1. Basah

31 2 0
                                    





Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca!

Taburi banyak bintang.

Luv❤️





***


Ada tiga hal yang Keandra benci. Pertama, keributan. Kedua, hal-hal merepotkan dan yang ketiga, kekacauan. Namun, semenjak kepindahan Bianca Emerlie-cewek pembuat onar dari kelas XII IPA 1-ke kelasnya-XII IPA 3, point pertama dalam daftar hal-hal yang Keandra benci-harus ia ubah menjadi; yang pertama, Bianca Emerlie.

Ya, Keandra membenci Bianca. Lebih tepatnya, Keandra benar-benar membenci cewek dengan kepribadian bar-bar sepertinya.

Dan hari ini, tepat satu minggu setelah kepindahan Bianca, cewek itu rupanya semakin gencar berbuat ulah. Keandra benar-benar kewalahan karena posisinya sebagai ketua kelas-yang artinya, ia harus ekstra sabar membimbing dan mengawasi setiap pergerakan teman-teman sekelasnya, termasuk Bianca-cewek bar-bar tersebut.

Keandra menghembuskan napasnya kesal. Ditatapnya Bianca yang tengah terbahak di depan kelas tanpa minat. Cewek bar-bar itu pindah ke kelas XII IPA 3 atas kemauannya sendiri. Katanya ia muak jika harus bersaing dengan murid-murid berotak Albert Einstein di kelas terdahulunya-XII IPA 1. Keandra tentu saja syok mendengar penuturan dari Bianca. Selama ini, impian cowok itu ialah bisa menduduki bangku IPA 1-kelas pararel di SMA Dasawarsa. Terdengar ambisi, memang. Namun, tetap saja bagi Keandra, Bianca sangatlah menyia-nyiakan kesempatan emas yang ia peroleh. Padahal, tahun ini adalah tahun terakhir mereka di SMA.

Keandra memilih menyenderkan punggungnya pada kursi kayu, mencari kenyamanan disana. Ekor matanya masih terus mengawasi pergerakan Bianca, berjaga-jaga jika nantinya akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Ya, hal-hal yang tak diinginkan.

Menurut beberapa informasi yang Keandra dengar, cewek bar-bar dengan surai bercat hijau tosca itu, sangatlah berbahaya. 'Nakal, keras kepala, dan hobi buat masalah.' Keandra mengingat-ingat kata-kata Jocya-cewek biang gosip di kelasnya. Eits, waktu itu Keandra secara tak sengaja mendengar Jocya berbisik kepada teman sebangkunya mengenai sifat dan kepribadian Bianca. Ah, bukan bisikan. Itu seperti ... sedang menghibahi?

"Kean."

Terkesiap, buru-buru Keandra tersadar dari lamunannya. Keandra mendongak, menatap cewek dengan kulit putih dan kedua bola mata yang sipit itu, penasaran.

"Hm?" Keandra mendengus kecil. "Apaan?"

Cewek dengan badge name Natasha Liem itu mendelik kesal. "Bantuin gue," rengeknya kecil.

"Bantuin apa?" Keandra nampak kesal. Ditatapnya cewek berdarah chinese itu tajam. "Nggak bisa sendiri?"

Natasha menggeleng kecil. "Nggak bisa, Kean," dengusnya. "Ini, lho, gue nggak bisa nempelin kertas pengumuman. White board nya tinggi banget, sih," rutuknya dengan sedih.

Keandra kembali mendengus kesal. Apa-apaan ini? Keandra paling benci jika dimintai tolong oleh orang lain. Ah, maksudnya, jika seseorang masih memiliki sepasang tangan dan kaki, untuk apa ia harus meminta tolong? Bukankah masih ada cara yang lain, seperti menaiki kursi atau meja?

"Mau minta tolong, nih?" tembak Keandra tanpa basa-basi. Bagaimanapun juga, Natasha ini sekertaris kelas mereka. Dan kalaupun tidak, Keandra masih memiliki hati untuk menolongnya.

Natasha tersenyum seraya menyodorkan secarik kertas berisi pengumuman itu kepada Keandra. "Tempelnya diujung kanan aja, ya. Selotipnya ada di meja guru, tuh."

Nice To Meet You Too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang