***
Angin malam yang berhembus, membuat Thalassa mempererat cardigan yang ia kenakan. Sedangkan Harry, ia hanya diam tanpa berbicara. Sambil menatap langit-langit yang di penuhi oleh berbagai bintang.
Rambut ikal panjang milik Harry terbawa oleh angin. Membuat wajah tampannya terlihat dengan jelas walaupun hanya dengan penerangan bulan. Thalassa yang melihat itu hanya bisa terpaku. Thalassa lebih menyukai Harry yang seperti ini. Diam dan tidak banyak bertingkah aneh.
Harry mengnyatukan kedua tangannya, lalu di gesekkan sehingga menimbulkan kehangatan tersendiri. Laki-laki itu menghela nafas tenang.
“Aku tahu, kenapa kau memilih untuk bekerja di toko roti ini saat malam.” Kata Harry membuka percakapan. Thalassa menoleh kearahnya dengan sebelah alis yang terangkat.
“Memangnya apa?” Tanyanya. Harry tersenyum tanpa menoleh kearah Thalassa, “Karena di belakang toko roti ini menyimpan sejuta keindahan di malam harinya.” Jawabnya asal.
Thalassa tertawa kecil mendengar penuturan dari Harry. “Sebenarnya itu hanya salah satunya, dan bahasamu itu sangat menggelikan.” Komentarnya sambil mengedikkan bahu.
Harry menaruh kepalanya di atas rumput dengan kedua tangan yang dilipat di belakang kepala. Sambil menutup matanya, untuk merasakan ketenangan tersendiri. Thalassa yang melihat itu, melakukan hal yang sama seperti Harry.
“Kalau boleh tahu kenapa namamu bisa Thalassa? Maksudku, nama itu sangat jarang kudengar.” Tanya Harry penasaran, sambil menoleh kearah Thalassa yang sedang menatap langit-langit.
“Ibuku yang memberikan nama itu,” Jawabnya. “Thalassa diambil dari satelit planet Neptunus, karena ibuku sangat menyukai planet tersebut. Bahkan aku punya adik yang bernama Deimos, diambil dari satelit planet Mars, karena ayahku menyukai planet Mars.” Lanjutnya sambil tersenyum.
Harry mengangguk mengerti. “How a cute family. Aku tidak menyangka jika keluargamu sangat menyukai planet. Itu sangat jarang terjadi.” Komentar Harry sambil berdecak kagum.
“Kenapa sedari tadi kau melihat kearah bintang? Kau menyukai bintang?” Tanya Thalassa sambil memandang salah satu bintang yang paling terbesar diantara yang lainnya. Harry mengangguk cepat.
“Aku pernah dengar katanya, jika kita mempunyai kerabat yang sudah meninggal, kita bisa manatap bintang dan menganggap kalau itu adalah kerabat kita.” Jelas Harry sambil terus memandang kearah bintang.
Thalassa menaikkan alisnya. “Memangnya siapa kerabatmu itu?” Tanyanya dengan mimik wajah yang penasaran.
“Dia kakakku, Gemma.” Jawab Harry singkat. Thalassa menatap Harry dengan tatapan bersalah. “Um, Maaf, aku tidak tahu—“ Harry tertawa memotong omongan Thalassa.
“It’s okay,” Katanya. “Kau tahu kenapa aku suka dengan bintang?” Tanya Harry yang dijawab dengan gelengan kepala dari Thalassa. Sebenarnya gadis itu juga bingung kenapa Harry tiba-tiba melontarkan pertanyaan seperti itu.
Harry menoleh kearah Thalassa, dan menatapnya tepat dimanik mata gadis itu. “Karena kau itu seperti bintang, terlihat indah jika di pandang. Tapi terlalu mustahil untuk digapai.” Katanya sambil menolehkan pandangan kearah lain. Thalassa bisa melihat kepedihan yang ada di wajah Harry.
***
a/n: hai! maaf kalau ini jelek banget dan yagitu ohiya mau bilang kalau cerita ini tinggal 3 chap lagi selesai hihi makasih ya udah mau baca :)
gimme a vomments pls x
KAMU SEDANG MEMBACA
Bakery At Night // h.s
FanfictionPercintaan yang berawal dari toko Bakery, yang sering di kunjungi oleh Harry di malam hari. [ #27 FanFiction] cover by @mersgranfoy