15. Lose?!

32 9 12
                                    

Raihan bersandar pada dinding, dia menekuk kaki kanan ke belakang. Seraya kedua tangannya disimpan di saku celana, tatapannya tertuju pada ujung sepatu kiri. Sesaat dia menarik napas pelan, didetik selanjutnya kepala itu berputar ke arah pintu bercat hitam yang sudah seperempat jam tertutup. Meskipun baru sebentar, tapi bagi pemuda bernama tengah Steward ini sudah cukup untuk disebut lama.

Sedang di samping kiri pemuda ini terdapat sofa yang sedang di duduki dua temannya. Rias dan Kayla.

Wajah Rias sedari tadi terlihat berbinar cerah. Bagaimana tidak, tanpa diduga polisi datang sendiri kepada mereka. Dengan begini dia yakin Raihan tidak bisa mengelak lagi. Dan akhirnya Raihan pasti akan mengemukakan analisanya kepada pihak polisi, lalu mereka akan pulang dengan damai kerumah, tanpa harus terlibat lagi dengan kasus Marion. Bukan berarti Rias tidak peduli, tapi karena dia tahu ini bukan ranahnya begitu pula Raihan. Sekarang dipikiran Rias adalah kasur empuk di rumah yang siap menyambutnya. Rias tersenyum membayangkan hal itu. Dasar kaum rebahan.

Kayla yang sedari tadi memerhatikan Raihan, mengangkat bokongnya dari sofa empuk, lantas menghampiri pemuda kembaran Aisha ini.

"Oi ... jangan ngelamun mulu! Nanti kesambet loh." Kepalan mungil itu dengan sengaja mengincar perut si pemuda. Raihan langsung meringis, ngilu. Bahkan ia agak terhuyung saat mendapatkan bogem mentah tersebut.

"Ini sakit!" sungut Raihan meringis sembari mengusap-usap perutnya.

"Kamu lemah, begitu aja kesakitan. Kalah sama Aisha," kata Kayla mencoba mengalihkan pikiran Raihan ke hal lain. Kayla tidak mau pemuda ini terlalu memikirkan Marion.

"Dasar tukang pukul." Rias lantas berdiri tepat di depan Kayla, berkacak pinggang. Lalu bola matanya melotot tajam kearah Kayla.

"Kamu ngomong apa tadi?" Kayla mendekat kepada Rias sambil mendongak.

"Tukang pukul alias Kang Tampol." Rias menyeringai.

"Pa'an sih, ngga jelas!" Respon Kayla masih berusaha sabar--gadis itu menunduk menahan geram.

"Kang tampol!" Rias belum menyadari perubahan ekspresi sang gadis loli terus mengeluarkan ledekkan.

Kayla tersenyum miring mendengar pernyataan Rias tersebut.

"Kang tampol, yah?" desis Kayla pura-pura mengulung lengan bajunya, padahal dia menggunakan baju berlengan pendek. "Kesini kamu, Belum ngerasain kali yah kekuatan maksimal Kayla Nasution."

Rias yang melihat respon Kayla seperti itu terbelalak keget. Dia hanya bergurau, tapi kenapa ekapresi Kayla menjadi menyeramkan? Apa Kayla tersinggung?

Dengan gerakan cepat bahkan bisa di bilang tidak terbaca, Kayla menerjang pemuda di depannya. Rias yang tidak siap jatuh telentang dengan Kayla yang duduk di perutnya. Suara punggung Rias dan lantai yang saling beradu berdentum keras, boro-boro pemuda ini memikirkan tulang punggungnya yang terasa mau patah,   kedua bola mata Rias lebih dulu bergetar hebat kala melihat tangan kanan Kayla mengepal dan siap membogem dirinya. Lantas di detik itu juga, kepalan Kayla bergerak cepat kearah wajah. Spontan pemuda malang ini menutup mata.

Sedetik ...

dua detik ...

tiga detik ...

empat detik ...

Tidak ada yang terjadi, Rias merasa bingung. Dengan hati- hati dia membuka mata. Dan alangkah kagetnya dia, ketika mendapati kepalan tangan itu tepat berada diujung hidungnya. Namun anehnya Rias sama sekali tidak merasakan kulit Kayla menyentuh hidung. Tidak hanya itu, tatapan kosong Kayla memberi kehororan tersendiri. Dada gadis ini terlihat kembang-kempis dengan cepat.

Raihan: The Lost Artifact( Completed, Re-Publis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang