Bakery #1

6K 808 95
                                    

***

Bunyi lonceng yang berada di atas pintu berbunyi. Tanda bahwa ada seseorang yang datang. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tapi toko kue tersebut masih buka, seperti yang tertulis di papan yang berada di pintu masuk. Memang hanya toko kue ini yang masih buku duapuluh empat jam.

Laki-laki dengan rambut ikal panjang berjalan masuk kedalam. Harry, itulah nama yang biasanya dipanggil oleh para pelayan di toko roti tersebut. Harry memang pelanggan langganan di tempat itu. Karena setiap malamnya, laki-laki itu akan mendatangi tempat tersebut lalu membeli beberapa roti yang biasanya ia bagikan kepada rakyat-rakyat kurang mampu di sekitar rumahnya.

“Malam, Mrs. Mckenna.” Sapa Harry sambil tersenyum menunjukkan lesung pipinya. Yang dipanggilpun menoleh kearahnya.

“Oh, malam, Harry.” Balasnya. “Kau pasti ingin mengambil pesananmu itu, kan?” Tebak Mrs. Mckenna sambil mengelap tangannya yang tadi berlumuran tepung pembuat kue.

Harry mengangguk. “Apa semuanya sudah jadi?” Wanita yang bertubuh sedikit gemuk serta kulit coklatnya itu mengangguk cepat.

“Thalassa,” Panggil wanita itu kepada seorang gadis yang sedang menyapu lantai. Gadis berambut blonde gelombang tersebut menoleh.

“Ya? Ada apa?”

“Bisakah kau ambilkan roti pesanannya di dapur?” Tanya Mrs. Mckenna sedikit berteriak karena jarak antara mereka cukup jauh. Harry menoleh kearah gadis yang bernama Thalassa itu.

Dengan pakaian lusuh serta celana jeans yang Thalassa kenakan. Gadis itu mengangguk pelan. Saat ia ingin melewati Harry, ia sempat tersenyum tipis lalu melanjutkan perjalanannya kearah dapur. Harry menatap Thalassa tanpa berkedip.

“Siapa dia? Sepertinya aku tidak pernah melihatnya.” Gumamnya kepada dirinya sendiri. Tapi karena suara yang ia timbulkan cukup berisik dan dapat di dengar oleh Mrs. Mckenna.

“Dia pelayan baru disini. Thalassa hanya bekerja di saat malam saja, karena saat paginya gadis itu memilih untuk bersekolah.” Jawab wanita itu sambil manaruh beberapa roti yang masih hangat kedalam kotak kaca yang berada di dekat kasir.

Nama yang unik, tapi lucu. Batin Harry.

Tak lama pesanan Harry datang. Thalassa membawa beberapa kantong plastik yang berisi roti-roti pesanan Harry.

Thalassa menghampir kasir dan mulai menghitung berapa harga yang harus dikeluarkan Harry untuk itu semua. Setelah selesai gadis itu memberikan kantong-kantong itu kepada Harry.

“Terima kasih sudah membeli di toko roti kami. Semoga kau suka dengan roti buatan kami, jangan sungkan untuk datang kemari lagi.” Kata Thalassa sambil tersenyum manis.

Harry terkekeh pelan. “Itu sudah pasti, apalagi kau yang melayaninya.” Bisiknya.

***

a/n: haihai! maaf ya kalau kependekan ohiya aku pengen bilang ini aku buatnya sengaja dipendek-pendekin tapi tenang aja kok partnya bakal lebih dari 10 semoga aja hahaha makasih udah mau baca;3

gimme a vomments pls?

Bakery At Night // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang