Di waktu yang sama, Davino juga sangat terkejut dengan kehadiran Biyla dengan suara yang bergetar.
Cowok itu berbalik sambil berjalan lurus menuju ke tempat Biyla berdiri, satu tangannya digunakan untuk mengelap lembut bibirnya. "Kamu, ngapain di sini?"Biyla memundurkan langkahnya. Tubuhnya masih sedikit bergetar saat melihat adegan yang sangat tidak semestinya terjadi tepat di depan matanya sendiri. Biyla tidak tahu, hal apa yang berhasil membuat kakinya melangkah ke tempat ini. Hingga melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang kejadian ini.
"Ng-ngapain di sini?" tanya Davino sekali lagi saat tidak mendengar jawaban Biyla.
Tiba-tiba saja napas Biyla yang semula baik-baik saja menjadi tidak karuan seperti ini. Ngos-ngosan layaknya atlet yang baru saja lari dari jarak ber-km-an. Biyla memiringkan kepalanya, matanya menangkap Dania yang diam di tepatnya, menunduk sambil mengusap bibirnya sendiri dengan pelan.
"A-aku mau mi-minta maaf, Dav," kata Biyla tanpa berfikir panjang. Entah dia atau bukan yang salah, intinya sama saja, Biyla tidak akan kuat melihat emosi Davino yang meledak seperti tadi.
"Lebih baik kamu pergi dulu dari sini," titah Davino sambil memandang Biyla dengan dalam. Dalam keadaan seperti ini, bukan waktunya untuk membahas masalah yang membuat kepala menjadi pusing.
Bukannya menurut, Biyla masih tetap berdiri di tempatnya dengan kaki yang agak gemetar. "D-dav, kamu sama Dania--"
"Saya bilang pergi, Biyla!" kata Davino lalu mendorong pelan tubuh Biyla agar menjauh. Seolah bahwa kehadiran Biyla secara tiba-tiba ini sangat tidak di butuhkan oleh Davino.
Tidak menunggu perjalanan Biyla menjauhi tempat ini, Davino menarik Dania agak kasar menjauhi tempat ini. Biyla hanya terdiam, saat motor Davino menjauhi tempat parkir, dan Dania yang berada di belakangnya memegang erat perut Davino.
Jika kamu mempunyai pendapat, tolong katakan pada Biyla, siapa di sini yang salah pada hari yang indah di pagi tadi hingga sekarang?
Padahal sedari tadi Biyla terdiam, bahkan tidak mencari masalah di depan atau di belakang Davino, tapi mengapa masalah itu datang dengan sendirinya?"Biyla, gue benar-benar minta maaf."
Biyla berdecak dengan kesal sambil memandang ke arah lain saat melihat Restu yang tiba-tiba berada di sampingnya, entah sejak kapan itu. Sudah beberapa kali hari ini Restu selalu menemui dirinya di saat sedang sendiri. Sudah dua kali, dan yang pertama, adalah awal bencana bagi dirinya.
"Sudah cukup, Restu. Cukup karena sudah membuat diri Lo merugikan orang lain ya."
Restu terdiam.
"Gue sudah muak dengan semua ini. Lo tahu, tingkah konyol Lo yang kayak gini, semakin ngebuat gue yakin bahwa orang baru itu selamanya memang jahat. Lo diam-diam menancapkan pedang tepat di tubuh gue yang masih memar!" Biasanya Biyla akan memilih pergi dengan diam daripada meladeni seseorang yang tidak di kenal sebelumnya. Tapi bukankah saat sedang kecewa, sikap seseorang bisa berubah seketika. Seperti Biyla saat ini.
"Gue awalnya mikir Lo tuh baik. Saat Lo nggak ngapa-ngapain gue waktu menginap di rumah Lo. Tapi nyatanya salah, di sisi lain Lo buat masalah yang begitu parah.."
Restu terkejut dengan pernyataan Biyla. "Biyla. Maksud gue nggak kayak gitu."
"Persis gitu, bahkan lebih parah. Masih banyak cewek lain yang bisa Lo ganggu, kenapa harus gue sih? Gue udah terlalu ribet mengurus urusan sendiri, jangan Lo masuk dalam kehidupan gue dan membuat masalah baru."
Tidak ada kata yang terlontar dari bibir Restu. Apapun yang dikatakan Biyla itu adalah benar. Dia adalah sumber masalah di sini, yang dengan sok jantannya menantang Davino hanya untuk melihat reaksi cowok itu. Hanya untuk hiburan dan kesenangan hati. Tidak berfikir jauh kalau akibatnya berdampak pada Biyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Friendship (HIATUS)
RomansaWARNING UPDATE SESUAI MOOD BAHASA KASAR DAN TYPO BERTEBARAN *** Cinta dan persahabatan bukanlah sebuah pilihan. Kamu bisa memiliki atau bahkan kehilangan keduanya secara bersamaan. -Davino Alexandra ___ Bagi Davino Alexandra, sahabat adalah seor...