27. price

240 35 464
                                    

RANDOM BANGET SII MAU UP MALAM GINI.

jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih.

___

Davino membenarkan dasinya yang sedikit melenceng ke kanan sambil tetap berjalan pelan menuju kelas. Sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan sama sekali dengan Biyla, yang berada di sampingnya.
Mereka terdiam begitu lama, merasa berpikir di dalam otak saja mampu menjawab semua pertanyaan yang ada. Setelah membenarkan dasi, Davino memainkannya pelan, seraya mengusir kebosanan. Tidak biasanya Biyla terdiam begitu lama saat berada di sampingnya, apalagi dirinya juga merasakan hal aneh. Biasanya kan dia berbicara, kenapa sekarang memilih untuk terdiam?

Sampai di dalam kelas, Biyla menyerahkan benda kecil berwarna merah dengan wajah yang begitu datar, tidak biasanya seperti ini. Davino memandang lama, seperti memastikan.

"Flashdisk dari Dania, Dav, katanya punya kamu, lupa di kembalikan," kata Biyla saat Davino menerima benda itu.

Oh, Davino tahu sekarang. Mungkin karena benda ini Biyla menjadi berubah menjadi pendiam sejak berada di sepeda motor tadi. "Terimakasih, tapi kapan dia ngasih ke kamu? Seharusnya nggak terlalu penting sih, nggak di kembalikan juga nggak apa."

"Kemarin, aku lupa buat kasih ke kamu. Barang emang harus di kembalikan ke pemilik aslinya kan, Dav," jawab Biyla.

Benar juga, tapi sama sekali Davino tidak membutuhkan benda itu, jika dia bisa membelinya lagi. Davino sudah cukup kecewa dengan Dania yang menurutnya sangat memanfaatkan dirinya, untuk menjadi ketua OSIS yang patut di teladani.

"Oh ya, saya kemarin belum cerita sama kamu soal saya putus sama Dania, jadi saya tu--"

"Itu privasi kamu, apa nggak seharusnya kamu simpan sendirian?" tanya Biyla.

Davino menggeleng. Tidak sepantasnya dia bersikap memendam pada sahabatnya sendiri. "Buat apa menyembunyikan? Kamu sahabat saya, nggak satu dua hari, jadi boleh kan kalau saya cerita semua tanpa ada privasi di antara kita?"

Seketika Biyla tertegun sebentar. Ucapan Davino mampu mengusik hatinya, di saat dia mencoba mati-matian untuk menyimpan perasaannya sendiri tanpa di ketahui oleh Davino, cowok itu malah tidak mau menyembunyikan apa-apa dari djrinya.

"Iy-iya sih."

"Saya nggak suka sama dia yang terus-menerus memanfaatkan, setiap hari, bahkan saat malam waktu belajar, dia telpon untuk menanyakan makalah OSIS yang belum di kerjakan. Di sini kesannya dia ingin terlihat jadi ketua yang baik dan dapat menjadi tauladan, dengan bantuan saya."

Biyla menyimak dengan baik, hatinya berteriak kemenangan saat dia sadar bahwa dugaannya selama ini benar. Dania benar-benar tak tulus dengan sahabatnya itu, hanya sekedar memanfaatkan, mengingat Davino adalah OSIS terbaik sepanjang sejarah di antara 10 angkatan sebelumnya.

"Biy, apa semua cewek emang kayak gitu? Memanfaatkan saya. Dulu Arista juga gitu, cuma mau shoping dan nongkrong, sekarang Dania memanfaatkan otak saya."

Enggak semua cewek kayak gitu, Davino hanya melihat ke depan yang begitu jauh, hingga lupa bahwa ada satu cewek tulus yang berada di sampingnya. Menemaninya, mendengarkan dia bercerita meski mampu membuat hatinya retak, mencintainya dengan semua rasa yang dia punya.

Terlihat Davino menunduk, di bawah, jemarinya bertautan satu sama lain, mengenggam begitu erat. Di saat seperti ini, Davino menyadari bahwa dirinya benar-benar tidak bisa mendapat cinta abadi.

"Dav," suara lembut di sertai sentuhan di punggungnya membuat Davino menoleh. Sudah beberapa hari ini dia sangat jauh dengan Biyla, yang sebelumnya sedekat nadi. Dia terlalu sibuk dengan kegiatan futsal, hingga tidak sempat walau hanya sekedar menyapa kehadiran Biyla.

Sweet Friendship (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang