20. Damai

297 58 529
                                    

Barang siapa yang ingin mutiara, harus berani ke lautan yang paling dalam
Ir Soekarno

Selamat tujuh puluh lima tahun Indonesia ku.
Cepat sembuh, ya;)
Selamat hari kemerdekaan tujuh belas Agustus ;)

****

Sudah beberapa hari berlalu. Tapi sikap Davino masih sama seperti sebelumnya, diam dan dingin terhadap Biyla. Bahkan saat berada dalam satu meja, satu sama lain hanya diam dalam pikiran masing-masing.

Biyla pun takut jika mendahului pembicaraan, nanti kalau Davino enggak respon, yang sakit hati malah dirinya sendiri. Biyla type orang yang kayak gitu, kalau kemarin-kemarin pernah nggak di respon, hari selanjutnya dia akan diam. Tidak peduli berapa lama, dia kuat kok, daripada harus mendahului yang akhirnya membuat dirinya menjadi kecewa.

Pagi ini masih sama seperti pagi sebelumnya. Biyla berangkat ke sekolah bersama dengan Rendy. Sejak insiden kemarin, Davino sama sekali tidak mengajaknya berangkat bersama atau menanyakan hal melalui pesan singkat. Biyla pernah bertanya pada Rendy, mengapa tidak Davino saja yang menjemputnya. Jawaban Rendy masih sama. "Davino masih tidur. Kalau Lo nunggu dia, Lo bisa telat," jawab Rendy kala itu yang entah benar atau tidak.

"Rendy, gue mau tanya," kata Biyla setelah berdiam di belakang Rendy.

"Apa?"

"Apa pacar Lo nggak cemburu kalau dia tahu Lo jemput gue setiap hari?" Pertanyaan itu sudah di pendam Biyla sejak kemarin. Hati rasanya tidak nyaman saja jika dia terus menerus di bonceng oleh pacar orang. Takut jika hubungan Rendy hancur dengan kekasihnya, siapa yang di salahkan jika bukan Biyla?

Tidak ada jawaban. Rendy terdiam, seperti memikirkan sesuatu untuk menjawabnya.

"Semua manusia memiliki rasa cemburu, tapi ada porsinya masing-masing," kata Rendy sambil melihat ke samping, agar suaranya terdengar oleh Biyla. "Lagian, Zia bukan orang yang gampang cemburu hanya karena gue antar Lo setiap pagi."

Setelah mengucapkan kata itu, Rendy hanya tersenyum miris. Mengingat bahwa hampir setiap hari dia berdebat dengan Zia hanya karena Davino yang menyuruh Rendy mengantarkan Biyla setiap pagi.
Kenyataannya perempuan tidak se sederhana ucapan Rendy. Memang semua mempunyai cemburu dengan porsi yang berbeda, tapi jika melihat pacarnya setiap hari membonceng cewek lain, walaupun teman, apakah tidak cemburu?

"Gue nggak apa kok kalau harus naik bus setiap pagi dan sore. Mungkin, mulai besok, Lo atau Davino jangan jemput gue," kata Biyla.

"Kenapa?"

"Em, gue enggak mau hanya karena antar gue setiap pagi, membuat hubungan Lo sama Zia hancur."

Setelah kata itu, Rendy dan Biyla terdiam hingga motor Rendy sampai pada parkiran sekolah. Biyla langsung turun saat motor Rendy berhenti di parkiran, lalu menyodorkan helm milik Rendy.

Sekolah rupanya sudah ramai, padahal sekarang masih jam enam lebih sepuluh menit. Dengan langkah yang pelan, Biyla melewati beberapa siswa yang berlalu lalang di koridor sekolah. Mungkin karena hari ini adalah hari Jumat, hari bersih-bersih sehingga semuanya berangkat pagi.

Mata Biyla yang memandang lurus, entah kenapa jadi oleng saat melihat seseorang yang sedang membelakangi dirinya. Tubuhnya di sandarkan di tembok yang berada pada belakangnya, di depannya ada gadis cantik dengan rambut yang agak pirang. Mereka tertawa bersama, dan kadang perempuan itu menyubit lengan sang cowok.

Kuat, Biyla harus kuat melihat ini. Ingat, dia bukan siapa-siapa yang berhak cemburu saat Davino sedang bercanda ria dengan kekasihnya. Bisa di temukan jawaban bahwa memang Davino tidak mau menjemputnya dan menyuruh Rendy setiap pagi, buktinya saja sudah ada di depan mata. Davino tidak sedang tertidur di rumah, tapi sedang apel di kelas pacarnya di pagi-pagi yang sangat indah dan cerah ini.

Sweet Friendship (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang