mereka terdapat sebuah keranjang yang rupanya didalamnya terdapat seorang bayi yang sedang menangis. Dengan tergesa Bella segera menggendong sang bayi untuk menenangkan.
"M-mas, ini bayi beneran mas. Kasihan, kita bawa masuk dulu ya. Tolong kamu bawain keranjangnya."
Bella membawa masuk bayi tersebut ke dalam rumah dan duduk diruang tengah untuk menenangkan bayi perempuan yang kisaran usianya adalah 6 bulan, masih cukup kecil untuk ditinggalkan oleh orang tuanya.
"Shhh cup-cup, sayang jangan takut lagi yaa shhh udah ya sekarang kamu udah aman, shhhh" Bella menimang-nimang bayi tersebut dengan sayang dan usahanya membuahkan hasil saat bayi tersebut perlahan-lahan mulai tenang dan kembali tertidur.
"Yang, ini ada surat didalam keranjang bayinya, coba kamu baca deh." Ucap Dhito lantas memberikan selembar kertas yang diambil dari dalam keranjang bayi tadi,
Bella segera membaca surat tersebut,
Assalamualaikum Bella, sebelumnya aku mau minta maaf karena aku harus ngerepotin kamu.
Aku mohon sama kamu, tolong jaga anak ini. Aku ga sanggup kalo harus merawatnya sendirian. Aku gabisa, setelah suamiku meninggal, aku merasa aku udah gabisa ngapa-ngapain lagi. Aku rasa ini waktunya buat aku kembali mengejar impian ku yang sempat tertunda dulu.
Aku minta tolong banget sama kamu, semoga kamu bisa jaga anakku dan juga berilah dia nama yang baik. Aku percayakan dia sama kamu. Tolong rawat dia selayaknya dia adalah anak kamu sendiri. Setelah kamu baca surat ini, mungkin aku sudah terbang ke Paris jadi sekali lagi aku minta tolong sama kamu buat rawat dia. Aku gatau lagi harus minta tolong sama siapa?. Semua barang-barang dia udah ada ditasnya, kamu gausah khawatir karena dia anak yang baik, dia jarang rewel jadi kamu ga akan sulit buat jaga dia.
Karina.
Setetes air mata turun melalui pelipis Bella, setelah membaca surat yang tersebut ia jadi tahu harus berbuat apa terhadap bayi tersebut. Ia bertekad akan merawatnya selayaknya anak sendiri. Lagipula baru beberapa menit ia bahkan sudah merasakan sayang terhadap bayi perempuan yang imut itu.
"Hei, kok nangis sih. Kamu kenapa? Apa isi suratnya?" tanya Dhito lembut sambil mengusap rambut panjang Bella,
Bella masih terus terisak kecil lantas menghambur ke dalam pelukan Dhito,
"Dia anak Karina mas, Karina bilang dia minta tolong sama kita buat ngerawat anaknya. Dia bilang dia ga sanggup ngerawat anaknya sendirian tanpa suami, dia juga memutuskan untuk mengejar impiannya menjadi model, jadi sekarang dia udah terbang ke Paris, hiks ——" jawab Bella sambil terisak
"Shhh, yaudah ini namanya siapa bayi nya?"
"Hikss— eungg siapa ya? Hiks—" Dhito terkekeh kecil melihat keimutan sang istri yang berbicara sambil terisak itu, tingkat keimutan semakin bertambah dan membuat Dhito gemas ingin memakan pipi chubby Bella itu,
"Ih- hiks— kok kamu ngeliatin -hiks— aku gitu ba-hiks—nget sih?"
"Kamu lucu banget sih bell, gemes mas tuh liat kamu ngomong sambil nangis gitu, bawaannya pengen makan pipi kamu ihh—" ucap Dhito gemas dan sudah berancang-ancang akan menggigit pipi Bella sebelum Bella telah berhasil menahan dada Dhito,
"Ihh hiks—apaan sih kamuu??" ucap Bella kesal dan dengan kecepatan kilat Dhito berhasil menggigit gemas pipi Bella itu dan membuat Dhito mendapat sebuah cubitan maut pada pahanya
Ekspresi bapak Dhito pas berhasil gigit pipi istrinya. 🌚
Maaf ya kalo ga ngefeel :) 🙏🙏
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴀs - ᴋɪᴍ ᴅᴏɴɢʜʏᴜᴋ
Fanfiction[COMPLETED] "Udah siang, ayo mandi" "Mandiin ya" "Kan biasanya juga dimandiin sayang. Kamu kalo ga aku mandiin kan gabakal mandi" ©Tatathita ; 2020