9. Rasa Itu Mulai Hadir

311 25 1
                                    

Seorang wanita menatap nanar. Dua peria beda usia yang sedang mengobrol di taman restoran nya.
Wanita itu sedang bingung menata hati nya yang mulai bimbang, benci nya kini mulai berubah menjadi percik api asmara.

Apa aku egois memisahkan mereka? Tapi aku tak bisa jika harus bersatu dengan laki laki itu terlalu sakit untuk ku,maafin bunda sayang kerena bunda telah memisahkan kamu dengan ayah mu sendiri. Bunda belum siap jika harus kehilangan kamu nak maafkan bunda. Tak terasa air mata mengalir mebasahi pipi cantik nya. wanita itu kebali menatap dua peria yang masih betah bercengkerama di taman tampa mau beranjak dari sana. ia tersenyum melihat tawa lepas peria kecil yang di ciptakan oleh peria yang ada di samping nya . Dan peria itu juga lah yang telah menghadirkan peria kecil yang sedang tetawa lepas itu di dalam hidup nya meskipun di waktu yang salah dan membuat ia membenci peria itu sampai saat ini .

AFIKAR vol on.

Saat ini aku sedang berada di restoran  dimana bidadari ku berada di dalam nya. Namun saat aku baru sampe di restoran, saat aku lagi melihat lihat meja mana kah yang kosong dan nyaman untuk kutepati. Tak sengaja pandangan mata ku mengarah ke taman restoran yang di batasi dinding kaca transparan.

Mata ku menangkap sosok anak kecil yang sedang duduk sediri sambil melamu di taman. Aku menajam kan lagi penglihatan ku dan....

Tak salah lagi itu afif, anak nya chellara yang kemungkinan besar juga anak ku. Aku melangkah kan kakik ku untuk mendekati nya. Perlahan tapi pasti aku mulai mendekati nya namun setelah sudah dekat dengan nya aku menghentikan langkah ku saat aku mendengar ia berbicara sedir.

Ayah. Ayah di mana?? afif rindu ayah tapi afif gak berani tanya ke bunda afif taku buat bunda sedih, afif sering liat bunda menangis ayah tapi afif gak tau bunda nangis kenapa yah. Ayah kemana apa ayah gak sayang sama afif dan bunda. Makanya ayah pergi tinggalkan afif sama bunda. Iya anak itu adalah afif yang sedang melamun kan keberadaan ayah nya yg kini entah berada di mana.

Entah mengapa hati afikar rasanya sakit sekali dadah nya sesak saat mendengar ucapan yang telontar dari mulut mungil afif. Ia merasakan ada tangan yang meremas jantung dan hati nya saat mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut afif rasanya sakit sekali.

Afikar kebali melangkah kan kaki nya untuk mendekati afif yang masih melamun dan seperti nya ia juga menangis. Afikar duduk di bangku kosong tepat di sebelah afif ia memandang afif dengan berjuta arti.

Afif yang sedang asyik dengan lamunan nya harus terganggu kala ia merasakan ada seseorang yang duduk di samping nya. Ia pun menoleh kan kepala nya agar ia bisa tahu siapa orang yang telah lancang duduk di bangku nya tampa seijin nya terlebih dahulu.

Tapi saat ia melihat orang itu ia malah mengerutkan kening nya saat melihat orang itu malah memandang nya tampa berkedip. Afif memperhatikan wajah orang di hadapan nya dengan seksam, seketika tubuh kecil nya menegang kerena wajah orang itu mirip dengan dirinya yang membedakan mereka adalah usia mereka saja.

Ayah. apa orang ini ayah kenapa wajah nya mirip dengan ku. Afif mebatin saat melihat orang yang sangat mirip dengan nya.

Hening itu lah yang sedang terjadi di antara dua peria beda usia itu. Mereka hanya saling tatap dan bermain dengan pikiran mereka sendiri , hingga salah satu dari mereka mengeluarkan suara untuk memecahkan keheningan yang terjadi.

Om, om ngapain di sini??. kalo om mau makan bukan di sini om tapi di dalam. Ya afif lah yang memulai pembicaraan dan mebuyarkan lamunan Afrika.

Aah itu anu. Eem om cuma lagi suntuk aja dan mau nenangin pikiran aja makanya om kesini. Alibi afikar supaya bisa menutupi kegugupan yang tiba-tiba datang melanda diri nya. Sedangkan afif hanya mengangguk kan kepala nya tanda mengerti.

mutiara yang terbuang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang