Sehabis berbelanja, Rida langsung pulang ke rumahnya. Ia menolak ajakan Mila yang mengajaknya untuk ikut ke rumah teman gadis itu.
Rida membuka pintu rumah, tidak ada siapa-siapa di rumah minimalis ini. Mungkin kedua orang tuanya belum pulang bekerja.
Biasanya Rida pulang ke rumah jam 09.20, tapi sekarang jam 16.00 Rida sudah ada di rumah. Itu semua karena Mila.
Rida membuka empat paperbag yang diberikan oleh Mila. Padahal tadi waktu di Mal, paperbag Rida hanya satu karena ia memang membeli satu barang.
Paperbag pertama berisi jam tangan berwarna pink, paperbag kedua berisi slinbag kecil, paperbag ketiga berisi blouse dengan lengan pendek yang tadi ia pilih, sedangkan paperbag terakhir membuat bola mata Rida melebar.
"Novel?" Mata Rida berbinar, ia tidak menyangka kalau Mila akan membelikannya novel yang sudah lama diinginkannya. Bahkan Rida sedang menabung untuk membeli novel ini.
Eh tunggu.
Rida merasa ada yang ganjal di sini, kapan Mila membeli novel? Dan kenapa Mila tahu kalau ia suka membaca?
Drtt.. drtt..
Ponsel Rida bergetar singkat, menandakan ada pesan yang masuk.
Mila Arnila Syalalala🎶
Lo pasti bertanya-tanya kan kenapa gue bisa ngasih lo novel? Padahal tadi kita gak ke toko buku😂
Itu gue beli kemarin waktu nganter temen gue ke Gramedia. Raka pernah bilang kalo akhir-akhir ini lo suka baca, semoga suka ya sama novelnya😗Makasih Mil🤗
Ujung bibir Rida dua-duanya melengkung ke atas, membentuk sebuah senyum.
Rida menyimpan barang-barangnya sebelum membersihkan diri.
Setelah mandi, Rida memasak tahu dan bayam untuk ayah dan bundanya jika sudah kembali ke rumah.
***
Bunda dan ayah Rida baru saja pulang. Mereka beristirahat sebentar di kursi kecil di ruang tengah.
Rida meletakkan dua gelas air putih untuk Leani dan Ardi. Lalu gadis itu ikut duduk, di depan kedua orangtuanya.
"Bunda jualan sayur kok pulang sore?" tanya Rida kepada Leani.
Leani meneguk air putih yang diseduh oleh Rida sebelum menjawab.
"Tadi Bunda pergi bentar, ke rumah temen Bunda yang di Banjaran."
Entah kenapa Rida merasa Bundanya berbohong, atau ini hanya perasaannya saja?
"Kamu jam segini kok udah di rumah?" Leani bertanya, dahinya mengkerut dalam.
"Aku tadi diajak Rida ke Mal buat nemenin dia ...." Rida menceritakan semuanya dengan detail, dari mulai kedatangan Mila ke kafe sampai pulang lebih awal Rida dari jam seperti biasa.
Karena mereka sudah kenal Mila dengan baik, juga tahu anak siapa teman putrinya, Leani mengangguk mengerti.
"Tapi jangan keseringan ya sayang, kan Mila anak sekolahan nanti keenakan kalo kamu terus nurutin dia," pesan Leani, begitu lembut.
Berbeda dengan Ardi, pria itu tidak bicara sama sekali. Hanya memasang tampang cuek, seperti tidak berminat untuk merespons ceritaan Rida.
Memahami sikap Ayahnya, Rida tersenyum maklum.
"Bunda sama Ayah jangan lupa istirahat ya, kalian pasti capek," ujar Rida.
"Iya sayang, kamu juga istirahat ya," sahut sang Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varida [Completed]
Teen FictionVarida Ardileani, seorang gadis remaja yang menghabiskan masa mudanya dengan bekerja. Bukan tidak ingin melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas, tetapi beberapa alasan yang membuat Varida harus menelan mimpinya untuk bersekolah. Hingga suatu...