6. Terimakasih

24 2 0
                                    





Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.

Taburi banyak bintang, ya.

Luv.

Tarik napas dulu, hehe.

Dahlah.

***

Keheningan begitu terpancar kala Keandra dan Bianca berada di dalam satu mobil yang sama. Keandra sendiri, sibuk menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Lain halnya dengan Bianca, yang kini terlihat sangat antusias.

"Wih, gila!"

"Ini, mah, keajaiban!"

"Gue dianter sama tembok, masa?"

Keandra melirik Bianca sekilas, mengisyaratkan agar cewek itu diam.

Bianca menatap horor ke arah Keandra. "Heh, bego! Lo mau bawa gue kemana, hah? Rumah gue arahnya bukan kesana! Wah, parah, nih, lo!" ujarnya panik, begitu menyadari bahwa Keandra melajukan mobilnya dengan arah yang berlawanan.

Keandra menatap Bianca sekilas. "Nggak usah kege'eran, deh! Gue cuman mau nganterin belanjaan gue dulu, ke rumah. Nanti gue anterin lo balik setelah itu."

Bianca terkekeh. "Oh, gitu, ya? Lo belanja apaan, sih? Eh, ada ice cream? Lo suka makan ice cream?" tanyanya, begitu menyadari bahwa, Keandra sempat membeli ice cream tadi.

"Bawel, lo!" Keandra menatap Bianca dengan kesal. "Emang gue nggak boleh makan ice cream?"

"Boleh-boleh aja, sih," kekeh cewek itu heboh. "Tapi, ya, Kean, menurut gue tuh, cowok-cowok modelan kayak lo gini, yang cuek-cuek kulkas berjalan gitu, nggak cocok tahu, kalau ngemilnya ice cream."

Keandra menatapnya horor. "Emang gue bukan manusia?"

"Lo manusia, Keandra. Yang bilang lo vampir ganteng siapa?" ujar Bianca merasa kesal.

"Lo yang bilang," ucap Keandra dengan serius.

Bianca terkekeh. "Eh, iya, ya?"

Menatap Bianca dengan datar, Keandra memiliki untuk tak melanjutkan perdebatan dengan cewek bar-bar itu. Bisa-bisa kepalanya berasap, jika terus-menerus meladeni titisan dajjal seperti Bianca.

***

Keandra menepihkan mobilnya diseberang jalan, menurunkan barang belanjaannya, lalu bergegas memasuki gerbang rumahnya.

"Jangan kemana-mana. Tunggu aja di dalem," titah Keandra dengan tegas.

"Siap, captain!"

Keandra mengangguk singkat. Buru-buru cowok itu menyalimi bundanya, begitu memasuki pekarangan rumah yang asri tersebut.

"Lho, Kean? Kok, mobilnya nggak dibawa masuk, sih? Jangan diparkirin di pinggir jalan, dong. Bahaya!" Nia—bunda Keandra, mengingatkan.

Keandra menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Bun, jangan nanya-nanya dulu, deh. Ini belanjaannya. Berat, tahu!"

Dengan sigap, wanita paruh baya itu menerima sekantong plastik besar, berisi barang belanjaan putranya.

"Pertanyaan Bunda belum dijawab, lho! Kenapa kamu markirin mobilnya di luar?" tanya wanita paruh baya itu, penuh selidik.

Keandra mendesah pasrah. "Kean sengaja, Bun. Tadi sempet mau nganterin temen. Jadi, sekalian aja, gitu. Biar nggak kerepotan."

Nia menatap putranya dengan sengit. "Kenapa nggak disuruh masuk dulu, sih? Emangnya, siapa temen kamu? Cewek atau cowok? Naja, ya?"

Nice To Meet You Too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang