3. Pandangan Orang lain

29 2 0
                                    







Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.

Taburi banyak bintang, ya.

Luv❤️.




***

Bianca merutuki dirinya sendiri ketika lupa membawa kostum olahraga hari ini. Padahal, pendidikan jasmani ialah satu-satunya mata pelajaran yang paling ia gemari. Alasannya hanya satu-Bianca benci berlama-lama di dalam kelas-lebih memilih berada ditengah lapang, ketimbang memeras otak dungunya hingga berasap.

Namun, hari ini Bianca mungkin akan membenci mata pelajaran itu, sebab, feeling-nya mengatakan jika nanti ia akan dihukum. Dan, firasatnya itu benar. Di sinilah Bianca sekarang. Berada di pinggir lapangan futsal outdoor, sembari mencabuti rumput liar yang tumbuh disana. Menyebalkan!

Sesekali Bianca melirik kesal ke arah Ceysa dan Hailey. Kedua sahabatnya itu tertawa lepas, tak memperdulikan dirinya yang kini sibuk sendiri, mencabuti rumput liar yang tumbuh dengan bebas.

Bianca mendengus kesal. "Gue benci banget kalau setiap hari kudu lari-larian gini! Kapan, sih, gue bisa bebas?"

Bianca menerawang jauh, menyesali tiap perkara yang terjadi dalam hidupnya.

"GOL!"

Teriakan itu memecahkan fokus Bianca. Cewek itu menatap ke arah Naja-teman sekelasnya, yang kemungkinan baru saja mencetak gol.

Kembali Bianca mendengus. Surai hijau tosca-nya telah ia cepol asal, meninggalkan untaian anak rambut yang mencuat asal. Entah kenapa terik matahari sangat menyengat hari ini. Bianca menunduk, terselip rasa iri ketika melihat teman-teman sekelasnya memperebutkan bola putih itu.

"Ck! Sial bener!"

Bianca mendongak begitu mendengar suara bariton khas laki-laki barusan.

"Nggak bawa kostumnya?" Pak Budi-guru penjas mereka terlihat menginterogasi. Guru paruh baya itu mendengus, merasa kesal sendiri.

"Nggak bawa, Pak!" jawab pemilik suara itu, putus asa.

Pak Budi memijat pelipisnya kasar. "Yaudah, kamu bantuin Bianca sana. Cabutin rumput biar lapangannya terawat."

Pemilik suara itu menarik napasnya kesal. "Baik, Pak!"


***


"Nggak bawa kostum juga?" tanya Bianca begitu menyadari bahwa Keandra kini mulai berjongkok disampingnya. Cowok itu mulai sibuk mencabuti rerumputan, enggan menganggapi pertanyaan Bianca.

"Dih, gue dikacangin," cibir Bianca merasa kesal.

Keandra memilih bungkam. Dalam hati cowok itu menyumpah serapahi dirinya sendiri, mengapa sepikun itu hingga lupa membawa kostum olahraga. Bisa-bisa rusak citranya sebagai ketua kelas. Apa lagi jika hal ini merambat ke nilainya. Bisa-bisa peringkatnya menurun! Oh, tidak! Dan lagi, kenapa ia harus dihukum bersama Bianca? Keandra mungkin akan lebih memilih membersihkan toilet seorang diri jika sebelumnya ia tahu siapa partner-nya sekarang.

"Heh, malah bengong!" Bianca mengguncang-guncangkan keduanya bahu milik Keandra dengan kasar. "Yang itu udah selesai! Udah bersih! Sini, yang ini belom!"

Dengan cepat Keandra tersadar. Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menyembunyikan rasa malunya. Keandra bergegas bangkit berdiri, melangkah menuju ke arah Bianca-yang tengah sibuk mencabuti rerumputan panjang. Wajah cewek itu ditekuk kesal, menandakan bahwa ia muak.

Nice To Meet You Too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang