11.Muhammad Fahmi.

38 10 5
                                    

Dua personil polisi duduk di sofa panjang warna hijau toska berhiaskan sulur- sulur berwarna kuning keemasan di permukaannya. Duduk saling bersebelahan, sekarang keduanya sedang berhadapan dengan dua guru yang duduk di sofa seberang dengan warna dan corak yang sama, mereka sedang dalam kesusahan. Empat orang ini hanya di batasi oleh meja yang membentang di hadapan, diatasnya terdapat beberapa toples makanan kecil, serta empat cup teh tersusun rapi berserta tekonya.

Kedua polisi itu mendengarkan penuturan salah satu guru dengan seksama. Salah satu diantara keduanya adalah seorang polwan, di dada kanannya terpampang jelas nama 'Aida Nogruho'.

Sedang satu personil lainnya adalah polisi pria berusia sekitar akhir 30-an. Itu terlihat jelas dari gurat wajahnya yang berhiaskan kumis tipis dan sedikit jambang di sana. Seraya mendengarkan guru berkacamata didepannya, dia mengetuk- ngetuk jari telunjuk diatas paha. Mencoba mencerna penuturan dari orang yang berbicara.

Sekilas dia melirik rekan di sebelah. Wanita yang tidak lain adalah juniornya di kepolisian sedang asik mencatat poin-poin penting dari penuturan guru di depan mereka. Rasa bangga terbersit di hatinya atas kecekatan Polwan satu ini.

"Begitulah, pak. Kami sudah mencoba menghubungi dan mencari mereka keseluruh penjuru museum, tapi mereka tidak di temukan," kata pak Subri mengakhiri ceritanya. Nada lesu di setiap kata terdengar ketara.

"Bapak punya foto mereka tidak?" tanya Aida.

Pak Subri menggeleng, dia memang tidak mempunyai foto Raihan, Rias dan Kayla.

"Kami memang tidak mempunyai foto ketiganya, tapi sebentar saya akan menghubungi salah satu siswa, dia pasti punya fotonya." Guru di samping Suberi angkat suara. Pak Kamtari nama beliau.

Cekatan dia mengambil ponsel. Pak Kamtari, beliau memang terkenal dekat dengan siswanya, kepribadiannya yang friendly, humble, murah senyum dan penyabar. Membuat sosok guru ini di senangi banyak muridnya. Jadi lumrah jika dia banyak mempunyai nomor kontak siswa di tempatnya mengajar.

"Ini foto mereka pak, bu." Kamtari segera menyerahkan ponselnya kepada salah satu personil polisi itu, sesaat setelah mendapatkan foto ketiga siswanya yang hilang.

Aida langsung mengerutkan alisnya ketika melihat foto tersebut. "Dua anak laki-laki ini tadi pagi bersamaku."

Sentak penuturan dari Aida ini membuat tiga orang bersamanya melempar tatapan bingung.

"Pemuda beriris biru ini sepertinya mengenal Marion Thomson, dia terlihat sangat dekat dengan Marion Dia juga yang membantuku untuk menenangkan gadis itu," lanjutnya, mengerti arti tatapan yang tertuju kepadanya.

"Lalu apa ibu tahu di mana mereka sekarang!" Ekspresi wajah Suberi berseri, berharap ada titik terang tentang keberadaan tiga anak didiknya.

"Setelah dua pemuda ini datang. Dia mengambil alih untuk menenangkan Marion." Tunjuk Aida ke foto Raihan." Saya hanya mengamati mereka. Tapi, dia juga tidak banyak membantu. Marion tetap menangis histeris. Hingga pemuda ini meminta saya dan temannya menjauh. Kami menurut, karena saat itu saya berpikir dia itu pacar dari Marion. Mungkin dengan di tinggal berdua, Marion bisa lebih baik ...." Aida menghentikan penuturannya, sesaat dia menarik napas lalu menghembuskannya pelan. Membuat orang yang dari tadi menyimak penasaran.

"Lalu bagaimana?!" tanya rekannya.

"Setelah itu saya tidak melihat mereka lagi pak," lirih Aida. Tampak sekali gurat penyesalan di wajah bulatnya yang agak tertunduk, sepersekian detik kemudian dia mengangkatnya lagi. " Saya juga tidak melihat Marion lagi setelah meninggalkan mereka."

"Hanya dua pemuda ini, lalu apakah gadis ini tidak bersama mereka?" Pertanyaan itu hanya di jawab anggukan kecil dari Aida.

Setelah mendengar jika acara peresmian museum dan study tour di batalkan, suasana di museum menjadi ricuh, suara riuh rendah membahana memenuhi ruangan, semua undangan pasti bertanya-tanya mengapa dibatalkan. Kenapa tiba-tiba. Apa ada sesuatu yang terjadi, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu harus. Tidak! Tapi wajib di jawab dari pihak museum.

Raihan: The Lost Artifact( Completed, Re-Publis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang