Abah

87 8 0
                                    

"Abah....."
Aku berjalan gontai sambil merengek menghampiri Abah di ruang depan. Tampak Abah mengusap rambut Shofia yang tertidur pulas di pangkuannya.

Abah adalah pak Agus, suami mamak.  Ia penyayang. Membuat siapapun di dekatnya menjadi nyaman. Aku maupun Shofia selalu bisa tidur cepat bila ditemani Abah.

"Kenapa Mila? Anak cantik kok cemberut aja? Nanti cepet tua lho. Mau?"
Aku menggeleng cepat. Terlintas banyangan rambutku beruban seperti Abah diusiaku sedini ini. Aduh, menyeramkan sekali!

Melihatku yang kalut, Abah tertawa kecil. Deretan gigi depannya yang rapih nan putih dapat terlihat dengan  jelas.

Abah memang selalu begitu. Setiap aku atau Shofia merengek bermanja, ia mengalihkannya dengan gurauan.

"Kakak tuh bah ngeledekin Mila terus..."
Ku lanjutkan sesi pengaduanku pada Abah. Jari telunjukku mengarah pada Kak Ali yang terlihat sibuk mengganti channel televisi.

"Heh, Mila..!"
Aku menoleh dengan muka masam. Sial! Bukannya meminta maaf, kak Ali malah pergi setelah menjulurkan lidahnya ke arahku.

"Tuh kan... Abah... Kak Ali tuhhh marahin....."

"Udah, nanti si Ali Abah marahin".
Mendengar janji Abah, aku tersenyum tipis. Entah ia akan benar memarahi kak Ali atau tidak. Setidaknya aku cukup lega karena akan dibela.

"Yaudah kalo gitu Mila pamit main sama temen-temen yaa bah".
Ucapku dengan senyum yang lebih mengembang dari sebelumnya.

"Iyaa. Sebelum maghrib udah harus pulang ya...."

"Oke. Assalamu'alaikum Abah..."

"Wa'alaikumsalam..."

Wanita TangguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang