10. Dania

376 91 565
                                    

Seusai hujan reda, Biyla di antar dengan selamat oleh Davino menuju rumahnya. Tapi entah keberuntungan atau malah malapetaka, baru saja duduk santai di sofa ruang tamu, mbak Tia malah mengajak Biyla untuk pergi ke supermarket membeli kebutuhan rumah yang sudah habis.

Akhirnya Biyla menyetujui saja tanpa berfikir panjang lebar. Selain hari sudah malam, dia juga tidak tega membiarkan mbak Tia berada dalam suasana dingin di luar sendirian.

"Mbak, kemana dulu nih?" tanya Biyla saat sudah sampai di supermarket. Suasana di sana tidak terlalu ramai, mungkin karena lebih enak di rumah rebahan dan memakai selimut tebal daripada berputar-putar di supermarket yang memiliki 5 AC dingin.

"Ke sayur mayur dulu deh, biar cepet, kamu ke rak daging sama ayam, nanti kita ketemuan di rak buah-buahan."

Biyla menyetujuinya. Dia berjalan menuju rak daging dan ayam yang berada di belakang. Di sana agak sepi, tapi juga ada satu dua orang yang memilah daging yang terbungkus rapi di plastik. Biyla mengambil keranjang di dekat rak lalu mulai berjalan berkeliling. Memperhatikan tatanan mulai dari daging sapi, daging ayam, hingga jenis ikan.

Merasa tertarik dengan cumi-cumi yang berukuran sedang, Biyla memutuskan untuk mengambilnya. Mungkin dua sampai tiga hari ke depan menu makan paginya adalah cumi-cumi goreng, atau di buat kuah. Lezat, pikir Biyla.

Memang tugas Biyla mengitari rak ini adalah mencari bahan makanan yang akan dia makan beberapa hari ke depan. Mbak Tia sengaja membebaskan Biyla memilah, agar dia semangat dan mau makan apa yang ada di meja makan nanti.

"Apa lagi ya?" tanya Biyla pada dirinya sendiri. Selain cumi-cumi, Biyla juga sudah memasukkan daging ayam yang nantinya akan menyuruh mbak Tia membuat opor ayam.
Ngomong-ngomong soal opor ayam, selain Davino yang menyukai, Biyla juga sangat suka opor ayam apalagi bumbunya begitu pedas. Kan nanti kalau mbak Tia membuat opor ayam, dia bisa berbagi dengan Davino.

Keranjang masih terisi dua plastik cumi-cumi dan tiga plastik ayam. Itu tidak akan cukup. Biyla akhirnya berjalan lagi, mengitari rak yang berisi jenis ikan, siapa tahu nanti dia tertarik dan tiba-tiba ingin beli kan.

"Ikan lele-nya kak, ada diskon, beli dua plastik, bonus satu plastik lagi," ujar seorang perempuan berbaju seragam supermarket menawarkan ikan saat Biyla melewatinya.

"Masih segar, kak, baru di panen hari ini."

Ikan lele. Biyla jadi ingat, dulu di saat hobinya masih bermain bola, setelah selesai bermain dia akan ke sungai untuk menangkap ikan di sana. Persis seperti anak laki-laki, apalagi di temani oleh Davino, Biyla akan sangat betah. Pulang-pulang membawa dua ekor ikan bahkan lebih.

"Satu plastik berapa ekor, mbak?" tanya Biyla memandang sang perempuan itu. Persis seperti penawaran di pasar.

"Satu pastik isi tiga ekor harganya juga terjangkau, hanya tiga puluh lima ribu saja, kak, kalau kakaknya beli dua plastik nanti akan mendapat bonus satu pastik. Mumpung ada promo kak."

"Iya deh mbak, saya beli."

****

"Lama banget, Biy, kamu ke mana saja?" tanya mbak Tia yang sudah membawa dua kantung kresek sayur mayur yang tadi dia beli.

"Ini aku beli cumi-cumi, ayam, sama lele, mbak," jawab Biyla sambil menenteng kedua kantung besar di tangan kanan dan kirinya.

Mbak Tia melotot tidak percaya, sepertinya dia terkejut melihat dua kantung itu. "Astaga, mbak cuma nyuruh kamu beli buat tiga hari ke depan, bukan untuk satu Minggu, Biyla."

Lah, memangnya itu terlalu banyak. Hanya tiga kantung kresek besar, cukup buat makan tiga kali sehari. Kok dari pembicaraan mbak Tia, itu terlalu berlebihan. "Nggak apa mbak, nanti bisa bagi-bagi sama Davino kalau kelebihan."

Sweet Friendship (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang