Chapter 6.

102 9 0
                                    

Setelah makan berdua di kafe bersama Raka, sekarang cowok itu membawanya pergi ke taman.

Awalnya Rida menolak, ia takut dimarahi oleh Herwan dan Roni, tapi ternyata mereka memperbolehkan karena Raka sudah meminta izin.

Soal Rina yang kepo kenapa Rida bisa bersama Raka, Rida sudah menemui Rina tadi sebelum masuk ke dalam mobil Raka dan menceritakannya dengan cepat juga singkat.

Alangkah terkejutnya Rina saat mengetahui jika Raka adalah pacar Rida sejak SMP, bahkan Rina terang-terangan berkata kalau ia menyukai Raka karena tampan. Tetapi Rida tidak marah atau cemburu, sebab Rida percaya kepada Rina bahwa temannya itu tidak akan merebut Raka, terlebih Rina sudah mempunyai seorang kekasih.

Rida mengamati wajah Raka yang duduk di sampingnya di bangku taman, ia langsung mengalihkan tatapan ke sembarang arah saat Raka menangkap basah dirinya.

Raka terkekeh geli. "Kenapa? Aku ganteng ya? Tadi liatinnya sampe gak kedip loh."

"Ng... Nggak, siapa juga yang liatin kamu? gede rasa banget ya?" kilah Rida.

Raka mengacak puncak kepala Rida. "Pacar aku gemesin banget sih, pengen bawa pulang."

Rida menurunkan tangan Raka.

"Ih kebiasaan suka ngacak-ngacak rambut, berantakan kan jadinya," protes Rida, ia merapihkan rambutnya.

Raka menyerongkan posisi duduknya agar bisa lebih leluasa menatap sang pacar.

Rida meluruskan pandangan, ia melihat dengan sudut matanya kalau Raka terus memandangnya intens.

Gugup. Itulah yang Rida rasakan saat ini.

"Rida...," panggil Raka.

"Hm?" Rida tidak menoleh, hanya bergumam pelan. Tatapannya masih tertuju ke depan yang terdapat air mancur di tengah-tengah taman.

Raka menghela napas. "Apa kabar?"

Rida menoleh, lalu tersenyum. "Baik. Kabar kamu gimana?" Rida balik bertanya.

"Baik. Tapi sebelumnya aku tidak baik-baik aja selama lima bulan. Tepat ketika kita mulai berhubungan jarak jauh," ungkap Raka, nada suaranya terdengar lirih.

Rida menangkap dengan jelas pancaran kerinduan yang begitu dalam dari mata hitam legam itu.

"Semoga kamu selalu baik-baik aja."

Raka tersenyum tipis. "Aku bakalan baik-baik aja selama aku di dekat kamu dan kamu tidak kenapa-kenapa Rida."

Keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing, tidak ada yang bicara sehingga keheningan itu tercipta cukup lama.

"Rida...."

"Raka...."

Panggil Raka dan Rida barengan.

"Kamu dulu," kata Raka, mempersilahkan Rida.

"Gak, kamu duluan aja," kata Rida.

"Ladies first."

"Oke," Rida mengangguk. "Kenapa bisa kamu ada di sini? Bukannya kamu di Surabaya?" Pertanyaan itulah yang pertama kali ada di benak Rida ketika Raka menjadi tamu istimewa di kafe.

Herwan sudah memberitahukan kenapa Raka ada di sini, tapi Rida ingin kembali bertanya kepada Raka perihal itu.

Kemarin malam ketika mama dan papa Raka bersiap-siap ke Jepang, mereka menyuruh Raka untuk tinggal bersama adik mamanya jika tidak ingin ikut ke Jepang, tapi Raka menolak dan lebih memilih tinggal bersama kakak dari papanya dan kedua orangtuanya mengizinkan asal Raka tidak merepotkan mereka.

Varida [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang