Bakery #2

4.9K 739 153
                                    

***

Semenjak ketika Harry melihat Thalassa di toko roti langganannya. Laki-laki tersebut menjadi lebih sering mendatangi toko itu. Padahal biasanya ia akan pergi empat kali seminggu. Tapi kali ini, hampir setiap hari dalam seminggu. Ada perasaan aneh saat Harry pertama kali melihat senyuman gadis itu. Senyuman yang sama dengan Kakak perempuannya yang sudah meninggal dua tahun yang lalu.

Harry yang sedang duduk di kursi sudut restoran. Tak hentinya laki-laki tersebut menatap pintu masuk. Sudah satu jam lebih Harry duduk di sana tanpa memesan sesuatu kecuali coffee. Ia mengecek jam ditangannya.

Sudah jam sembilan lebih tapi gadis yang ia cara tak kunjung datang. Padahal jadwal kerjanya dimulai dari sepuluh menit yang lalu. Harry menghela nafas kecewa. Belum sempat Harry akan pergi dari duduknya. Tiba-tiba saja pintu masuk terbuka.

Dan terlihatlah Thalassa yang sedang berjalan dengan terburu-buru. Gadis itu langsung masuk ke ruangan khusus yang pelayan. Bahkan Harry belum sempat menyapanya ataupun memanggilnya. Walaupun ia tahu, kalau gadis itu tidak mengenalinya.

Butuh beberapa menit sampai akhirnya Thalassa keluar dari ruangan khusus itu. Harry tersenyum senang melihatnya. Ia mulai menghampiri Thalassa yang sedang memasukkan beberapa roti hangat.

“Hi,” Sapa Harry kepada Thalassa. Tetapi gadis itu tetap acuh dan tidak membalas sapaan dari Harry. Lalu pandangan Harry terarah kepada earphone yang bertengger di telinganya.

Harry menepuk pelan pundak Thalassa. “Um, hi,” Sapanya ulang. Thalassa yang merasa ada yang menyentuh pundaknya, langsung menoleh.

Thalassa melepas earphone miliknya. Lalu menatap Harry dengan tanda tanya besar. “Ya? Ada yang bisa aku bantu, Tuan?” Tanyanya formal.

“Jangan panggil aku tuan. Bahkan umurku saja sama denganmu.” Komentar Harry, sambil menunjukkan lesung pipi miliknya. Karena menurutnya aksi itu akan membuat seorang gadis dapat jatuh cinta kepadanya.

 Tapi dugaannya salah, Thalassa hanya menatap Harry datar.

“Aku Harry,” Laki-laki itu menjulurkan tangan kanannya kearah Thalassa. Gadis itu melihat tangan yang menjulur kearahnya dengan bingung. Tapi Thalassa tetap menjabatnya.

“Thalassa.” Jawabnya singkat. Harry tersenyum, “Nama yang lucu, sama dengan orangnya.” Komentar Harry.

Thalassa hanya bisa tersenyum tipis. “Jadi, ada yang bisa kubantu, Harry?” Tanya Thalassa lagi.

“Uh, itu. Tentu saja ada.” Harry menyeringai. “Boleh aku tahu nomor ponselmu?” Tanyanya. Yang mendapat balasan dengan kekehan kecil dari Thalassa.

“Maaf, tapi sepertinya itu tidak termaksud dalam daftar pesanan.”

***

a/n: aduh kayaknya hari ini aku post cerita ini dua kali deh hihi gatau kenapa ada ide aja nulis beginian._. haha makasih ya yang udah mau baca!!

gimme a vomments pls?

Bakery At Night // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang