9. Jangan Pernah Pergi

9 2 0
                                    







Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.

Taburi banyak bintang, ya.

Luv.

***

Bianca menghimpitkan tubuhnya pada dinding sekat pembatas toilet. Dengan hati-hati, cewek itu menarik selang yang kini telah ia hubungkan pada keran air, menyelipkannya pada bagian celah bagian atas dinding itu. Bukan hanya satu bilik, melainkan 12 bilik telah ia selipkan dengan selang air tersebut.

Sejenak, Bianca terkekeh geli, membayangkan reaksi adik kelasnya yang akan menyumpah serapahi dirinya.

" 1 ... 2 ... 3 ...."

Srettt!

Bianca memutar kran air itu dalam sekali putar, membuat debit air langsung saja deras karenanya.

"ANJIR, SIAPA YANG NYIREM GUE?"

"HEH, BANGKE! BAJU GUE BASAH!"

"SIALAN! SIAPA YANG NYIREM GUE, ANJING? TUNGGU AJA, GUE BASMI LO!"

Tawa Bianca pecah usai mendengarkan umpatan kasar dari adik-adik kelasnya. Bianca memasang sengaja memilih toilet milik siswi kelas 10, guna melancarkan aksinya. Biar saja, menurut Bianca. Adik-adik kelasnya itu terlalu sombong, pikirannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Bianca bermain-main sedikit, 'kan?

Melangkah terburu-buru, Bianca memilih bergegas meninggalkan toiket, menghindari kecurigaan dari adik-adik kelasnya tersebut.

"Rasain lo pada. Sok-sok-an aja terus."


***

"Jadi Bianca, kamu sudah tahu, apa kesalahan kamu?"

Bianca mendengus kesal. Cewek berkaret rambut putih itu memainkan kuku-kukunya santai, terlihat acuh menanggapi pertanyaan dari Pak Suherman.

"Kamu diajarin sopan santun nggak sama orangtua kamu?" tanya Pak Suherman mulai naik darah. Beliau menatap Bianca dengan tajam, membuat cewek itu berdecak kesal.

"Bapak mau ngomong apa, sih, sama saya? Cepetan, Pak! Saya buru-buru, lho!" Bianca terlihat nyolot, membuat Pak Suherman harus ekstra sabar menghadapinya.

"Kamu tahu kesalahan kamu apa?"

"Enggak, Pak!" jawab Bianca dengan kesal. Cewek itu memangku kakinya dengan santai, nyaris membuat Pak Suherman naik darah.

"Kamu nggak tahu?" tanya Pak Suherman dengan nada kesal. "Yang ngerjain siswi kelas 10 di toilet tadi, siapa? Setan? Mang Ono?"

Bianca bungkam seketika. Cewek itu meremas rok abu-abunya dengan gugup, membuatnya Pak Suherman menatapnya tajam. Dalam hatin, Bianca mengumpat, mengapa dirinya bisa sampai ketahuan.

'Duh, ceroboh banget, sih, gue? Gimana bisa sampai ketahuan, coba?'

Bianca dengan cepat menggeleng. "Bapak tahu dari mana saya ngerjain adik-adik kelas? Bapak punya bukti?"

Pak Suherman mengulas senyum sinis. "Kamu pikir sekolah ini nggak punya CCTV?"

Bianca mengerucutkan bibirnya kesal. Cewek itu melupakan fakta jika pada pintu masuk toilet tiap angkatan, terdapat CCTV yang bertugas memantau pergerakan mereka setiap kali memasuki toilet tersebut. Jelas saja ia ketahuan, karena sangatlah tak wajar jika Bianca memasuki toilet kelas X, sedangkan cewek itu duduk di kelas XII.

Nice To Meet You Too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang