5. Accident Scene.

66 20 2
                                    

Tali kuning bertuliskan 'do not cross' melintang mengelilingi kerangka kendaraan.

Suasana di TKP benar- benar ramai. Tidak hanya personil kepolisian, pasukan damkar dan petugas medis, tetapi juga para warga. Ledakkan yang terjadi menarik perhatian orang-orang untuk berkumpul bahkan sebelum pihak berwenang menyambangi lokasi. Pihak polisi terpaksa bekerja lebih keras lagi untuk mentertibkan keadaan. Jangan sampai orang-orang itu berbuat rusuh apalagi sampai menggaggu jalannya evakuasi.

Berjarak sekitar 5 meter dari tali kuning khas Polisi, terdapat sebuah tenda yang di jadikan posko oleh paramedis. Posko yang di peruntukkan untuk meletakkan jasad korban. Di sana, baru terlihat dua jasad yang sudah gosong dan terpujur kaku. Wajahnya sudah tidak berbentuk lagi. Tapi, dari postur tubuhnya dapat di pastikkan bahwa dua orang tersebut asli Indonesia, keduanya terbungkus kantong mayat. Masih ada dua jasad yang belum dievakuasi. Tidak jauh dari dua mayat yang terpujur kaku tersebut. Terdapat beberapa orang dengan wajah sembab dan kemerahan.

"Anakku!" Jerit pilu mengusik pendengaran. Wanita paruh baya itu meronta ingin mendekat ke kantong mayat. Untung saja ada sesosok laki-laki muda terus berusaha menjauhkan dirinya dari onggokkan jasad tersebut. Pada akhirnya wanita paruh baya ini terisak menjauhi tenda.

Taksi online yang di tumpangi Marion,Kayla, Raihan dan Rias akhirnya sampai di TKP. Taksi tersebut berhenti sejauh 20 meter dari kerumunan warga. Baru saja mobil tersebut di rem, Marion dengan beringas membuka pintu dan berlari ke kerumunan. Titik-titik airmata mulai mengambang kembali. Raihan dan Kayla tidak tinggal diam. Keduanya mengikuti arah lari putri keluarga Thomson itu. Meninggalkan Rias yang masih bengong, pemuda itu rupanya tidak di beri tahu bahwa tujuan mareka adalah TKP kecelakaan.

Marion dengan tergesa langsung masuk kedalam kerumunan. Ia tidak peduli tubuhnya terhimpit. Beberapa kali ia rasakan tubuhnya terdorong ke sana kemari. Keadaan kalut membuat gadis itu beringas ia tidak segan - segan mendorong orang yang menghalangi jalan. Setelah berjejal sedemikian rupa, ia sampai di depan tali kuning Polisi. Marion kembali histeris, hampir saja ia menerobos tali kuning jika tidak ada polisi yang menghalangi.

Tiba-tiba tangan kokoh menggapai pergelangan tangan Marion. Menariknya keluar dari kerumunan. Marion berontak kepada Raihan. Namun langsung bungkam saat sang teman angkat suara

"Percuma kamu berdesakkan di sana. Kamu hanya akan menyusahkan kepolisian. Kalau kamu ingin tahu keadaan Mr. Thomson, Ikut aku!" Raihan terus menarik Marion keluar kerumunan. Lalu, langkah Raihan tertuju ke posko paramedis.

Kayla dan Rias telah menunggu di sana.

"Tolong jaga Red!" perintah Raihan. Lantas pemuda itu meninggalkan tiga temannya.

"Ray kamu mau ke mana?!" teriak Kayla dan Rias berbarengan. Tapi, yang di teriaki tidak mengubris.

Marion meminta izin untuk melihat dua jasad yang berada di dalam kantong mayat tersebut. Setelah melihat dua jasad yang sudah gosong, bahkan wajahnya saja sulit dikenali. Air matanya seketika terkumpul dan siap tumpah kapan saja. Marion tahu dengan pasti dua jasad itu bukan milik ayahnya, ia kenal sekali postur tubuh sang ayah.

Lalu iris coklatnya bergulir pada meja yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Diatas meja tersebut ada beberapa barang yang sudah menghitam karena terbakar. Ada sepatu yang hanya tertinggal solnya saja, dompet kulit yang telah mengerut, potongan baju yang disobek paksa, dan beberapa barang lainnya yang tidak dapat di kenali. Sepertinya itu barang- barang yang berhasil diselamatkan walau bentuknya sudah tidak karuan.

Kayla menghampiri salah satu dokter yang sedang memeriksa keadaan korban ---mencari tahu informasi terkini.

"Dokter, sepertinya susah yah untuk menentukkan identitas mayat?"

Raihan: The Lost Artifact( Completed, Re-Publis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang