Sudah satu jam mengitari mall Jakarta, tapi sepertinya itu tidak terasa oleh Davino. Buktinya dia tetap melanjutkan langkahnya tanpa protes minta pulang ke Dania.
Bahkan selama itu, mereka sama sekali tidak sharing-sharing mengenai dunia OSIS, atau hal apa saja yang harus ketua OSIS lakukan agar semua misi dan visi berjalan dengan lancar. Keduanya hanya tertawa bersama sambil membahas hal yang hanya sedikit menyimpang kegiatan OSIS.
"Jadi kak, kelahiran kamu di Jakarta?"
"Iya, gue emang di Jakarta, Dan, tapi bokap gue itu aslinya orang Bekasi."
"Wah, jauh banget, kapan nih terakhir mudik ke sana?"
"Em," Davino tampak sedikit berfikir. "Mungkin tiga tahun yang lalu. Gue jarang ke bekasi, karena udah nyaman di Jakarta."
Kata demi kata berlanjut hingga berada di luar mall. Keduanya asik dengan pembicaraan yang tanpa henti. Sepertinya Davino merasa cocok saat berbicara dengan Dania, luas dengan kata-kata yang ringan, di sertai dengan kesopanannya sebagai adik kelas.
"Langsung pulang nih kak?" tanya Dania saat sudah menaiki motor Davino.
"Em, mau makan dulu? Gue tau tempat makanan enak di sini. Tapi agak sederhana sih. Lo mau nggak?"
"Boleh."
Davino mengegas motornya melewati area sekolah yang dia gunakan untuk menuntut ilmu. Menelusuri jalanan Jakarta Selatan bersama dengan Dania. Biasanya dia akan melakukan perjalanan seperti ini dengan Biyla yang berada di belakangnya sambil memeluk erat perutnya.
Tapi semua keadaan bisa saja berubah setiap waktu kan? Siap tidak siap, mau tidak mau, kita harus menerima segala perubahan yang terjadi."Di sini?" tanya Dania saat melihat rumah makan kecil yang berada di depan taman kota. Sangat berbeda dari restoran yang sangat mewah yang tidak jauh dari lokasi ini.
"Iya, tapi nasi gorengnya enak banget. Yuk masuk," kata Davino mengajak cewek itu.
Ragu-ragu Dania masuk. Matanya menelusuri ruangan kecil yang di sebut rumah makan ini. Tempatnya memang bersih, di sini juga dia tidak hanya berdua dengan Davino, banyak kalangan remaja dan orang tua yang sedang makan di rumah makan ini.
"Pak, nasi goreng dua ya, cabainya di pisah kayak biasa."
"Siap mas," jawab penjual nasi goreng itu sambil mengacungkan jempol.
"Kamu, biasanya makan di sini?" tanya Dania mendekatkan wajahnya ke telinga Davino.
"Gue biasanya ke sini sama Biyla. Setelah bersepeda ke taman depan rumah makan ini. Enak banget, gue yakin Lo bakalan kecanduan deh," jawab Davino sambil mengacungkan jempolnya. "Lo nyium aromanya? Wuih, gini saja sudah mantap."
Omongan Davino sangat tepat dan benar sekali. Dari aromanya saja, nasi goreng yang sedang di masak itu sudah berbau harum saat memasuki indera penciuman. Dania jadi penasaran dengan rasanha. Eh tapi tunggu sebentar. "Biyla? Kak Biyla yang kemarin kena kasus kak?"
Davino mengangguk. "Yang di bully sama Arista. Tapi sekarang dia udah bebas dari kasus apapun kok."
"Banyak yang bilang kalau dia, maaf ya kak, sombong dan tukang rusuh."
Davino tertawa lepas. "Itu bagi yang nggak suka sama dia. Menurut gue sih, dia anaknya baik dan perhatian banget. Bukan sombong, tapi dia lebih menutup diri dari orang-orang yang nggak terlalu di kenalnya."
"Dia kenal aku, kak, tapi nggak pernah tuh bicara banyak. Waktu rapat OSIS dulu juga gitu."
"Dia cuma tahu nama Lo dan jabatan, bukan kenal baik. Jadi menurut gue sih wajar kalau dia gitu. Tapi terserah sih, kalau menurut Lo dia memang sombong, Lo punya hak untuk berpendapat."
![](https://img.wattpad.com/cover/223098958-288-k98161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Friendship (HIATUS)
RomanceWARNING UPDATE SESUAI MOOD BAHASA KASAR DAN TYPO BERTEBARAN *** Cinta dan persahabatan bukanlah sebuah pilihan. Kamu bisa memiliki atau bahkan kehilangan keduanya secara bersamaan. -Davino Alexandra ___ Bagi Davino Alexandra, sahabat adalah seor...